SUKABUMIUPDATE.com - Dua penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengalami depresi, kecemasan, atau stres jangka panjang memiliki risiko lebih tinggi terkena masalah jantung. Temuan tersebut merupakan bukti lebih lanjut tentang hubungan pikiran-hati, yang menunjukkan bagaimana kesehatan otak yang buruk dapat membuka jalan menuju penyakit kardiovaskular, yang merupakan penyebab kematian tertinggi di negara tersebut.
Dalam salah satu studi baru, peneliti menemukan bahwa orang yang didiagnosis dengan depresi atau kecemasan mengembangkan faktor risiko untuk masalah jantung utama 6 bulan lebih awal daripada orang yang tidak mengalami depresi atau kecemasan.
Secara keseluruhan, orang-orang dalam penelitian yang mengalami depresi atau kecemasan memiliki risiko 35% lebih tinggi mengalami kejadian kardiovaskular utama, seperti serangan jantung atau stroke.
Baca Juga: 5 Menu Sarapan Sehat untuk Menjaga Kesehatan Jantung : Simak Cara Membuatnya
Perkembangan kondisi kesehatan yang lebih cepat seperti tekanan darah tinggi berasal dari risiko yang lebih tinggi yang disebabkan oleh depresi atau kecemasan, yang pada akhirnya mengarah pada kejadian jantung atau stroke, kata para peneliti.
Tim dari Rumah Sakit Umum Massachusetts mengumpulkan data kesehatan selama 10 tahun untuk 71.262 orang dewasa yang rata-rata berusia 49 tahun. Selain mengamati kondisi awal risiko seperti diabetes tipe 2 dan diagnosis kardiovaskular, mereka meneliti bagaimana sifat genetik yang diketahui membuat orang sensitif terhadap stres yang mempengaruhi kesehatan jantung.
Bisakah Stres Memperparah Penyakit Jantung?
Jonathan Sackner Bernstein, MD, menjelaskan hubungan antara stres dan penyakit jantung.
Para peneliti mengatakan stres secara langsung mempengaruhi kesehatan fisik dan juga menyebabkan kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok atau kurang bergerak, yang semuanya menyebabkan risiko kesehatan yang lebih tinggi. Temuan ini dibangun berdasarkan pengetahuan sebelumnya tentang hubungan pikiran-hati, yang telah menunjukkan bahwa hormon stres yang tinggi seperti kortisol dapat mempengaruhi gula darah, peradangan, dan respon biologis lainnya yang mempengaruhi jantung.
Baca Juga: 5 Cara Membuat Rutinitas Malam Agar Anak Semangat Sekolah di Pagi Hari
Orang-orang dalam penelitian ini mengisi kuesioner sebagai bagian dari Dallas Heart Study, dan tidak satu pun dari 2.685 orang tersebut menderita penyakit kardiovaskular pada awal penelitian. Respons kuesioner digunakan untuk mendapatkan skor numerik dari apa yang disebut oleh para peneliti sebagai "persepsi stres".
"Memang ada hubungan antara pikiran dan hati. Merawat pikiran juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik," kata penulis utama studi stres kumulatif Ijeoma Eleazu, MD, seorang peneliti kardiologi di University of Texas Southwestern Medical Center di Dallas, dalam sebuah pernyataan.
Sumber : webmd