SUKABUMIUPDATE.com - Depresi adalah suatu kondisi medis berupa perasaan sedih yang berdampak negatif terhadap pikiran, tindakan, perasaan, dan kesehatan mental seseorang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, depresi bermakna gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan perasaan yang merosot (seperti muram, sedih, perasaan tertekan).
Mengutip dari Syihabuddin Qalyubi seperti dipublikasi di laman uin-suka.ac.id, bahwa dalam Alquran ada beberapa kosa kata yang punya makna sama atau berdekatan makna dengan depresi, antara lain ‘huzn” (حزنٌ), “ghamm”( غمٌّ), “hamm (همٌّ)”, dlaiq (ضيقٌ) , dan “asaf” (أسف ).
“Huzn” menurut al-Aşfahāni dalam Mufradāt al-Fāzhil Qur'ān adalah keadaan jiwa yang sedih. Ada juga yang berpendapat bahwa “huzn” adalah perasaan sedih karena tidak beruntung, kehilangan sesuatu yang disayangi, dan ketidakberdayaan.
Baca Juga: Dua Mahasiswa Gugat Syarat Capres Cawapres, Minta KPU Tak Berlakukan Putusan MK
Kalau gangguan mental seperti ini tidak segera dikendalikan maka akan semakin memuncak lalu masuk ke level “dlaiq” perasaan sempit dan sulit, sehingga dalam kondisi seperti ini yang bersangkutan sulit mengekspresikan keadaannya dengan kata-kata.
Berikutnya “Ghamm” adalah kesedihan yang meningkat berupa kecemasan tatkala suatu peristiwa atau musibah terjadi. Misalnya kesedihan dan kegelisahan yang menimpa seorang mahasiswa tatkala ia melihat nilai buruk dalam ujian.
Selanjutnya “Hamm” adalah gangguan mental berupa berpikir negatif secara terus menerus tentang kemungkinan ancaman di masa depan dan bagaimana cara mengatasinya. Gangguan itu bisa dalam bentuk pertanyaan internal (dalam bahasa Jawa pertanyaan gek-gek) seperti "Bagaimana jika ini atau itu terjadi?".
Baca Juga: Soal Fenomena Parasit Daun Manggis di Cicantayan Sukabumi, Ini Kata Distan
Dengan demikian, kata Syihabuddin Qalyubi, ada perbedaan yang jelas antara “huzn”, “ghamm”, dan “hamm”. Menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya Fawaid al-Fawaid bahwa “huzn” adalah kesedihan karena peristiwa atau musibah yang sudah terjadi, “ghamm” adalah kesedihan yang yang sedang terjadi, sedangkan “hamm” adalah kesedihan atau kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi. Adapun “asaf”, menurut al-Rāgib al-Aşfahāni, adalah kesedihan yang dibarengi dengan amarah.
Sekarang muncul pertanyaan bagaimana terapi Alquran dalam mengatasi problem depresi seperti dijelaskan di atas. Alquran sebagai mukjizat sepanjang masa telah memberikan terapinya antara lain:
1. Mengikuti petunjuk ajaran Allah dan Rasul-Nya
Dalam Al-Quran disebutkan "Qulnahbiṭụ min-hā jamī'ā, fa immā ya`tiyannakum minnī hudan fa man tabi'a hudāya fa lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanụn," Yang artinya “Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjukKu, niscaya tidak ada kekhawatiran (“khauf”) atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati (“huzn”)". (QS Al Baqarah: 38).
Baca Juga: Kepala SD-SMP di Kota Sukabumi Diingatkan Soal Korupsi Dunia Pendidikan
2. Istiqamah teguh pendirian dalam bertauhid kepada Allah SWT
Dalam Al-Quran disebutkan "Innallażīna qālụ rabbunallāhu ṡummastaqāmụ fa lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanụn". Yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", Kemudian mereka tetap istiqomah. Maka tidak ada kekhawatiran (khafun) terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita (yahzanun).” (QS Al Ahqaf 13)
Pengakuan dan keyakinan bahwa hanya Allah-lah yang memelihara kita dan hanya Allah-lah yang menjaga kita, akan memberi ketenangan dalam kehidupan kita, tidak akan takut (khaufun) tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dan tidak khawatir (yahzanun) atas apa yang telah terjadi dengan musibah ini, karena Allah SWT tetap memelihara dan menjaga kita.
3. Optimistik
Dalam Al-Quran disebutkan "Wa lā tahinụ wa lā taḥzanụ wa antumul-a'launa in kuntum mu`minīn". Artinya : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Ali Imran: 139).
Baca Juga: Puluhan Rumah Terendam, Kondisi Terkini Banjir Bugel di Tegalbuleud Sukabumi
4. Senantiasa merasa bersama Allah SWT
Dalam Al-Quran disebutkan "lā taḥzan innallāha ma'anā". Artinya “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS At Taubah: 40)
Jika kita dalam keadaan depresi, serba khawatir atau takut, maka usahakanlah mensugesti diri bahawasanya Allah beserta kita dan semua yang ada di dunia ini ada dalam pengawasan dan pengaturan Allah SWT. Sehingga jika sudah terjadi merasa ma’iyyah (kebersamaan dengan Allah SWT) penyakit atau musibah apapun akan dihadapi dengan tenang dan kepasrahan kepada Allah, sambil berikhtiar yang optimal, karena kepasrahan dan ikhtiar keduanya diperintah Allah SWT.
5. Bersyukur atas nikmat Allah SWT
Dalam Al-Quran disebutkan : "Wa qālul-ḥamdu lillāhillażī aż-haba 'annal-ḥazan, inna rabbanā lagafụrun syakụr". Artinya : Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." (QS Fațir: 34).
Baca Juga: Lengkap! Nama DCT DPRD Kabupaten Sukabumi Dapil IV dari 18 Parpol
Betapa banyak karunia dan nikmat yang Allah berikan kepada kita selama ini, nikmat udara yang bisa kita peroleh secara gratis, nikmat bisa bernafas dan kenikmatan-kenikmatan lainnya. Jangan sampai musibah yang sedang dihadapi ini menghapuskan kenikmatan yang selama ini Allah berikan. Maka sikap yang selalu bersyukur atas nikmat yang Allah SWT berikan akan menghilangkan kesedihan dan kekhawatiran yang menghantui diri kita.
6. Memperbanyak doa
Dalam Al-Quran disebutkan : "Am may yujībul-muḍṭarra iżā da'āhu wa yakshifus-sū`a wa yaj'alukum khulafā`al-arḍ, a ilāhum ma'allāh, qalīlam mā tażakkarụn" Artinya “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).” (QS An Naml: 62)
Dalam hadits shahih disebutkan bahwa doa itu senjata bagi orang yang beriman. Rasulullah telah mengajarkan kita berdoa agar dihilangkan rasa khawatir dan kesedihan:
“Allāhumma innī a’ūżubika minal hammi wal hazan. wa a’ūżu bika minal ‘ajzi wal kasali, wa a’ūzu bika minal jubni wal bukhli, wa a’ūźubika min gholabatid daini wa qahrir rijāl.” Artinya “(Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari rasa sedih dan gelisah, aku berlindung pada-Mu dari sifat lemah dan malas, dan aku berlindung pada-Mu dari sikap pengecut dan bakhil, dan aku berlindung pada-Mu dari cengkaman hutang dan penindasan orang)”.
Baca Juga: Dua Mahasiswa Gugat Syarat Capres Cawapres, Minta KPU Tak Berlakukan Putusan MK
7. Senantiasa istighfar dan beramal saleh
Dalam Al-Quran disebutkan : Wa innī lagaffārul liman tāba wa āmana wa 'amila ṣāliḥan ṡummahtadā. Artinya : "Dan Sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar." (QS Taha: 82)
Di samping itu, berkarya dan beramal saleh itu hendaklah disertai dengan istighfar (permohonan ampunan), karena boleh jadi musibah yang dihadapi ini adalah akibat dari dosa yang kita kerjakan. Di samping itu dengan beristighfar kita akan dapat jaminan dari Rasulullah SAW. Dalam suatu hadīś yang diriwayatkan Ahmad dari Ibnu Abbās
"Barang siapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya, dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." Amiin.
Sumber : berbagai sumber