SUKABUMIUPDATE.com - Setiap hari kita tak bisa lepas dari makanan yang mengandung karbohidrat. Terutama jika kamu doyan makan nasi atau menyantap makanan manis, maka karbohidrat sederhana atau gula, sangat berkaitan erat dengan kondisi kesehatanmu.
Dokter spesialis gizi dari Rumah Sakit Umum Bunda Jakarta, dr. Marya Haryono, Mgizi, SpGk, mengatakan makanan padat kalori, tinggi lemak jenuh, lemak trans, juga karbohidrat sederhana atau gula jika dikonsumsi terus menerus akan berdampak pada tubuh. "Bisa berisiko overkalori dan bila berlangsung selama beberapa hari, tentunya kalori tersebut akan tertimbun di dalam tubuh," ujarnya.
Dampak yang kasat mata, menurut Marya, adalah berat badan bertambah. Namun demikian, efek yang paling penting bagi kesehatan adalah peningkatan kadar gula darah, khususnya pada mereka yang mengidap diabetes melitus, serta mengalami gangguan profil lipid darah, seperti kolesterol dan trigliserida atau jenis lemak yang ada dalam tubuh di samping kolesterol.
Sumber karbohidrat berlebihan adalah nasi, lontong, ketupat, kentang, pasta, kue bolu, kue kering, minuman manis seperti sirop, soda, atau olahan lain yang menggunakan gula. Olahan lain yang mengandung gula juga termasuk kue kering, bolu, dan cake. Selain menjadi sumber karbohidrat, makanan ini juga merupakan sumber lemak trans serta lemak jenuh.
Marya mengatakan kunci dari gaya hidup sehat adalah tahu kapan saatnya mengerem nafsu makan serta mengenali gejala gangguan kesehatan yang mengintai. Marya menjelaskan beberapa penyakit memiliki gejala khas sehingga mudah dikenali. Kencing manis, misalnya memiliki gejala sering lapar, sering buang air kecil, dan sering merasa haus.
“Gejala tambahan lainnya luka yang susah sembuh, keputihan, gangguan penglihatan, serta perubahan berat badan secara drastis," katanya. Namun untuk mengetahui secara pasti, apakah gula darah tinggi atau profil lipid tinggi, harus diperiksa di laboratorium. "Syaratnya, Anda puasa beberapa jam sebelum pemeriksaan,†Marya menjelaskan. Ia menambahkan, mengukur berat badan juga penting untuk mengetahui apakah tubuh Anda tergolong berisiko terkena penyakit.Â
Sumber: Tempo