SUKABUMIUPDATE.com - Masalah gigi pada anak merupakan hal yang sering ditemui, salah satunya adalah karies gigi. Karies gigi sering menyerang anak-anak usia 6–11 tahun dan remaja usia 12–19 tahun. Sayangnya, gejala awal karies seringkali terabaikan hingga akhirnya menyebabkan nyeri.
Karies gigi adalah kondisi di mana struktur gigi mengalami kerusakan, mulai dari lapisan enamel hingga akar gigi. Kerusakan ini dapat menimbulkan lubang kecil pada gigi. Bila tidak segera ditangani, karies dapat berkembang menjadi kerusakan parah dan menyebabkan rasa sakit yang intens.
Penyebab Karies Gigi pada Anak
Baca Juga: 10 Adab Berdoa di Bulan Ramadan Agar Hajat Cepat Terkabul
Ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab karies gigi pada anak, di antaranya:
1. Kebiasaan Mengonsumsi Makanan Manis
Makanan manis seperti permen, coklat, susu, dan es krim merupakan favorit anak-anak. Namun, jenis makanan ini juga menjadi sumber makanan bagi bakteri yang ada di mulut. Bakteri tersebut mengubah gula menjadi zat asam yang kemudian membentuk plak pada gigi. Plak ini dapat menyebabkan kerusakan enamel dan memicu gigi berlubang.
Jika tidak segera dibersihkan, bakteri dan asam yang menembus hingga akar gigi dapat masuk ke aliran darah dan menyebabkan infeksi pada tubuh.
2. Menyusu Menggunakan Botol
Menyusu sebelum tidur sering kali menjadi kebiasaan anak-anak. Namun, ketika mereka menyusu susu formula, jus, atau cairan manis lainnya, gula yang terkandung dalam cairan tersebut dapat menempel pada gigi selama berjam-jam. Hal ini memicu pertumbuhan bakteri yang menyebabkan karies.
Fenomena ini disebut karies botol, yang biasanya ditandai dengan munculnya lubang pada gigi depan bagian atas.
3. Jarang Menyikat Gigi
Menyikat gigi adalah langkah utama untuk menjaga kebersihan gigi. Jika anak jarang menyikat gigi, plak yang mengandung bakteri akan terus menumpuk dan menyebabkan pembusukan gigi.
Gejala Karies Gigi pada Anak
Gejala karies gigi dapat berbeda pada setiap anak, tergantung pada tingkat keparahan dan lokasinya. Namun, beberapa tanda umum yang sering muncul meliputi:
- Nyeri gigi, terutama yang terjadi secara spontan atau tanpa sebab jelas.
- Sensitivitas gigi terhadap makanan atau minuman panas, dingin, atau manis.
- Adanya lubang atau noda coklat, hitam, atau putih pada gigi.
- Rasa sakit saat menggigit makanan.
Jika anak mengeluh sakit gigi meskipun belum terlihat adanya lubang atau kerusakan, segera periksakan ke dokter gigi.
Cara Mengatasi Karies Gigi pada Anak
Penanganan karies gigi tergantung pada usia anak, tingkat keparahan, dan gejalanya. Beberapa metode yang umum dilakukan adalah:
1. Restorasi Gigi Langsung
Prosedur ini dilakukan dengan menambal bagian gigi yang berlubang. Biasanya, hanya memerlukan satu kali kunjungan ke dokter gigi. Bahan tambalan yang digunakan meliputi amalgam, komposit, atau porselen.
2. Restorasi Gigi Tidak Langsung
Jika kerusakan gigi lebih parah, prosedur ini menjadi pilihan. Contoh perawatan tidak langsung adalah veneer, crown, atau bridge gigi. Proses ini membutuhkan beberapa kali kunjungan ke dokter gigi.
3. Pencabutan Gigi
Jika gigi sudah tidak dapat diselamatkan, dokter akan mencabutnya untuk mencegah infeksi lebih lanjut.
Baca Juga: Kolesterol Tinggi pada Anak: Penyebab, Bahaya, dan Cara Mengatasinya
Pencegahan Karies Gigi pada Anak
Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
- Ajarkan anak untuk menyikat gigi dua kali sehari menggunakan pasta gigi berfluoride.
- Batasi konsumsi makanan manis.
- Hindari kebiasaan menyusu dengan botol sebelum tidur.
- Rutin periksakan gigi anak ke dokter gigi, terutama sejak gigi pertama tumbuh.
Karies gigi pada anak adalah masalah yang serius jika tidak ditangani dengan baik. Meskipun sering terjadi, kondisi ini dapat dicegah melalui kebiasaan menjaga kebersihan mulut dan pola makan yang sehat. Jangan tunggu hingga karies menyebabkan kerusakan parah. Mulailah dengan langkah kecil, seperti mengajarkan anak rajin menyikat gigi dan memeriksakan kesehatan gigi secara rutin. Dengan begitu, Anda membantu menjaga kesehatan gigi anak hingga dewasa.
Sumber: mayoclinic