SUKABUMIUPDATE.com - Senyum tipis keluar dari bibir M Solihin atau Aso (36 tahun), orang dengan gangguan jiwa warga Jampangtengah Kabupaten Sukabumi Jawa Barat saat keluar dari ‘kandang’. Lebih dari 5 tahun Aso dipasung dan ditempatkan di ruangan khusus oleh keluarganya karena sering kabur dan dikhawatirkan mengamuk.
Setelah mengetahui kisah pilu Aso, Forkopimcam Jampangtengah langsung bergerak, untuk memberikan penanganan medis lebih mendalam bagi M. Solihin. Warga Kampung Cileutik 008/002 Desa Bojongtipar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, rencananya akan dibawa ke RS Marzoeki Mahdi di Bogor Jawa Barat.
Kepala Puskesmas Jampangtengah, Sofyan Efendi mengatakan usai melakukan pemeriksaan medis dan mendalami kisah Aso dan keluarganya pada Kamis 7 November 2024, bersama Dinkes mendorong upaya perawatan lebih lanjut.
“Hari ini, kami bersama Camat Jampangtengah, Danramil Jampangtengah, Kapolsek Jampangtengah, Pemdes, Babinsa, Bhabinkamtibmas, TKSK, serta tokoh masyarakat, berembuk untuk segera menangani pasien,” jelasnya kepada sukabumiupdate.com, Jumat (8/11/2024).
Baca Juga: Bersih-Bersih Pantai Gadobangkong, Disperkim Ajak Warga Sukabumi Rawat Lingkungan Wisata
Setelah kembali berdiskusi dengan keluarga, tim akhirnya mendapat izin untuk membawa Aso ke RS Marzoeki Mahdi, Bogor. “Aso dibujuk dulu oleh keluarganya, setelah siap pukul 11.00 WIB tadi berangkat pakai ambulan Pemdes Bojongtipar ke Bogor," jelasnya.
Ditempat yang sama, Camat Jampangtengah, Charrul Ichwan menambahkan bahwa pasien ke RS Marzuki Mahdi Bogor bersama anggota keluarganya. "Tadi berangkat didampingi sama kakaknya,” ucap Camat yang menambahkan harrul Ichwan menegaskan bahwa sejak 2023, penanganan medis Aso sudah dicover BPJS gratis.
Keluar dari bangunan kayu tempatnya tinggal selama lebih dari 5 tahun ini, M Solihin langsung digendong oleh anggota keluarganya. Ia masih mengenakan rantai besi, untuk mengurangi resiko mengamuk di perjalanan menuju Bogor.
Hidup Dirantai Dalam ‘Kandang’
M. Solihin (36 tahun) warga Kampung Cileutik, Desa Bojongtipar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, sudah empat tahun hidup terkurung dalam sebuah bangunan kayu sempit dari bambu di pinggir sawah dekat rumahnya karena mengalami gangguan jiwa.
Di tempat yang mirip kandang tersebut, tangan pria yang akrab dipanggil Aso itu juga dibelenggu rantai besi. Keluarga terpaksa membatasi ruang geraknya karena sering kabur dari rumah tanpa busana dan khawatir mengganggu warga lain.
Sang ibu, Masriah (52 tahun) yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani, mengaku pasrah dengan kondisi anaknya tersebut karena tidak memiliki biaya pengobatan. Masriah kemudian bercerita bahwa anak keduanya itu mulai berperilaku tak biasa atau aneh semenjak pulang dari Bandung 10 tahun yang lalu.
Baca Juga: Perhatian Pemkab Sukabumi untuk ODGJ yang Dikurung dan Dirantai di Jampangtengah
"Sejak pulang dari Bandung, tidak lama kemudian sering menghilang dari rumah, sampai 3 hari hingga 4 hari tidak pulang, lalu dicari dan ketemu di kebun, dibawa pulang. Bahkan terakhir pernah hilang dan ketemu sedang mandi di Sungai Cimandiri dekat Terminal Jubleg Sukabumi," ungkapnya.
Menurut Masriah, kondisi kejiwaan Aso seiring waktu semakin berbeda dari biasanya. Anaknya itu mudah tersinggung lalu mengamuk tak jelas. Puncaknya, saat Aso sering keluar rumah tanpa menggunakan busana. Keluarga akhirnya memutuskan untuk memasung Aso di ruangan dapur, tepatnya sekitar tahun 2019.
"Saat itu bapaknya masih ada, sehingga takut kabur dan merusak maka dipasung di ruangan dapur. Mungkin sekitar 1 tahun di pasung di dapur, karena sering ngamuk dan kabur," tuturnya.
Baca Juga: Terbentur Biaya Berobat, Warga Jampangtengah Ini Dikurung & Dirantai Karena Gangguan Jiwa
Setahun kemudian atau tepatnya setelah M. Zaenudin, ayah dari Aso, meninggal di tahun 2020, Aso kemudian dipindahkan ke tempat dirinya dikerangkeng saat ini. Sebuah gubuk atau sawung berukuran 1,5 x 1,5 meter persegi yang terbuat dari bambu, kayu dan seng di pinggir sawah yang letaknya kurang lebih 50 meter dari rumah. Kedua kaki dan tangannya pun dirantai. Namun kini rantai di kakinya menurut Masriah sudah putus.
"Pernah dibawa berobat ke Puskesmas Jampangtengah oleh Pak Kades Bojongtipar, juga sempat dibawa ke RS Syamsudin Kota Sukabumi, namun tidak ada perkembangan, hanya diberi obat. Bahkan berobat kampung pun sudah dilakukan. Harapan kami keluarganya ingin berobat dan sembuh lagi," lirihnya.