SUKABUMIUPDATE.com - Ensevalitis adalah penyakit yang sering menyerang di India. Setiap tahun, wabah penyakit ini menyerang negara bagian Uttar Pradesh. Beberapa anak yang dibawa ke rumah sakit akhirnya meninggal dunia karena kekurangan oksigen.
Menurut Indian Council of Medical Research, jejak pertama ensevalitis ditemukan di Tamil Nadu pada 1955. Sejak 1972, penyakit tersebut menyebar ke daerah lain, seperti Bengal Barat, Uttar Pradesh, Assam, Bihar, Manipur, Andrha Pradesh, Goa, Pondicherry, dan Karnataka.
Lalu, apa itu ensevalitis dan kenapa bisa mematikan? Seperti dilansir India Times, ensevalitis adalah peradangan di jaringan otak yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. Gejalanya adalah demam, pusing, leher kaku, muntah, lelah, kebingungan, mengantuk, berhalusinasi, koma, pingsan, mudah marah, tidak sadarkan diri, disorientasi, dan kematian.
Bila tidak ditangani dalam waktu beberapa jam, peluang kehilangan nyawa meningkat hinggal 30 persen. Ada dua jenis ensevalitis yang menyerang anak-anak di India, Sindrom Ensevalitis Akut (AES) dan Ensevalitis Jepang (JE).
AES bisa disebabkan banyak faktor, termasuk racun dari buah leci yang belum matang, virus, bakteri, dan jamur dari berbagai macam bakteri yang sulit diidentifikasi. Sementara itu, JE menyebar melalui gigitan nyamuk jenis Culeks, yang juga terkait dengan dengue, cikungunya, serta bakteri jenis streptokokus dan virus Nil Barat yang sering menyebabkan orang tak sadarkan diri.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penderita kondisi mental tertentu, dengan atau tanpa kondisi tak sadarkan diri, diagnosis pertamanya biasanya JE. Jika hasil tes CT scan atau MRI-nya negatif, tandanya ia menderita AES. Tes darah juga diperlukan untuk jenis virus yang menyerang.
Bisakah ensevalitis disembuhkan? Hampir semua jenis ensevalitis menunjukkan gejala yang sama sehingga sehingga sulit didiagnosis dan disembuhkan. Menurut laporan The New York Times, bentuk viral dari ensevalitis tak bisa disembuhkan, paling hanya didiagnosis gejalanya dan kemudian diberi obat yang sesuai.
Obat-obatan antivirus seperti acyclovir dan corticosteroid bisa mengurangi peradangan di otak dan biasanya diberikan kepada penderita ensevalitis. Pada kasus infeksi yang lebih parah, pasien bahkan harus dipasangi selang untuk membantu bernapas. Antikonvulsan dan obat bius diberikan kepada mereka yang tidak sadarkan diri.
Ensevalitis juga tak selalu bisa dicegah. Tapi kita bisa membentengi diri dengan cara divaksin, termasuk vaksin cacar dan rubella. Lindungi pula diri dari gigitan nyamuk yang menyebarkan virus, misalnya dengan menggunakan krim antinyamuk.
Sumber: Tempo