SUKABUMIUPDATE.com - Stres adalah bagian kehidupan sehari-hari yang akrab dan tidak dapat dihindari. Bentuknya bermacam-macam, mulai dari stres karena harus mengurus komitmen keluarga, pekerjaan, sekolah hingga menangani masalah seperti kesehatan, uang, dan hubungan.
Dalam setiap kejadian ketika kita menghadapi potensi ancaman, pikiran dan tubuh kita bertindak, melakukan mobilisasi untuk mengatasi permasalahan tersebut (melawan) atau menghindari masalah (lari) .
Terkadang stres dapat membantu mempertajam pikiran dan meningkatkan kemampuan mengingat detail tentang apa yang sedang terjadi. Namun hal ini juga dapat menimbulkan efek negatif pada otak, seperti berkontribusi terhadap penyakit mental dan justru menyusutkan volume otak.
Dikutip dari verywell mind, berikut beberapa pengaruh stres yang dapat mempengaruhi otak:
1. Stres Kronis Meningkatkan Penyakit Mental
Para ilmuwan telah menemukan bahwa stres kronis memainkan peran utama dalam timbulnya banyak kondisi kejiwaan, termasuk depresi, gangguan bipolar, dan gangguan stres pasca-trauma. Penelitian juga menunjukkan bahwa stres kronis menyebabkan perubahan jangka panjang pada otak.
Stres mungkin berperan dalam perkembangan gangguan mental seperti depresi dan berbagai gangguan emosional. Dalam sebuah penelitian, peneliti melakukan serangkaian eksperimen untuk melihat dampak stres kronis pada otak. Mereka menemukan bahwa stres semacam itu menciptakan lebih banyak sel yang memproduksi mielin tetapi lebih sedikit neuron dari biasanya.
Gangguan ini mengakibatkan kelebihan mielin di area tertentu di otak, sehingga mengganggu waktu dan keseimbangan komunikasi. Para peneliti menemukan bahwa stres juga dapat berdampak negatif pada hipokampus otak.
2. Stres Mengubah Struktur Otak
Hasil eksperimen tersebut juga mengungkapkan bahwa stres kronis dapat menyebabkan perubahan jangka panjang pada struktur dan fungsi otak. Bagian penting dari otak yang dikenal sebagai materi abu-abu bertanggung jawab atas pemikiran tingkat tinggi seperti pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
Namun otak juga mengandung apa yang dikenal sebagai “materi putih”, yang terdiri dari semua akson yang terhubung dengan wilayah lain di otak untuk mengkomunikasikan informasi. Materi putih dinamakan demikian karena adanya selubung putih berlemak yang dikenal sebagai mielin, yang mengelilingi akson dan mempercepat sinyal listrik yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi ke seluruh otak.
Baca Juga: 7 Gejala Stres Kronis yang Dapat Mempengaruhi Kesehatan Tubuh
Ketika stres kronis menyebabkan produksi mielin berlebih, hal ini tidak hanya mengakibatkan perubahan jangka pendek pada keseimbangan antara materi putih dan abu-abu. Hal ini juga dapat menyebabkan perubahan jangka panjang pada struktur otak. Akan tetapi, perlu diingat bahwa tidak semua stres itu sama. Karena tidak semua stres berdampak sama pada otak dan jaringan saraf.
Stres yang baik, atau jenis stres yang membantu Anda bekerja dengan baik dalam menghadapi tantangan, membantu menghubungkan otak dengan cara yang positif, sehingga menghasilkan jaringan yang lebih kuat dan ketahanan yang lebih besar. Sebaliknya, stres kronis dapat menyebabkan berbagai masalah. Jika stres yang baik berkontribusi pada ketahanan yang lebih besar, stres kronis kemungkinan besar akan meningkatkan kerentanan Anda terhadap masalah kesehatan mental di kemudian hari.
3. Stres Membunuh Sel Otak
Selain mengubah struktur otak, hormon yang dikeluarkan tubuh saat stres bahkan dapat merusak neuron di otak, terutama yang baru terbentuk. Stres juga dapat membatasi atau bahkan menghentikan produksi neuron baru di hipokampus. Hipokampus adalah salah satu wilayah otak yang sangat terkait dengan memori, emosi, dan pembelajaran.
Ini juga merupakan salah satu dari dua area otak tempat neurogenesis , atau pembentukan sel-sel otak baru, terjadi sepanjang hidup. Salah satunya menyebabkan meningkatkan risiko untuk penyakit neurodegeneratif.
Stres kronis dan paparan kortisol dalam waktu lama juga meningkatkan produksi glutamat. Glutamat adalah neurotransmitter rangsang yang memainkan peran penting dalam pengaturan suasana hati, kognisi, dan fungsi memori. Namun, glutamat yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan atau kematian sel-sel otak. Glutamat yang berlebihan dikaitkan dengan kondisi neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer , Parkinson, dan Huntington.
4. Stres Menyusut Otak
Stres tidak hanya menghambat perkembangan sel-sel otak, akan tetapi itu juga dapat mengecilkan volume otak secara keseluruhan. Bahkan di antara orang sehat, stres dapat menyebabkan penyusutan area otak yang berhubungan dengan pengaturan emosi, metabolisme, dan memori.
Ketika kita terus-menerus terpapar kortisol tingkat tinggi, ada resiko kita mengalami penyusutan volume otak, terutama di area kritis seperti hipokampus dan korteks prefrontal. Masalah memori dan berpikir dalam sebuah penelitian, para peneliti menemukan bahwa hal ini dapat menyebabkan masalah pada ingatan dan pemikiran.
Peserta dengan tingkat kortisol tinggi, umumnya kehilangan volume otak yang lebih besar dan kinerja tes kognitif dan memori lebih buruk. Dampak stres juga tampaknya bersifat kumulatif. Paparan terhadap peristiwa yang lebih membuat stres dikaitkan dengan materi abu-abu yang lebih kecil di korteks prefrontal, yaitu wilayah otak yang terkait dengan pengendalian diri dan emosi.
5. Stres Menyakiti Ingatan Anda
Setelah mengalami peristiwa yang membuat stres, pernahkah Anda menyadari bahwa ingatan akan detailnya terasa agak kabur? Itu karena terkadang stres bisa membuat peristiwa menjadi sulit untuk diingat. Bahkan stres yang relatif kecil pun dapat langsung mempengaruhi ingatan Anda, seperti kesulitan mengingat dimana kunci mobil Anda berada atau di mana Anda meninggalkan tas kerja saat terlambat berangkat kerja.