SUKABUMIUPDATE.com - Sakit perut pada anak sering kali dianggap sepele. Namun, jika rasa sakit tidak kunjung reda atau semakin parah, hal ini bisa menjadi tanda adanya penyakit usus buntu. Usus buntu adalah peradangan atau pembengkakan pada usus buntu akibat sumbatan, biasanya oleh tinja yang keras atau pembengkakan kelenjar getah bening. Kondisi ini bisa menjadi serius jika tidak segera ditangani, bahkan berpotensi mengancam nyawa.
Berikut ini adalah gejala, penyebab, dan cara menangani usus buntu pada anak.
Gejala usus buntu pada anak bisa berbeda dengan orang dewasa. Biasanya, gejala dimulai dengan rasa sakit di sekitar pusar yang semakin lama bergerak ke sisi kanan bawah perut. Pada beberapa kasus, nyeri bisa menjalar hingga perut kanan atas, pinggul, atau punggung.
Gejala utama lainnya meliputi:
- Demam ringan yang mungkin meningkat seiring waktu.
- Mual, muntah, atau kehilangan nafsu makan.
- Diare atau sembelit, meskipun tidak selalu terjadi.
- Nyeri hebat saat area perut ditekan atau saat anak batuk dan berjalan.
Pada bayi dan anak-anak di bawah 5 tahun, gejala tambahan seperti perut kembung, demam tinggi, muntah, dan diare lebih sering muncul. Jika anak Anda menunjukkan tanda-tanda ini, segera bawa ke dokter.
Baca Juga: 7 Faktor Penyebab Stroke pada Anak dan Cara Mengidentifikasinya
Penyebab Usus Buntu pada Anak
Usus buntu dapat terjadi karena:
1. Infeksi di perut yang menyebar ke usus buntu.
2. Penyumbatan oleh tinja keras atau pembengkakan kelenjar getah bening di dinding usus.
3. Infeksi bakteri yang menyebabkan peradangan.
Pada anak-anak, rasa sakit sering kali dimulai di bagian tengah perut dan berpindah ke kanan bawah. Rasa sakit ini dapat menjadi semakin parah, terutama saat ditekan atau ketika anak bergerak.
Cara Diagnosis Usus Buntu
Mendiagnosis usus buntu pada anak tidak selalu mudah, terutama pada balita atau anak di bawah usia 2 tahun. Untuk memastikan, dokter biasanya akan melakukan:
- Pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi area nyeri.
- Tes darah untuk melihat tanda-tanda infeksi.
- Tes urine untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih.
- Pencitraan seperti USG, CT scan, atau foto rontgen untuk memastikan adanya peradangan pada usus buntu.
Penanganan Usus Buntu pada Anak
Usus buntu membutuhkan penanganan segera, terutama jika telah pecah. Berikut langkah-langkah pengobatan yang biasa dilakukan:
1. Pemberian Antibiotik
Pada kasus ringan, antibiotik dapat membantu mengatasi infeksi dan mengurangi peradangan.
2. Operasi (Apendektomi)
Jika usus buntu pecah atau kondisi tidak membaik dengan obat, operasi diperlukan. Apendektomi dapat dilakukan dengan dua cara:
- Laparoskopi: Operasi dengan sayatan kecil dan pemulihan lebih cepat.
- Operasi terbuka: Untuk kasus yang lebih parah.
Baca Juga: Gempa Dangkal di Laut Pangandaran, BMKG: Guncangan Menjalar hingga Palabuhanratu
Setelah operasi, anak biasanya membutuhkan rawat inap selama 2-3 hari untuk pemantauan dan pemberian antibiotik intravena. Hal ini dilakukan untuk mencegah komplikasi seperti infeksi luka.
Komplikasi Usus Buntu pada Anak
Jika tidak segera diobati, usus buntu dapat pecah dalam 24-72 jam setelah gejala dimulai. Kondisi ini disebut peritonitis, yaitu infeksi pada rongga perut yang dapat berakibat fatal. Tanda-tanda komplikasi serius meliputi:
- Nyeri perut hebat yang menyebar.
- Perut terasa keras saat disentuh.
- Demam tinggi hingga 40°C.
- Nadi cepat dan lemah.
Komplikasi ini membutuhkan penanganan darurat untuk mencegah risiko yang lebih besar.
Jangan anggap remeh sakit perut yang berkepanjangan, terutama jika disertai gejala seperti muntah, demam, atau kehilangan nafsu makan. Segera periksakan anak ke dokter untuk memastikan penyebab dan mendapatkan penanganan yang diperlukan. Dengan tindakan cepat, komplikasi serius akibat usus buntu dapat dihindari, dan si kecil bisa pulih dengan baik.
Sumber: mayoclinic