SUKABUMIUPDATE.com - Ahli kesehatan masyarat menyebut kasus-kasus keracunan massal dapat dicegah keparahannya dengan penanganan yang tepat dalam pertolongan pertama. Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) Arfatul Makiyah, M.Kes, memberikan tanggapan atas dua kasus keracunan massal di Kabupaten Sukabumi sepanjang bulan Juni 2024, yang menyebabkan dua warga meninggal dunia.
Diketahui ratusan warga menunjukkan gejala keracunan seperti mual, diare, pusing, demam, dan muntah, tak lama setelah menyantap makanan yang dibagikan pada acara syukuran, baik itu yang terjadi di Cibadak maupun Sagaranten Kabupaten Sukabumi.
Dari kasus Sagaranten, dua pasien yang sempat mendapatkan penanganan medis akhirnya meninggal dunia. Seorang bocah perempuan berusia 9 tahun dan laki-laki dewasa berusia diatas 50 tahun, sempat mengalami kondisi kejang sebelum menghembuskan nafas terakhir.
Hal ini menjadi catatan penting bagi dunia kesehatan masyarakat, khususnya stakeholder kesehatan di Kabupaten Sukabumi. Dimana menurut Arfatul Makiyah, gejala kejang adalah dampak fatal dari keracunan makanan. Ini menandakan zat racun dalam tubuh sudah mencapai saraf otak.
Ia menduga korban meninggal dunia karena terlambatnya penanganan pertama pasca gejala keracunan diketahui. “Racun itu cepat menyebar. Apalagi kalau sudah masuk ke tubuh kita. Lewat lambung, usus halus, usus besar, itu penyerapan tubuhnya cepat sekali. Kalau terlambat penanganan bisa kejang dan berujung kematian. Di sini pentingnya mengedukasi masyarakat mengenai pertolongan pertama,” jelasnya kepada tim liputan sukabumiupdate.com, Kamis (13/6/2024).
Pertolongan Pertama Kasus Keracunan
Keracunan lanjut Arfatul Makiyah, menimbulkan risiko lebih parah hingga kematian jika faktor penanganan pertama ini diabaikan. Untuk itu dia mendorong, stakeholder kesehatan menggencarkan materi edukasi soal ini kepada masyarakat.
“Pertolongan pertama ini penting diketahui masyarakat. Keracunan ini sifatnya genting kan. Korban harus segera ditangani. Terutama jika akses mendapatkan penanganan penanganan medis terkendala waktu dan jarak tempuh. Mau tidak mau kita harus memberinya pertolongan pertama,” beber Arfatul Makiyah.
.
Menurutnya, penting sekali mencukupi cairan tubuh pasir dengan memberi air putih. Adapun untuk gejala muntah, harus diposisikan duduk, hindari posisi terlentang agar muntahannya tidak malah masuk ke saluran pernapasan, menghindari resiko tersedak. Kemudian beri makanan yang mudah dicerna, pisang, bubur, madu, atau kentang.” Terang Arfatul Makiyah.
Berikut beberapa langkah pertolongan pertama untuk menghindari risiko keracunan yang lebih parah;.
1. Beri air putih agar tubuh tetap terhidrasi.
2. Jika muncul gejala diare, beri oralit atau cairan garam dan gula.
3. Beri bahan karbon aktif seperti norit.
4. Beri air kelapa yang berfungsi untuk plasebo yaitu menetralkan tubuh. Air kelapa bisa menggantikan cairan elektrolit tubuh yang hilang.
5. Beri air rebusan jahe yang bisa memberi efek menenangkan pada saluran pencernaan. Selain itu juga bisa meredakan mual dan nyeri perut
Faktor Pemicu Keracunan
Arfatul Makiyah juga menjelaskan ada banyak faktor yang memungkinkan jadi pemicu keracunan massal, seperti kasus di Sagaranten dan Cibadak. Dalam istilah medis, keracunan dipicu oleh reaksi kimia, reaksi biologis, maupun mikroorganisme.
Keracunan makanan bisa disebabkan bahan kimia beracun seperti pestisida, timah, merkuri, dan kadmium yang masih tertinggal dalam makanan. Dari segi biologis, racun itu bisa disebabkan jamur atau toksin yang dihasilkan tanaman tertentu.
Selain itu, racun juga bisa disebabkan mikroorganisme. Ada banyak kasus keracunan disebabkan mikroorganisme. Tidak hanya terjadi di Indonesia, kasus keracunan makanan juga terjadi di luar negeri. Arfatul Makiyah menyebut kasus keracunan makanan terjadi juga di Inggris dan UK. Sebanyak 77,3% disebabkan mikroorganisme kampilobakter.
“Kemunculan gejala keracunan seperti mual, perut melilit, pusing, muntah, diare bisa dalam rentang waktu yang tidak tentu tergantung bakteri apa yang menginfeksi korban,” bebernya.
Kronologi kasus keracunan di Sagaranten yang menimbulkan korban jiwa diketahui pada Minggu (9/06/2024) dan gejalanya mulai muncul pada keesokkan harinya yaitu pada Senin (10/06/2024). Berdasarkan pengamatan Arfatul Makiyah, keracunan ini bisa disebabkan dari makanan yang terkontaminasi patogen seperti Kampilobakter, Salmonella, dan Shigella.
Orang yang terinfeksi bakteri ini bisa mengalami gejala seperti muntah, diare, demam, dalam rentang waktu 6 – 72 jam. Namun penyebab keracunan ini masih perlu diuji laboratorium lebih lanjut.
Baca Juga: 2 Warga Tewas, Polisi Akan Selidiki Kasus Dugaan Keracunan Massal di Sagaranten Sukabumi
Arfatul juga menyebut beberapa upaya pencegahan yang bisa dilakukan masyarakat agar terhindar dari keracunan makanan, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Memisahkan masakan masak dari makanan mentah di setiap pengolahan. Dari penyiapan, penyimpanan, hingga di meja makannya.
2. Menjaga makanan tetap higienis seperti mencuci makanan terlebih dahulu sebelum disajikan
3. Menggunakan alat ketika mengambil makanan agar makanan tidak terkontaminasi bakteri dari tangan
4. Menutup makanan setelah dikonsumsi untuk menghindari lalat hinggap. Vektor lalat merupakan salah satu vektor parasit mikroorganisme yang bisa jadi penyebab keracunan
5. Sortir makanan yang sudah tidak segar dan membusuk
Peliput tim PKL UMMI 2024: Jelsa