SUKABUMIUPDATE.com - Banyak orang mengira luka kaki karena diabetes, yang biasanya berujung pada amputasi, hanya dialami orang-orang yang berusia lanjut atau sudah tidak produktif. Namun, Dr. Ihsan Oesman, spesialis bedah ortopedi di RS Pondok Indah-Puri Indah, Jakarta, menampik hal tersebut.
Seseorang yang masih berusia muda dan produktif bisa saja sudah mengalami amputasi kakinya akibat diabetes. Berdasarkan pengalamannya sendiri, ada pasien diabetes berusia 30 tahunan yang sudah diamputasi.
"Bila gaya hidup sudah tidak sehat sejak usia yang sangat muda, bisa saja terjadi sampai tahap amputasi," ujar Ihsan.
Pasien yang ditanganinya itu salah satunya diketahui memiliki kegemaran minuman manis sejak usia remaja. "Belum jika ditambah faktor keturunan. Proses kaki diabetes bisa jadi lebih cepat," imbuhnya.
Akan tetapi, Ihsan mengingatkan amputasi kaki diabetes bukanlah akhir dari masalah. Seperti diketahui, diabetes adalah penyakit yang akan diidap sepanjang umur, tidak bisa disembuhkan dan hanya bisa dikontrol.
"Mereka yang sudah diamputasi tetap harus memperbaiki gaya hidup dan terus mengontrol gula darah karena risiko untuk kembali kaki diabetes sangat mungkin," jelasnya.
Ketika sakit kaki diabetes masih pada tahap awal, kebanyakan orang cenderung bersikap abai. Padahal, sebaik-baik perawatan kaki diabetes adalah mengatasinya sedini mungkin agar tidak telanjur parah.
Ketika mulai muncul tanda-tanda kerusakan awal pada kaki, seperti kuku yang mulai menguning dan tumbuh menebal, kulit kaki terasa terlalu kering, ada baiknya untuk segera melakukan perawatan. Ihsan menyarankan untuk segera menjaga kebersihan kaki dan menjaganya tetap lembap, khususnya bagian kuku kaki.
"Kalau sudah ada timbul berkerak-kerak, salah menyayat, masuklah jamur penyebab infeksi," kata Ihsan.
Demikian juga dengan mata ikan yang akan kembali menebal walau dikikis berkali-kali. Jika muncul kulit yang mengelupas di kaki, jangan sembarangan menyayat.
"Cukup rajin bersihkan kaki dengan air murni atau NHCL, tidak perlu pakai obat luka," saran Ihsan. "Kecuali jika sudah keluar nanah, segera pergi ke dokter untuk mendapat penanganan yang lebih tepat.
Sumber: Tempo