SUKABUMIUPDATE.com - Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), atau yang lebih dikenal dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas, adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk memusatkan perhatian, mengendalikan aktivitas motorik, dan mengelola perilaku impulsif.
Tanda-tanda gangguan ADHD pada anak-anak dapat mirip dengan tanda-tanda perilaku normal pada anak kecil. Namun, Anda mungkin memperhatikan bahwa mereka mengalami kesulitan untuk memperhatikan, atau mereka mungkin hiperaktif atau melakukan hal-hal yang tidak dapat Anda prediksi, tanpa berpikir terlebih dahulu.
Gejala ADHD Pada Anak-anak
Gejala ADHD biasanya muncul saat anak-anak masih kecil yakni sekitar usia sekolah. Namun, Anda mungkin menyadarinya jauh lebih awal bahwa beberapa anak didiagnosis ADHD saat masih balita, pada usia 2 atau 3 tahun.
Anda mungkin melihat anak Anda banyak menggeliat atau gelisah, atau untuk ADHD pada balita, Anda mungkin melihat mereka tidak fokus saat Anda atau guru mereka berbicara kepada mereka.
Meskipun banyak dari tanda-tanda ini umum terjadi pada anak-anak yang lebih muda, jika Anda melihatnya pada anak Anda, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui apakah itu mungkin gejala ADHD .
Anak-anak dengan ADHD dapat mengalami kesulitan untuk fokus pada hal-hal seperti membaca. Mereka juga mungkin tampak selalu bergerak dan melakukan sesuatu tanpa berpikir.
Gejala ADHD dapat bervariasi pada setiap anak. Dihimpun dari laman Webmd, secara umum, jenis gejala ADHD pada anak-anak meliputi:
1. Kekurangan Perhatian
Anda mungkin tidak menyadari kurangnya perhatian yang disebut ADD (attention-deficit disorder) hingga anak-anak mulai bersekolah. Mereka mungkin menunda-nunda, tidak menyelesaikan pekerjaan rumah atau tugas, atau beralih dari satu tugas yang setengah selesai ke tugas lain.
Anak ADHD juga memiliki gejala ini:
- Kurang fokus
- Sulit memperhatikan detail
- Melakukan banyak kesalahan seperti ceroboh
- Melakukan pekerjaan yang berantakan
- Kesulitan untuk tetap fokus pada topik saat berbicara
- Tidak mendengarkan orang lain saat berbicara
- Mengabaikan aturan sosial
- Melupakan aktivitas sehari-hari misalnya bolos sekolah
- Mudah terganggu oleh suara-suara kecil atau hal-hal yang diabaikan orang lain
- Sulit bergaul dengan orang lain karena tidak bisa membaca perasaan dan suasana hati orang lain
- Banyak melamun
- Terlalu sibuk dengan pikiran mereka sendiri hingga tidak mendengarkanmu
2. Hiperaktif
Anak-anak dengan ADHD mungkin terlihat hiperaktivitas seperti:
- Gelisah dan menggeliat saat duduk
- Sering bangun untuk berjalan atau berlari
- Terlalu banyak berlari atau memanjat pada waktu yang salah (Pada remaja, ini mungkin tampak seperti kegelisahan.)
- Kesulitan bermain dengan tenang atau melakukan hobi yang tenang
- Terlalu banyak bicara
Balita dan anak prasekolah dengan ADHD mungkin tampak selalu bergerak melompat-lompat dan mengalami kesulitan mengikuti kegiatan kelompok yang mengharuskan mereka untuk duduk diam.
Misalnya, mereka mungkin kesulitan mendengarkan cerita. Anak usia sekolah dapat memiliki kebiasaan serupa, tetapi Anda mungkin lebih jarang memperhatikannya.
Hiperaktivitas pada remaja dapat membuat mereka tampak gelisah atau tidak tenang. Mereka juga mungkin kesulitan melakukan aktivitas yang tenang.
3. Impulsivitas
Anda mungkin memperhatikan bahwa anak Anda tidak sabaran dan sulit untuk menunggu sebelum berbicara atau melakukan sesuatu. Hal itu wajar saja terjadi pada anak-anak, tetapi pada anak-anak dengan ADHD, hal-hal seperti ini sering terjadi di rumah dan sekolah atau saat mereka bersama teman-teman.
Mereka juga mungkin:
- Memberikan jawaban secara tiba-tiba sebelum seseorang selesai bertanya
- Sulit menunggu giliran
- Sering menyela pembicaraan orang lain (Hal ini bisa terjadi begitu sering hingga dapat menimbulkan masalah dengan anak-anak lain. Teman-teman mereka mungkin akan marah atau tersinggung karena mereka bertindak tanpa berpikir.)
- Memulai percakapan pada waktu yang tidak tepat
Impulsivitas dapat menyebabkan kecelakaan, seperti menjatuhkan barang atau menabrak orang. Anak-anak juga dapat melakukan hal-hal berisiko tanpa berpikir terlebih dahulu tentang apa yang mungkin terjadi.
Misalnya, mereka dapat memanjat dan membahayakan diri mereka sendiri. Bertindak terlebih dahulu tanpa berpikir juga dapat mengacaukan kemampuan anak untuk berperilaku seperti anak-anak lain yang seusia atau setingkat perkembangan.