SUKABUMIUPDATE.com - Ahli Kesehatan Lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Adi Heru Husodo menyayangkan masih banyak masyarakat Indonesia yang kurang waspada terhadap kesehatan lingkungannya. Salah satunya dengan mewaspadai apa yang hendak dikonsumsi. Hal itu tidak hanya saat warga melakukan aktivitas sehari-hari, namun juga saat seseorang bekerja. "Wawasan terhadap kesehatan lingkungan di masyarakat perlu diperbanyak," katanya saat dihubungi Tempo Selasa 3 Oktober 2017.
Adi mengatakan untuk melakukan pencegahan secara umum, ada baiknya masyarakat melihat berbagai perubahan pada makanan. Seseorang, kata Adi, perlu mengetahui faktor resiko apa yang berbahaya bagi mereka saat mengkonsumsi makanan. "Misalnya, kalau makanan sudah berubah rasa, berubah warna, atau berubah bentuk, harus hati-hati dan perlu dipertanyakan," katanya.
Adi mencontohkan air. Ia mengatakan air, bisa saja berwarna agak kemerahan. Biasanya air dengan warna itu mengandung logam atau besi. Air bisa pula berwarna keputih-putihan. Menurutnya, air dengan warna itu ada kemungkinan mengandung sedimen pasir. "Semua itu tentunya akan berefek pada kesehatan seseorang," katanya.
Selain perubahan pada makanan itu, kemasan kaleng pun perlu diperhatikan. Adi menyarankan agar masyarakat lebih berhati-hati bila membeli makanan yang kemasan kalengnya sudah rusak atau penyek. Perubahan bentuk pada kaleng itu tentunya akan berpengaruh pada isi makanan atau minuman di dalamnya. "Kalau menemukan hal itu, sebaiknya melapor ke industri. Industri pemilik kemasan itu perlu melakukan evaluasi produknya," kata Adi.
Saat ini hal yang juga perlu diperhitungkan adalah tentang penggunaan plastik. Menurut Adi, konsumsi plastik masyarakat terlalu banyak. Plastik adalah salah satu produk yang dapat membuat sel kanker. Sayangnya, penggunaan plastik yang berlebihan, kata Adi, bisa saja berakibat pada kesehatan manusia.
Adi mengatakan saat ini plastik sering ditemukan di perut-perut binatang. Plastik sering ditemukan di kambing, sapi, bahkan ikan di lautan yang tak sengaja memakannya. "Hewan-hewan itu kita makan. Artinya, zat plastik itu kita makan juga," katanya mengingatkan.
Adi juga berharap pemerintah bisa lebih waspada mengawasi makanan yang beredar di masyarakat. "Selama ini pengawasan pemerintah masih kurang," katanya.
Adi menceritakan salah satu pengalamannya saat tinggal di Inggris. Ia sempat membeli roti. Ia merasa sakit perut setelah memakan roti itu. Ia pun melakukan eksperimen kecil dengan menaruh roti tersebut di luar jendela agar roti bisa dimakan burung-burung yang lewat. "Ternyata roti itu tetap utuh dan tidak dimakan sama sekali oleh burung itu," katanya.
Adi curiga mengapa burung burung itu enggan menyentuh rotinya. Roti yang sama dibelinya lagi selama tiga hari berturut. Tanpa memakannya, ia kembali melakukan eksperimen dengan menaruhnya di luar jenderal. "Hasilnya tetap sama. Burung itu tidak menyentuhnya sama sekali," katanya.
Iseng, ia menyurati Menteri Kesehatan Inggris terkait roti yang ia beli. Tak lupa ia pun menceritakan eksperiman kecil-kecilannya itu. Tak disangka, suratnya dari pemerintah Inggris berbalas. Dalam surat balasannya, pemerintah Inggris mengirimkan sebuah buku berisi apapun yang terkait dengan pengawasan makanan. "Buku itu menjelaskan, apa kandungan yang berbahaya. Apa saja yang perlu diwaspadai, perusahaan mana saja yang produknya diawasi, serta berbagai informasi publik lainnya," kata Adi. "Seharusnya pemerintah kita bisa mencontohnya."
Sumber: Tempo