SUKABUMIUPDATE.com - Diabetes adalah sebuah penyakit di mana tubuh tak mampu memproduksi insulin, hormon yang mengatur kadar gula darah, karena sel-sel insulin rusak atau tidak ada. Banyak pasien diabetes mengkonsumsi suplemen insulin demi mengatur kadar gula darah, Medical Xpress, Selasa 8 Januari 2019.
Para peneliti di University of Bergen bersama para peneliti internasional lainnya telah menemukan bahwa sel-sel yang menghasilkan glukagon (antagonis dari insulin) di pankreas dapat mengubah identitasnya dan beradaptasi untuk memperbaiki sel-sel insulin yang rusak atau hilang. “Bisa saja kita menghadapi awal dari sebuah bentuk pengobatan yang sama sekali baru untuk diabetes, di mana tubuh dapat memproduksi insulin sendiri, dengan beberapa bantuan di awal,” kata peneliti Luiza Ghila di Raeder Research Lab, Department of Clinical Science, University of Bergen (UiB).
Para peneliti menemukan hanya sekitar dua persen dari sel-sel yang berdekatan di pankreas dapat mengubah identitas. Kendati demikian, mereka optimis mengenai potensi pendekatan pengobatan baru.
Untuk pertama kalinya, para peneliti telah menggambarkan mekanisme di balik proses identitas sel. Ternyata ini bukan proses pasif, melainkan hasil sinyal yang dihasilkan dari sel-sel di sekitarnya. Dalam penelitian tersebut, mereka mampu meningkatkan jumlah sel penghasil insulin hingga lima persen dengan menggunakan obat yang mempengaruhi proses pensinyalan antarsel. Sejauh ini, hasilnya hanya ditunjukkan dari model hewan.
"Jika kita dapat banyak pengetahuan yang lebih baik tentang mekanisme di balik fleksibilitas sel ini, maka kita mungkin dapat mengendalikan proses dan mengubah lebih banyak identitas sel sehingga lebih banyak insulin dapat diproduksi," kata Ghila.
Kabar baiknya, menurut para peneliti, penemuan baru ini tidak ditujukan bagi diabetes saja. "Kemampuan sel untuk mengubah identitas dan fungsi dapat menjadi penemuan yang menentukan dalam mengobati penyakit lain yang disebabkan oleh kematian sel, seperti penyakit alzheimer dan kerusakan sel akibat serangan jantung," kata Ghila.
Sumber: Tempo