SUKABUMIUPDATE.com - Ungkapan “tidak makan daging merah karena buruk bagi gula darah” ramai didengar usai pembagian daging kurban pasca Idul Adha 2024 kemarin.
Padahal, daging merah –bersama dengan potongan daging lainnya– adalah makanan yang hanya terdiri dari lemak dan protein. Melansir type2diabetes.com, ternyata makan daging merah tidak akan berdampak langsung pada gula darah dalam tubuh. Namun, untuk memahami ungkapan umum "daging merah buruk bagi gula darah" yuk simak artikel berikut sampai tuntas!
Apa yang meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh?
Masih melansir laman yang sama, makanan dapat dibagi menjadi tiga kategori makronutrien: karbohidrat, lemak, dan protein. Adapun gula darah meningkat bila seseorang mengonsumsi:
1. Karbohidrat
Makanan tinggi karbohidrat antara lain buah-buahan, nasi, kacang-kacangan, pasta, roti, susu, dan sayuran bertepung seperti jagung, kentang, dan labu musim dingin.
Saat makanan tinggi karbohidrat dicerna menjadi komponen dasarnya (glukosa) dilepaskan ke aliran darah. Glukosa inilah yang menyebabkan gula darah naik setelah mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat.
Baca Juga: Gaslighting, Pelecehan Emosional Terselubung yang Bisa Menghilangkan Kewarasan
2. Protein
Makanan berprotein tinggi , bagaimanapun, tidak memiliki glukosa sebagai bagian dari struktur unsurnya, melainkan terurai menjadi asam amino. Asam amino membantu membangun otot dan memperbaiki sel-sel dalam tubuh.
3. Lemak
Lemak dapat berupa lemak jenuh atau tak jenuh dan sel bahan bakar menyediakan sumber energi yang dibutuhkan otak kita untuk bertahan hidup.
Lantas, apa pengaruh daging merah terhadap kadar gula darah?
Makanan seringkali merupakan kombinasi dari ketiga makronutrien ini (karbohidrat, protein dan lemak), contohnya daging merah. Daging sapi mengandung protein dan lemak, tetapi tidak mengandung karbohidrat.
Lalu dari mana asal kesalahpahaman bahwa daging merah merusak gula darah?
Daging merah biasanya mengandung tinggi lemak, terutama asam lemak jenuh. Makanan yang mengandung lemak memiliki kalori lebih tinggi sehingga dapat menyebabkan pengendalian berat badan yang buruk jika dimakan berlebihan.
Seperti disebutkan sebelumnya, lemak sangat penting untuk kesehatan otak dan sel, namun American Diabetes Association merekomendasikan untuk membatasi lemak kurang dari 30% dari total konsumsi kalori, sedangkan lemak jenuh menghasilkan kurang dari 10% konsumsi kalori.
Baca Juga: 10 Makanan yang Harus Dihindari Penderita Diabetes dan Rekomendasi Penggantinya
Dampak Lemak Jenuh pada Tubuh
Asam lemak jenuh adalah jenis lemak yang tetap padat pada suhu kamar seperti mentega, lemak babi, dan lemak hewani lainnya.
Mengonsumsi lemak jenuh dalam jumlah tinggi dalam makanan dapat menyebabkan peradangan internal yang berkontribusi terhadap resistensi insulin. Sebab, pengendalian berat badan dan resistensi insulin sama-sama berperan besar dalam perkembangan diabetes tipe 2, tidak mengherankan jika orang berpikir bahwa daging merah berdampak buruk pada gula darah.
Jika dimakan dalam jumlah besar dalam jangka waktu lama, makanan apa pun yang tinggi lemak jenuhnya dapat memperburuk gejala diabetes tipe 2. Rekomendasi diet diabetes menyarankan untuk membatasi daging merah hingga 1-2 kali per minggu.
Baca Juga: Resep Dimsum Daging Kambing, Olahan Kurban Unik Anti Mainstream!
Diet Seimbang untuk Manajemen Gula Darah
Kesimpulan utamanya adalah daging merah tidak akan secara langsung meningkatkan gula darah karena merupakan sumber protein dan lemak.
Termasuk karbohidrat, lemak dan protein sangat penting agar tubuh kita dapat berfungsi dengan baik. Membatasi asupan lemak jenuh hingga kurang dari 10% dari total konsumsi kalori akan membantu kesehatan secara keseluruhan, mengontrol berat badan, dan mengurangi peradangan dalam tubuh kita yang berperan dalam resistensi insulin.
Jika memilih untuk memasukkan daging merah ke dalam menu makan, pilih potongan daging merah yang lebih rendah lemak seperti daging giling rendah lemak, atau kurangi sebagian lemak dari potongan steak sebelum dimasak.
Sumber: Type2Diabetes.com