Mungkinkah Perokok Berat Bisa Berhenti Merokok? Cek Solusinya

Minggu 04 November 2018, 00:30 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Mungkinkah perokok berat yang kecanduan nikotin bisa berhenti merokok? Menurut Ketua Koalisi Bebas TAR (Kabar) dan Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia, dokter gigi Amaliya sangat mungkin dilakukan.

Namun acapkali niat berhenti merokok itu terbentur beberapa persyaratan dari diri perokok. Mungkin tidak bisa atau tidak mau berhenti merokok secara langsung. Mungkin ingin berhenti merokok tanpa harus mengurangi nikotin. Mungkin tidak siap berhenti merokok, tapi ingin mengurangi jumlah rokoknya.

“Perlu ada metode yang tepat secara bertahap. Karena mengubah perilaku tak bisa secepatnya,” kata Amaliya dalam Diskusi Publik Produk Tembakau Alternatif dalam Perspektif Kesehatan dan Hukum di UC Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu, 31 Oktober 2018.

Metode yang dinilai tepat adalah melalui pengurangan risiko tembakau atau Tobacco Harm Reduction (THR). Tujuannya untuk meminimalkan dampak buruk penggunaan produk tembakau terhadap kesehatan. Fokus tindakan THR adalah mengurangi atau menghilangkan penggunaan tembakau yang dibakar dan menggantinya dengan produk nikotin lainnya. Mengingat tar hasil pembakaran tembakau rokok lebih berbahaya daripada nikotin.

“Jadi upaya THR adalah beralih ke produk tembakau alternatif yang rendah risiko,” kata Amaliya.

Produk tembakau alternatif itu meliputi Nicotine Replacement Theraphy (NRT), seperti nicotine patch atau nikotin yang ditempelkan di kulit seperti koyok, nicotin gum atau permen karet, inhaler berupa nikoten yang dihirup lewat hidung, nasal spray berupa nikotin yang disemprotkan dalam mulut, juga Lozenge. Kemudian produk tembakau tanpa asap (snus) dan produk tembakau organic yang tidak dibakar, tetapi dipanaskan (heat not burn). Serta produk Electronics Nicotine Delivery Systems (ENDS), seperti rokok elektrik.

Sementara Lembaga penelitian di bawah Kementerian Federal Pangan dan Pertanian Pemerintah Federal Jerman, German Federal Institute for Risk Assessment (BfR) melakukan penelitian independen yang didanai secara mandiri pada 2003. Penelitian itu mengenai potensi berkurangnya risiko kesehatan dari produk tembakau yang dipanaskan daripada yang dibakar. Hasilnya, tingkat toksisitas atau tingkat sel yang merusak pada produk tembakau yang dipanaskan lebih rendah ketimbang tembakau yang dibakar. Tingkat toksisitas tembakau yang dipanaskan hanya 1-10 persen, sedangkan tembakau yang dibakar atau rokok konvensional mencapai 80-99 persen.

“Solusi lewat produk tembakau alternatif ini sudah diterapkan di Inggris sebagai negara maju. Dan jumlah perokoknya turun,” kata Amaliya.

Berdasarkan data badan kesehatan di bawah naungan Kementerian Kesehatan Inggris, Public Health England merilis penurunan tertinggi jumlah perokok pada 2017 sebanyak 20 ribu orang dari sebelumnya 15,5 persen dari total populasi pada 2016. Berbanding terbalik dengan Indonesia sebagai negara berkembang yang sama-sama mempunyai persoalan tentang jumlah perokok yang besar. Berdasarkan data Atlas Pengendalian Tembakau di ASEAN, jumlah perokok di Indonesia mencapai 35 persen atau 75 juta jiwa dari total populasi. Angka tersebut menggiring Indonesia menduduki peringkat ketiga perokok terbanyak setelah Cina dan India. Sementara hasil Riset Kesehatan dasar Kementerian Kesehatan pada 2013, DI Yogyakarta masuk 15 besar perokok terbanyak, yaitu 31,6 persen dari total populasi. Posisi teratas masih diduduki DKI Jakarta.

“Perokok di negara berkembang lebih banyak daripada negara maju,” kata Dewan Penasehat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Jawa Barat, dokter Ardini Raksananagara.

Meski demikian, Ardini tetap mengingatkan, bahwa metode pengurangan risiko tembakau hanya pilihan peralihan konsumsi rokok konvensional ke tembakau alternatif rendah risiko. Metode itu patut diperhitungkan karena potensi manfaatnya bagi perokok yang kesulitan berhenti merokok. “Tapi berhenti merokok tetap jalan terbaik,” kata Ardini.

Sumber: Tempo

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Editor :
Berita Terkini
Food & Travel22 November 2024, 09:00 WIB

Resep Scrambled Egg Toast, Roti Panggang Telur Creamy yang Simpel Dibuat

Scrambled Egg Toast sangat populer sebagai menu sarapan karena praktis, lezat, dan kaya protein.
Ilustrasi. Scramble Egg Toast. (Sumber : Freepik/Timolina)
Sukabumi22 November 2024, 08:36 WIB

Pohon Duku 12 Meter Tumbang Rusak Rumah Warga Nagrak Sukabumi

Dampak hujan deras, pohon duku setinggi 12 meter tumbang rusak rumah warga di Nagrak Sukabumi.
Kondisi rumah yang tertimpa pohon duku tumbang di Desa Pawenang, Nagrak Sukabumi, Kamis, 21 November 2024 | Foto : P2BK Nagrak
Sehat22 November 2024, 08:00 WIB

13 Manfaat Petai untuk Kesehatan: Kunci Jantung Sehat dan Tubuh Bugar

Meski sering dikeluhkan karena baunya yang menyengat, petai ternyata memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Apa saja manfaatnya? Yuk, simak penjelasannya!
Ilustrasi manfaat petai untuk kesehatan (Sumber : pexels.com/@STUDIO LIMA)
Sukabumi22 November 2024, 07:56 WIB

Sekda Ade Suryaman Hadiri Rapat Banggar DPRD Sukabumi

Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi, Ade Suryaman, menghadiri Rapat Kerja Gabungan Badan Anggaran (Banggar) DPRD dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kabupaten Sukabumi
Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi Ade Suryaman dan Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi Budi Azhar Mutawali | Foto : Dokpim
Sukabumi Memilih22 November 2024, 06:55 WIB

Adu Kekayaan Pasangan Cabup Cawabup Sukabumi, Siapa Paling Kaya?

Pilkada 2024 di Kabupaten Sukabumi akan diikuti oleh dua pasangan calon, mereka adalah Iyos Somantri - Zainul yang diusulkan oleh koalisi 11 partai politik dan Asep Japar - Andreas yang diusulkan oleh koalisi 5 partai politik.
Pasangan calon Pilkada Kabupaten Sukabumi: Iyos Somantri-Zainul dan Asep Japar-Andreas | Foto : sukabumiupdate
Science22 November 2024, 06:00 WIB

Prakiraan Cuaca Jawa Barat 22 November 2024, Siang Hari Turun Hujan

Sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya diperkirakan mengalami cuaca hujan ringan dan berawan pada 22 November 2024.
Ilustrasi Hujan. Sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya diperkirakan mengalami cuaca hujan ringan dan berawan pada 22 November 2024. (Sumber : Pixabay)
Sukabumi Memilih21 November 2024, 22:29 WIB

Dukungan Istri, Dibalik Optimisme Asep Japar Menjemput Kemenangan Pilkada Sukabumi

Asep Japar, calon bupati Sukabumi nomor urut 2, melangkah dengan penuh semangat dalam menghadapi pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Sukabumi
Asep Japar dan istri | Foto : Sukabumiupdate
Sehat21 November 2024, 21:00 WIB

7 Penyebab Gagal Jantung Sisi Kiri : Simak Diagnosis dan Cara Penanganannya

Gagal jantung sisi kiri terjadi ketika ventrikel kiri jantung tidak bisa memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh.
Ilustrasi gagal jantung sebelah kiri (Sumber : Freepik/@wayhomestudio)
Jawa Barat21 November 2024, 20:40 WIB

Gempa Beruntun Guncang Cianjur, Sejumlah Gedung Sekolah Dilaporkan Rusak

Gempa tektonik terjadi secara beruntun, Kamis 21 November 2024. Warga yang merasakan getaran gempa itu pun terbatas wilayahnya yaitu Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Gempabumi Cianjur, Kamis (21/11/2024) | Foto : Pixabay
Sukabumi21 November 2024, 20:18 WIB

Sempat Tertutup Longsor, Akses Ke Pondok Halimun dan Goalpara Sukabumi Kembali Normal

Dua bencana longsor terjadi dampak hujan deras di Kabupaten Sukabumi. Longsor dan pohon bambu tumbang di jalan menuju wisata Pondok Halimun di Kecamatan Sukabumi, dan longsor di jalan Cisarua - Goalpara, Kecamatan Sukaraja.
Longsor di Jalan Pondok Halimun, Kecamatan Sukabumi | Foto : Istimewa