SUKABUMIUPDATE.com - Pola makan dan cara memasak atau mengolah makanan sehari-hari sangat memengaruhi kondisi kesehatan tubuh, terutama jantung. Rina Ariani, Anggota Pakar Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan apa yang dimakan dapat mencerminkan kesehatan kita.
"Bagi mereka yang gemar makan gorengan misalnya, jangan berharap dapat selalu sehat," kata dia saat menjadi pembicara talkshow kesehatan dalam acara Women's Health di Jakarta, Minggu 22 April 2018. Saat sekolah menengah diajarkan adanya rantai makanan berbentuk kerucut. Pada posisi paling bawah adalah karbohidrat atau nasi dengan porsi yang paling besar, kemudian di atasnya sayur, lalu susu, dan berikutnya protein.
Karena itu, makanan yang kita santap sehari-hari seperti memesan nasi di rumah makan. "Kalau kita lihat di restoran, sayurnya paling mentok cuma daun singkong sama sayur nangka. Kita lihat restoran Indonesia di manapun, pilihan lauknya mungkin ada 12, tetapi pilihan sayurnya paling banyak cuma dua. Pilihan yang lebih banyak, makanan mengandung karbohidrat."
Begitu juga kalau pesan nasi goreng, porsi nasinya banyak, cuma ditambahi telur mata sapi dan kerupuk, tidak ada sayur. "Itu sebenarnya cara pengaturan makanan yang salah," ujarnya.
Cara yang benar menurut dia adalah setengah dari porsi makanan setiap hari seharusnya diisi dengan sayur dan buah. Karbohidrat, khususnya nasi, cukup seperempat dari porsi makanan dan seperempatnya lagi barulah protein.
Adapun protein yang bagus buat jantung adalah ikan, unggas dan kacang-kacangan. Dia pun meluruskan anggapan bahwa kacang-kacangan mengandung kolesterol sehingga tidak baik jika banyak dimakan. Kacang sebenarnya mengandung kolesterol baik sehingga tidak ada masalah jika memakan kacang, yang tidak baik adalah memakan kacang goreng karena mengandung minyak.
Sama halnya dengan ikan atau daging yang dimasak dengan minyak, juga menjadi tidak baik bagi kesehatan jantung. Apalagi di banyak tempat makan, minyak yang dipakai untuk menggoreng jarang sekali diganti dengan yang baru.
"Jadi bukan hanya bahan makanan yang perlu baik, tetapi juga cara memasaknya, ujar Rina. Selain itu makanan yang dibakar juga bisa menjadi tidak bagus dan berisiko kanker jika terlalu lama atau menjadi gosong.
Sementara soal minuman, menurut Rina, minuman apapun sebenarnya tidak masalah, seperti air putih, teh, kopi dan susu. Yang tidak baik jika dicampur gula. Gula dalam teh, gula dalam kopi serta susu jika dicampur kopi. Begitu juga minuman dalam kemasan, perlu sesering mungkin dilihat kandungan gulanya, terutama minuman bersoda. Kandungan gula pada setiap minuman bersoda tinggi sekali. Meskipun bila terasa enak, perlu dibatasi mengonsumsinya.
Sumber: Tempo