SUKABUMIUPDATE.com - Hujan lebat yang sering terjadi dapat membawa dampak serius terhadap kualitas air dan kesehatan masyarakat. Meskipun penting untuk kelangsungan ekosistem, sering kali mengarah pada pencemaran air dan meningkatnya risiko penyakit yang ditularkan melalui air. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi hubungan yang erat antara perubahan iklim, kualitas air, dan kesehatan masyarakat, yang semakin relevan seiring meningkatnya intensitas hujan lebat di berbagai belahan dunia.
1. Dampak Hujan Lebat terhadap Kualitas Air
Menurut WHO, hujan lebat berpotensi menyebabkan pencemaran pada sumber daya air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Ketika hujan turun dalam volume besar, air hujan yang mengalir ke permukaan tanah dapat membawa berbagai polutan dari permukaan, seperti limbah domestik, sampah, bahan kimia dari sektor industri, serta kotoran hewan dan manusia. Polutan ini dapat mengalir ke sungai, danau, atau sumur yang merupakan sumber utama air bersih bagi masyarakat.
Berdasarkan panduan WHO, pencemaran air ini meningkatkan risiko terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen, seperti bakteri dan virus, yang dapat menyebabkan penyakit diare dan infeksi lainnya. Selain itu, keberadaan bahan kimia berbahaya, seperti pestisida dan logam berat, dapat merusak kualitas air dalam jangka panjang dan menurunkan keamanannya untuk dikonsumsi.
Baca Juga: Kurangi Hujan di Sukabumi Cianjur, BNPB dan BMKG Siapkan Teknologi Modifikasi Cuaca
2. Penyebaran Penyakit yang Dapat Ditularkan Melalui Air
WHO dalam berbagai penelitiannya menyatakan bahwa hujan lebat yang menyebabkan banjir meningkatkan risiko penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air. Banjir membawa air yang terkontaminasi ke dalam rumah dan fasilitas umum, memperburuk sanitasi dan mempercepat penyebaran penyakit. Beberapa penyakit yang sering terkait dengan pencemaran air, antara lain:
- Diare: Penyakit yang sering muncul akibat konsumsi air yang tercemar bakteri atau virus patogen.
- Kolera: Penyakit yang ditularkan melalui air yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae.
- Leptospirosis: Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang sering ditemukan pada air yang tercemar oleh urin hewan, terutama tikus.
WHO menekankan bahwa kerentanannya meningkat pada wilayah yang tidak memiliki akses memadai terhadap sanitasi dan pengolahan air bersih yang memadai, terutama di daerah yang sering dilanda banjir.
3. Dampak pada Infrastruktur dan Akses Air Bersih
Hujan lebat seringkali merusak infrastruktur pengelolaan air, seperti pipa distribusi air bersih dan sistem saluran drainase. Hal ini dapat menyebabkan terputusnya pasokan air bersih untuk waktu yang lama. Ketika sistem pengelolaan air rusak, air yang tersedia mungkin terkontaminasi, mengancam kesehatan masyarakat.
Menurut WHO, sangat penting untuk memastikan bahwa infrastruktur pengelolaan air mampu bertahan terhadap kondisi cuaca ekstrem, termasuk hujan lebat, untuk menjaga pasokan air bersih yang aman. Sebagai tambahan, WHO menganjurkan penggunaan sistem pemurnian air, seperti klorinasi dan penyaringan, untuk memastikan bahwa air yang digunakan untuk konsumsi aman dari kontaminasi bakteri dan bahan kimia berbahaya.
4. Perubahan Ekosistem Perairan
Selain dampak langsung terhadap kualitas air, hujan lebat juga dapat mengubah ekosistem perairan, terutama di daerah dengan aliran sungai dan danau yang sensitif terhadap perubahan iklim. Ketika volume air yang besar mengalir ke badan perairan, sedimentasi dan bahan-bahan kimia yang terbawa dapat mengubah pH air dan mengganggu kehidupan akuatik.
WHO mencatat bahwa perubahan dalam ekosistem perairan ini dapat mempengaruhi ketersediaan makanan bagi masyarakat yang bergantung pada perikanan sebagai sumber protein utama mereka. Selain itu, kerusakan ekosistem juga dapat memperburuk kualitas air dan membuatnya lebih rentan terhadap pencemaran mikrobiologis.
5. Langkah-langkah Mitigasi
Untuk memitigasi dampak hujan lebat terhadap kualitas air dan kesehatan masyarakat, WHO menyarankan beberapa langkah penting, antara lain:
- Peningkatan Infrastruktur Sanitasi dan Drainase: Investasi dalam pembangunan saluran drainase yang baik dan sistem sanitasi yang efektif untuk menangani volume air hujan yang besar dapat mengurangi risiko banjir dan pencemaran air.
- Peningkatan Sistem Pemurnian Air: Peningkatan kapasitas pengolahan air untuk memastikan air yang didistribusikan kepada masyarakat aman untuk dikonsumsi.
- Edukasi Masyarakat: WHO mendorong kampanye edukasi bagi masyarakat untuk memahami pentingnya menjaga kebersihan air, pengelolaan sanitasi yang baik, serta cara-cara mencegah penyakit yang ditularkan melalui air.
- Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan: Menjaga keberlanjutan ekosistem perairan dengan melakukan konservasi dan perlindungan terhadap sumber daya alam di daerah-daerah rawan hujan lebat.
Hujan lebat yang membawa dampak besar terhadap kualitas air dapat berakibat pada masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah-daerah dengan sistem pengelolaan air yang buruk. Pencemaran air dan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air menjadi tantangan yang harus dihadapi dengan serius. Berdasarkan rekomendasi dari WHO, langkah-langkah mitigasi yang melibatkan infrastruktur yang baik, pengelolaan sanitasi yang efektif, serta edukasi kepada masyarakat sangat penting untuk meminimalkan dampak buruk hujan lebat terhadap kesehatan dan kualitas air. Dengan pengelolaan yang tepat, kualitas hidup masyarakat dapat terjaga meskipun menghadapi kondisi cuaca ekstrem.
Baca Juga: Belasan Warga Mengungsi Akibat Pergerakan Tanah Di Desa Panumbangan Sukabumi
Sumber : World Health Organization (WHO)