SUKABUMIUPDATE.com - Guru Besar Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Biran Affandi, SpOG(K), FAMM, mengatakan kontrasepsi yang paling banyak digunakan perempuan adalah kontrasepsi suntik. "Secara subyektif 35 persen pakai suntikan," kata Biran dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (25/4) lalu.
Biran menjelaskan, metode suntik paling banyak digunakan karena dianggap paling mudah dan praktis. "Orang kan kebanyakan kalau ke dokter kalau belum disuntik rasanya belum sembuh, makanya banyak yang pakai suntik," ujarnya.
Namun, jika ingin kembali memiliki anak, maka harus menunggu selama 9 bulan setelah lepas dari kontrasepsi suntikan. "Karena dosis dari suntikan itu tinggi, jadi harus ke dokter jika ingin kembali punya anak," kata dia.
Menurut Biran, kontrasepsi jangka panjang seperti implan dan intrauterine devices (IUDs) memiliki efek samping yang minim dibanding suntik. Sebab, kontrasepsi suntik memiliki efek samping seperti haid tidak teratur. "Paling hanya saat awal haid terasa nyeri untuk IUD," kata dia.
IUD adalah plastik berbentuk huruf T yang diletakkan di dalam rahim yang berguna untuk menghadang sperma agar tidak membuahi sel telur. Adapun, kontrasepsi implan adalah berupa jarum kecil seukuran batang korek api (40 mm) yang dimasukkan ke bagian bawah kulit.
"Cara kerja implan menekan ovulasi dan cara kerja IUD membuat sperma rembes, jadi tidak bisa masuk ke indung telur," ujarnya. IUD bisa dipakai dan bertahan sampai 10-15 tahun, sedangkan implan hanya 3-5 tahun.
Â
Sumber: Tempo