SUKABUMIUPDATE.com - Kebiasaan begadang umumnya terjadi pada kalangan mahasiswa dan pekerja. Harus menyelesaikan tugas kuliah, menyelesaikan laporan sebelum tenggat, ditambah lagi urusan pekerjaan rumah yang belum usai. Semua itu memaksamu terjaga dan pada akhirnya begadang.
Para ahli menyatakan begadang berbahaya buat kesehatan. Itu tentu kamu sudah tahu. Tapi bahaya apa saja yang mengintai? Mungkin ini yang harus diketahui lebih dalam. Mengutip lama Bustle dan Powerofpositivity, berikut empat dampak negatif dari begadang bagi tubuh.
1. Gangguan pada otak
Para ilmuwan di Universitas Aachen, Jerman melakukan pemindaian otak terhadap orang yang memiliki kebiasaan begadang. Hasil pemindaian menunjukkan mereka yang sering berjaga di malam hari memiliki bayangan putih seperti kabut di berbagai area otak.
Bayangan putih ini berkaitan dengan kemampuan otak menerima sinyal, memprosesnya, kemudian mengirimkan sinyal lagi ke berbagai fungsi tubuh. Dalam bahasa sederhana orang tersebut kurang cepat dalam merespons sesuatu alias lemot. Bahkan beberapa ahli mengaitkan kabut putih pada otak ini sebagai indikasi depresi sampai gangguan fungsi kognitif.
2. Melemahkan sistem imunitas tubuh
Dalam sebuah observasi, para peneliti menemukan bahwa begadang berhubungan erat dengan sistem kekebalan tubuh. Imunitas tubuh dikaitkan dengan ritme sirkadian yang diprogram selama 12 jam di siang hari dan 12 jam di malam hari. Ketika jam biologis terganggu, sistem kekebalan tubuh otomatis turut terganggu.
3. Perubahan nafsu makan
Dalam sebuah percobaan yang dilakukan kepada 52 orang di Universitas Northwestern, dan diterbitkan dalam jurnal Obesity, para peneliti menemukan hubungan antara pola tidur dan kebiasaan makan yang buruk. Saat jadwal tidur dan makan tidak selaras dengan jam internal tubuh, kondisi itu dapat menyebabkan perubahan nafsu makan dan metabolisme.
4. Berisiko tinggi mengalami diabetes dan sindrom metabolik
Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, pria yang sering terjaga cenderung mengidap diabetes. Adapun pada wanita lebih berpotensi mengalami sindrom metabolik.
Sumber: Tempo