SUKABUMIUPDATE.com - Reaksi yang kuat setelah suatu kejadian yang menyedihkan atau menakutkan adalah hal yang wajar, tetapi reaksi tersebut akan mulai berkurang setelah beberapa minggu.
Reaksi terhadap trauma dapat bervariasi dari orang ke orang, tergantung pada berbagai faktor seperti usia, kepribadian, dan jenis trauma yang dialami.
Orang dapat mengalami berbagai reaksi fisik, mental, emosional dan perilaku akibat memiliki pengalaman traumatis di masa lalu.
Baca Juga: Tantrum! 10 Sikap Anak yang Sulit Diatur Orang Tua dan Solusi Cara Mengatasinya
Adapun contoh Reaksi Fisik yang bisa dialami ketika mengingat trauma seperti: Ketegangan Otot, Kesulitan Tidur, Kelelahan Kronis, Sakit Kepala atau Migrain dan Masalah Pencernaan.
Reaksi terhadap trauma
Melansir betterhealth.vic.gov.au, cara seseorang bereaksi terhadap trauma tergantung pada jenis dan tingkat keparahan peristiwa traumatis, apakah orang tersebut memiliki pengalaman atau tips yang relevan sebelumnya untuk mengatasi trauma.
Kemudian juga apakah mereka aktif atau tidak berdaya, jumlah dukungan yang tersedia setelah kejadian, pemicu stres lain yang ada saat ini, pemicu di kehidupan seseorang, kepribadian, tingkat ketahanan alaminya, dan pengalaman traumatis sebelumnya.
Reaksi umum terhadap trauma
- merasa seolah-olah Anda berada dalam kondisi 'siaga tinggi' dan 'berjaga-jaga' terhadap hal lain yang mungkin terjadi
- merasa mati rasa secara emosional, seolah-olah dalam keadaan 'shock'
- menjadi emosional dan kesal
- merasa sangat lelah dan capek
- merasa sangat stres dan/atau cemas
- sangat protektif terhadap orang lain termasuk keluarga dan teman
- tidak ingin meninggalkan tempat tertentu karena takut akan 'apa yang mungkin terjadi'
- berayun di antara reaksi-reaksi ini.
Reaksi-reaksi terhadap trauma ini cenderung normal. Dalam banyak kasus, reaksi-reaksi ini mereda sebagai bagian dari proses penyembuhan dan pemulihan alami tubuh selama beberapa minggu ke depan.
Baca Juga: PD! Ini 7 Cara Mencegah Perut Buncit Agar Tampil Lebih Percaya Diri
Reaksi fisik terhadap trauma
Pengalaman traumatis dapat mengakibatkan reaksi fisik pada seseorang, diantaranya:
- kelelahan atau keletihan
- tidur terganggu
- mual, muntah dan pusing
- sakit kepala
- keringat berlebih
- peningkatan denyut jantung
Cara Mengatasi Reaksi terhadap Trauma
- Mencari Dukungan Sosial
Berbicara dengan teman, keluarga, atau kelompok dukungan dapat membantu.
Berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang menyenangkan dan mendukung.
- Terapi Profesional
Pertimbangkan untuk bertemu dengan terapis atau konselor yang berpengalaman dalam menangani trauma.
Terapi kognitif-behavioral (CBT), terapi eksposur, atau EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) dapat efektif.
- Teknik Relaksasi dan Mindfulness
Meditasi, yoga, dan latihan pernapasan dalam dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan. Praktik mindfulness untuk membantu tetap fokus pada saat ini.
- Menjaga Kesehatan Fisik
Olahraga teratur dapat membantu mengurangi gejala fisik dan emosional dari trauma.
Pastikan untuk mendapatkan tidur yang cukup dan menjaga pola makan yang sehat.
- Menghindari Kebiasaan yang Merusak Fisik dan Mental
Batasi konsumsi alkohol dan hindari penggunaan obat-obatan terlarang.
Hindari perilaku merusak diri sendiri dan cari bantuan jika diperlukan.
- Mengembangkan Strategi Koping Positif
Menulis jurnal untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman. Mengembangkan hobi atau aktivitas yang menyenangkan dan memuaskan.
- Memahami Trauma
Mempelajari lebih lanjut tentang trauma dan reaksinya dapat membantu memahami dan mengelola gejala. Membaca buku atau artikel tentang pengalaman orang lain dengan trauma.
Baca Juga: Bebas Obesitas, 8 Makanan Enak Ini Bisa Membantu Menurunkan Berat Badan!
Menghadapi trauma adalah proses yang membutuhkan waktu dan dukungan. Penting untuk bersabar dengan diri sendiri dan mencari bantuan profesional jika diperlukan untuk mengatasi berbagai reaksi fisik terhadap trauma.
Sumber: betterhealth.vic.gov.au