SUKABUMIUPDATE.com - Tatalaksana Diabetes Melitus Tipe 2 menjadi topik pembahasan dalam disertasi Nani Cahyani yang sedang mengambil gelar doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia atau FKUI. FKUI rencana akan mempromosikan gelar doktornya menyusul rampungnya disertasi tersebut.
Berdasarkan keterangan resmi yang diperoleh dari FKUI, dalam disertasinya dr. Nani Cahyani, SpKO menyatakan bahwa berbagai bentuk latihan fisik (exercise) untuk mendukung tatalaksana DM tipe 2 telah diteliti dapat menurunkan biaya kesehatan.
Namun, implementasi latihan fisik dalam penatalaksanaan DM tipe 2 masih rendah, terutama disebabkan belum lengkapnya petunjuk rinci program latihan maupun acuan pelaksanaannya. Karena itu, melalui penelitian dua tahap dia melakukan perancangan latihan fisik berbasis kondisi pasien DM tipe 2 yang kemudian dievaluasi efeknya dengan randomized controlled trial (RCT).
"Program latihan yang dirancang mengkombinasikan high intensity interval training (HIIT) tiga kali, dan latihan beban dua kali per minggu."
Keutamaan program ini adalah pada kombinasi dua jenis latihan dengan peningkatan intensitas bertahap, baik HIIT maupun latihan beban. Setiap siklus interval training dalam HIIT terdiri atas high intensity exercise (HIE) dengan target beban 85 persen VO2max selama 1 menit, diikuti 4 menit low intensity exercise (LIE).
Latihan beban terdiri atas sembilan latihan untuk batang tubuh, ekstremitas atas dan bawah. Adapun keseluruhan latihan dirancang untuk dilaksanakan dalam 12 minggu, yang juga dilengkapi dengan edukasi terprogram setiap bulan.
Kombinasi HIIT dan latihan beban ini, menurutnya, merupakan program latihan yang pertama kali berhasil memperlihatkan peningkatan kebugaran, perbaikan pengendalian glikemik dan penurunan stres oksidatif secara komprehensif.
Penurunan stres oksidatif juga diikuti penurunan pembentukan radikal bebas dan peningkatan aktivitas pembentukan antioksidan. Karena itu, dia meyakini latihan ini aman dan berpotensi dapat mengendalikan komplikasi lanjut penyakit DM tipe 2.
Selain dari rancangan pembebanan yang meningkat bertahap, efek latihan akan tercapai dengan didukung supervisi latihan oleh dokter spesialis kedokteran olahraga. Dokter akan memastikan setiap peserta latihan dalam kondisi siap berlatih dan melakukan pemantauan pembebanan setiap sesi latihan.
Dengan hasil penelitian ini, kombinasi HIIT dan latihan beban dapat menjadi pilihan protokol latihan fisik terstruktur bagi penyandang DM tipe 2 berusia 35–64 tahun tanpa komplikasi berat. Dan juga dengan melaksanakan latihan di fasilitas yang memiliki treadmill atau ergocycle serta peralatan untuk latihan beban.
Karena itu dia berharap fasilitas pelayanan kesehatan yang terlibat dalam tatalaksana DM tipe 2 di Indonesia dapat ikut menyiapkan pasien yang memenuhi persyaratan dan mempunyai akses ke tempat latihan.
Adapun arah penelitian lanjutan dari ini adalah mendapatkan bukti pendukung yang melengkapi pemandirian pelaksanaan latihan fisik terstruktur dan pelaksanaan latihan dengan alternatif peralatan lain, termasuk peralatan yang lebih sederhana.
"Semoga penelitian [terkait Diabetes] ini dapat berkontribusi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan bermanfaat bagi kepentingan orang banyak."
Sumber: Tempo