SUKABUMIUPDATE.com - Kol mungkin menjadi sayur yang paling populer sepanjang bulan ini. Sebabnya, kol dijadikan lagu yang sering digunakan untuk meledek orang. Tapi, tahukah Anda betapa banyak nutrisi yang terkandung dalam sayur ini?
Kol atau kubis ternyata kaya nutrisi. Sayur ini mengandung vitamin A, B, C, dan K, juga kalsium dan serat. Kandungan terbesarya adalah vitamin C. Mengonsumsi 100 gram kol bisa memenuhi 60 persen kebutuhan tubuh akan vitamin C dan 70 hingga 80 persen vitamin K yang menopang metabolisme tulang serta proses pembekuan darah.
Hal itu diungkapkan nutrisionis dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk Jakarta, dr. Marya Warascesaria Haryono, Sp.GK. Selain kandungan di atas, kata Marya, dalam 100 gram kol terdapat kalsium 4 persen, magnesium 3 persen, dan sedikit zat besi.
“Kalsium berfungsi mengoptimalkan pertumbuhan tulang dan gigi, memaksimalkan kontraksi otot sekaligus mengatur kegiatan antarsel dalam tubuh. Magnesium berguna dalam berbagai proses metabolisme tubuh terutama yang berhubungan dengan sistem imun, tulang, saraf, otot, dan regulasi gula darah,” kata Marya di Jakarta, pekan lalu.
Tak hanya itu, sejumlah jurnal kesehatan rilisan luar negeri menyebut kol salah satu perisai tubuh untuk melawan sel-sel kanker. Kol, kata Marya, sumber zat glukosinolat. “Di dalam tubuh, zat ini dikonversi menjadi isotiosianat yang bersifat melindungi tubuh dari sel-sel kanker. Kol juga mengandung antioksidan fenol. Kolaborasi fenol dengan vitamin C dan flavonoid melindungi tubuh dari pengaruh radikal bebas serta risiko serangan sel kanker,” kata dia.
Meski kaya manfaat, mayoritas para ibu enggan menjadikan kol pilihan pertama untuk diolah dan disajikan di meja makan. Mereka berdalih, sayur kol membuat perut suami dan anak kembung. Marya membenarkan. Kandungan zat rafinosa dalam kol menyebabkan kembung.
“Karenanya, untuk menghidari risiko kembung saya sarankan mengonsumsi kol dalam batas wajar alias secukupnya. Atau Anda bisa menyiasatinya dengan proses pemanasan yakni dengan teknik kukus, rebus, atau tumis. Risikonya, sebagian nutrisi yang tersimpan dalam kol hilang akibat proses pemanasan ini,” Marya mengakhiri perbincangan.
Sumber: Tempo