SUKABUMIUPDATE.com - Factitious Disorder merupakan gangguan mental dimana kondisi tubuh merasa pura-pura sakit atau sengaja membuat dirinya merasa sakit, baik secara fisik maupun mental. Orang yang mengidap Factitious Disorder cenderung akan memalsukan kondisi kesehatannya untuk menarik simpati dari orang-orang disekitarnya.
Factitious Disorder sendiri dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti trauma masa kecil, mengidap penyakit kronis saat masiih anak-anak, depresi berlebih, hingga mengidap gangguan kejiwaan lain. Facitious disorder umumnya diderita oleh pasien berusia 20-40 tahun.
Factitious Disorder sendiri dibagi menjadi dua. Pertama, Factitious Disorder imposed on self yaitu gangguan factitious ketika seseorang sengaja memalsukan kondisi kesehatan dirinya sendiri. Kedua Factitious Disorder imposed on another yaitu gangguan factitious ketika seseorang berbohong atau bahkan sengaja melukai kondisi kesehatan orang lain.
Baca Juga: 10 Ciri Orang yang Sulit Mendapatkan Ketenangan Jiwa Hingga Umurnya Tua
Saat Factitious Disorder kambuh, ads beberapa gejala yang akan timbul. Berikut ulasan gejala yang timbul, sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber:
Gejala Factitious Disorder
1. Mempunyai pengetahuan luas tentang penyakit
Penderita Factitious Disorder pasti memiliki pengetahuan luas tentang beragam macam penyakit. Penyakit yang ia pelajari beragam, baik penyakit ringan hingga penyakit yang membutuhkan penanganan khusus.
Gejala Factitious Disorder ini diperlukan sebagai bahan berbohong kepada dokter sehingga ia dapat terus berkonsultasi dengan dokter dan menganggap dirinya selalu sakit.
2. Menyakiti diri sendiri
Orang dengan Factitious Disorder akan menyakiti bahkan melukai diri sendiri terus-menerus.
Penderita Factitious Disorder melakukan tindakan tersebut untuk mendapatkan perhatian dari keluarga atau teman sekitarnya sehingga mereka akan khawatir dan menganggap mereka sedang sakit.
Baca Juga: 10 Ciri Orang yang Sulit Mendapatkan Ketenangan Batin Hingga Umurnya Tua
3. Gejala penyakit tidak konsisten
Penderita Factitious Disorder akan melebih-lebihkan hingga memalsukan gejala penyakit yang diderita.
Gejala Factitious Disorder contohnya sakit perut, kejang, hingga pingsan sering dipertunjukkan oleh penderita penyakit mental ini. Orang yang menderita Factitious Disorder juga tak ragu meniru salah satu gejala penyakit padahal ia berbohong mengenai kondisi aslinya.
4. Munculnya gejala penyakit baru setelah hasil dinyatakan negatif
Jika Penderita Factitioun Disorder dinyatakan negatif dari suatu penyakit, ia akan berpura-pura sakit kembali dengan gejala baru.
Orang yang mengalami Factitious Disorder merasa timbul penyakit baru dan perlu penanganan khusus kepada dokter.
5. Sering berganti dokter hingga rumah sakit
Frekuensi berganti dokter dan rumah sakit akan sangat sering dilakukan oleh penderita Factitious Disorder. Sebab, Orang yang menderita Factitious Disorder tidak ingin dokter yang sudah menanganinya menjadi curiga akan kepalsuan penyakitnya.
Oleh karena itu, Penderita Factitious Disorder memilih untuk menemui dokter atau rumah sakit baru sebagai target kebohongan lainnya.
Baca Juga: 14 Ciri Orang yang Selalu Negative Thinking, Pikirannya Suudzon Terus!
5. Tidak mengizinkan dokter berbicara dengan keluarga atau teman
Pasien Factitious Disorder tidak mau teman hingga keluarga mereka tahu penyakit yang sebenarnya diderita oleh mereka.
Orang yang mengalami Factitious Disorder hanya ingin mendapatkan simpati dan tetap terus diperhatikan. Bahkan mereka tidak ragu untuk memanipulasi riwayat medis guna menunjang drama yang mereka mainkan.
6. Memiliki banyak luka operasi dari banyak prosedur
Akibat dari melukai diri sendiri dan tindakan operasi, tubuh Penderita Factitious Disorder akan dipenuhi dengan bekas luka.
Namun, mereka justru akan merasa senang dengan tubuh dengan banyak luka tersebut. Tak jarang pengidap Factitious Disorder juga meng-upload banyaknya luka yang diderita untuk mendapatkan atensi dari followers.
Baca Juga: Resep Lupis Ketan, Rekomendasi Jajanan Tradisional Manis untuk Keluarga
Factitious Disorder merupakan penyakit mental yang perlu segera ditangani dengan psikoterapi. Selain itu, usahakan penderita memiliki satu dokter tetap untuk memantau, mengawasi, dan membantu pasien mengelola gejalanya serta mencegah untuk terus berganti rumah sakit.
Peran keluarga dan teman juga penting untuk meminimalisir gangguan pada pemikiran dan perilaku individu.
Perlu diingat bahwa Updaters dilarang untuk self-diagnose, ya! Jika merasa tidak yakin akan kondisi mental tertentu seperti Factitious Disorder, segera hubungi dokter atau tenaga ahli lainnya untuk penanganan lebih lanjut.
Sumber: Halodoc | Siloam Hospital