SUKABUMIUPDATE.com - Â Saat ini penggemar olahraga berlari kian banyak. Meningkatnya animo olahraga murah meriah ini diimbangi dengan maraknya berbagai lomba lari, dari yang berjarak 5 kilometer hingga ratusan kilometer (lazim disebut ultra maraton).
Apakah yang sebaiknya dipersiapkan saat ingin menjajal lomba lari jarak jauh?
Berikut pandangan dokter spesialis kesehatan olahraga Michael Triangto, yang biasa praktik di Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Jakarta, ini.
Menurut Michael ada banyak kasus cedera berat maupun ringan yang terjadi akibat kurangnya persiapan fisik. Penyebab lain adalah karakteristik pelari yang cenderung memaksakan diri. Kata dia olahraga lari akan banyak bermanfaat jika dilakukan dengan benar. “Orang yang berolahraga tentu sehat. Tapi jangan langsung menyimpulkan lebih banyak berolahraga akan jauh lebih sehat,†kata Michael.
Dia mencontohkan, belum lama ini ada pelari yang jatuh koma gara-gara dehidrasi saat mengikuti lomba lari jarak jauh di Jakarta. Michael menyayangkan hal tersebut karena semestinya olahraga dilakukan untuk membuat tubuh sehat dan bugar, bukan sebaliknya.
Ada beberapa resiko yang perlu diperhatikan. Pelari harus menghindai terjadinya dehidrasi saat berlomba. Sebab, jika ini terjadi akan berdampak fatal pada banyak organ tubuh. Kekurangan cairan, ujar dia, bisa menyebabkan kerusakan ginjal, jantung, otak, hingga hilangnya kesadaran. “Ada orang yang bisa terus berlari karena instingnya, padahal otaknya sudah hilang kesadaran,†Kata Michael, Rabu, (26/4).
Untuk mencegah semua itu, Michael menyarankan pelari harus mengetahui sejak awal tujuannya berlari. “Kalau olahraga sampai merusak badan, tentu jangan. Kalau untuk prestasi, mendapat penghargaan, hadiah, lupakan soal mendapat kesenangan dan kesehatan,†ucap dia.
Pelari pun harus benar-benar menjalankan program persiapan secara bertahap. Jenis latihan yang dilakukan atlet dan awam jelas berbeda. Ketika atlet sudah mulai berlari sejak usia muda, pelari yang baru mengenal kegiatan ini pada usia yang tak lagi muda tentu harus melakukan lompatan penyesuaian.
Michael menyarankan pelari harus memenuhi kebutuhan karbohidrat kompleks, juga keseimbangan asupan protein, lemak, sayur, dan buah-buahan bagi seorang pelari. Karbohidrat merupakan sumber energi pertama sebelum tubuh mengambil energi dari asupan protein. Dia mengingatkan, olahraga yang dilakukan selama lebih dari 45 menit butuh pasokan elektrolit yang bukan sekadar air putih.
Â
Sumber: Tempo