SUKABUMIUPDATE.com - Depresi adalah suatu kondisi medis berupa perasaan sedih yang berdampak negatif terhadap pikiran, tindakan, perasaan, dan kesehatan mental seseorang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, depresi bermakna gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan perasaan yang merosot (seperti muram, sedih, perasaan tertekan).
Mengutip dari Syihabuddin Qalyubi seperti dipublikasi di laman uin-suka.ac.id, bahwa dalam Alquran ada beberapa kosa kata yang punya makna sama atau berdekatan makna dengan depresi, antara lain ‘huzn” (حزنٌ), “ghamm”( غمٌّ), “hamm (همٌّ)”, dlaiq (ضيقٌ) , dan “asaf” (أسف ).
Menurut guru besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu bahwa diksi “huzn” disebutkan dalam Alquran sebanyak 42 kali dengan berbagi derivasinya dalam 25 surat.
Baca Juga: Lengkap! Nama DCT DPRD Kabupaten Sukabumi Dapil IV dari 18 Parpol
Misalnya firman Allah SWT: “Wasbir wa mā shabruka illā billāh wa lā tahzan ‘alaihim wa lā taku fī dlaiqin mimmā yamkurūn.” Yang artinya “Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati (huzn) terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada (dlaiq) terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” (QS An Nahl: 127)
Jika tahap kesabaran ini tidak dilakukan maka akan masuk pada level “huzn” yaitu berupa perasaan tidak senang dengan apa yang terjadi yang membuatnya berada di bawah tekanan psikologis, sehingga yang bersangkutan tidak merasa nyaman dengannya.
“Huzn” menurut al-Aşfahāni dalam Mufradāt al-Fāzhil Qur'ān adalah keadaan jiwa yang sedih. Ada juga yang berpendapat bahwa “huzn” adalah perasaan sedih karena tidak beruntung, kehilangan sesuatu yang disayangi, dan ketidakberdayaan.
Kalau gangguan mental seperti ini tidak segera dikendalikan maka akan semakin memuncak lalu masuk ke level “dlaiq” perasaan sempit dan sulit, sehingga dalam kondisi seperti ini yang bersangkutan sulit mengekspresikan keadaannya dengan kata-kata.
Baca Juga: Belum Catat Kasus Cacar Monyet, Dinkes Kota Sukabumi Rencanakan Vaksinasi Ini
Berikutnya “Ghamm” adalah kesedihan yang meningkat berupa kecemasan tatkala suatu peristiwa atau musibah terjadi. Misalnya kesedihan dan kegelisahan yang menimpa seorang mahasiswa tatkala ia melihat nilai buruk dalam ujian.
Diksi “gamm” disebutkan dalam Alquran sebanyak 11 kali dengan berbagai derivasinya. Misalnya firman Allah SWT: “Fastajabnā lahụ wa najjaināhu minal-gamm, wa każālika nunjil-mu`minīn.”
yang artinya “Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS Al Anbiya: 88).
Ayat ini mengabarkan tentang nabi Yunus AS ketika ia pergi, tanpa ada perintah dari Allah, dalam keadaan marah terhadap kaumnya yang terus-menerus berada dalam kemaksiatan.
Dia menyangka bahwa Allah SWT tidak akan menghukumnya atas kepergiannya, sehingga ia pun diuji dengan ujian yang sulit dan berat tatkala ditelan oleh ikan besar dan terpenjara didalamnya.
Baca Juga: PAN Sukabumi Sapa Ratusan Sopir Angkot di Palabuhanratu
Lalu dalam kegelapan perut ikan, kegelapan laut dan kegelapan malam, ia pun berdoa sembari mengakui dosanya dan bertobat kepada Allah, ia berkata, "Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain-Mu, Engkau Maha Suci lagi Agung, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim. Maka tatkala ia dalam kesedihan dan duka (ghamm) ini Allah SWT memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan.
Selanjutnya “Hamm” adalah gangguan mental berupa berpikir negatif secara terus menerus tentang kemungkinan ancaman di masa depan dan bagaimana cara mengatasinya. Gangguan itu bisa dalam bentuk pertanyaan internal (dalam bahasa Jawa pertanyaan gek-gek) seperti "Bagaimana jika ini atau itu terjadi?".
Dengan demikian, kata Syihabuddin Qalyubi, ada perbedaan yang jelas antara “huzn”, “ghamm”, dan “hamm”. Menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya Fawaid al-Fawaid bahwa “huzn” adalah kesedihan karena peristiwa atau musibah yang sudah terjadi, “ghamm” adalah kesedihan yang yang sedang terjadi, sedangkan “hamm” adalah kesedihan atau kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi.
Baca Juga: Bupati: Situ Habibi Layak Dikembangkan Jadi Obyek Wisata Rekreasi di Sukabumi
Adapun “asaf” , menurut al-Rāgib al-Aşfahāni, adalah kesedihan yang dibarengi dengan amarah seperti firman Allah SWT: "Fa raja'a mụsā ilā qaumihī gaḍbāna asifā, qāla yā qaumi a lam ya'idkum rabbukum wa'dan ḥasanā, a fa ṭāla 'alaikumul-'ahdu am aradtum ay yaḥilla 'alaikum gaḍabum mir rabbikum fa akhlaftum mau'idī”
Artinya “Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: "Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, dan kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?." (QS Thaha: 86)
Sekarang muncul pertanyaan bagaimana terapi Alquran dalam mengatasi problem depresi seperti dijelaskan di atas.
Alquran sebagai mukjizat sepanjang masa telah memberikan terapinya antara lain:
1. Mengikuti petunjuk ajaran Allah dan Rasul-Nya
Dalam Al-Quran disebutkan "Qulnahbiṭụ min-hā jamī'ā, fa immā ya`tiyannakum minnī hudan fa man tabi'a hudāya fa lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanụn," Yang artinya “Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjukKu, niscaya tidak ada kekhawatiran (“khauf”) atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati (“huzn”)". (QS Al Baqarah: 38).
Baca Juga: Profil Surya Tjandra yang Jadi Juru Bicara Anies Baswedan
2. Istiqamah teguh pendirian dalam bertauhid kepada Allah SWT
Dalam Al-Quran disebutkan "Innallażīna qālụ rabbunallāhu ṡummastaqāmụ fa lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanụn". Yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", Kemudian mereka tetap istiqomah. Maka tidak ada kekhawatiran (khafun) terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita (yahzanun).” (QS Al Ahqaf 13)
Pengakuan dan keyakinan bahwa hanya Allah-lah yang memelihara kita dan hanya Allah-lah yang menjaga kita, akan memberi ketenangan dalam kehidupan kita, tidak akan takut (khaufun) tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dan tidak khawatir (yahzanun) atas apa yang telah terjadi dengan musibah ini, karena Allah SWT tetap memelihara dan menjaga kita.
3. Optimistik
Dalam Al-Quran disebutkan "Wa lā tahinụ wa lā taḥzanụ wa antumul-a'launa in kuntum mu`minīn". Artinya : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Ali Imran: 139)
Sikap mental yang lemah dalam menghadapi musibah covid-19 ini akan berakibat pada sikap mental yang serba khawatir dan sedih. Maka jauhkanlah sikap-sikap seperti itu sehingga kita menjadi manusia unggul di hadapan Allah SWT.
Baca Juga: Siswa Belajar di Kelas Lain, SDN Giri Mukti Sukabumi Ambruk Disapu Hujan Angin
4. Senantiasa merasa bersama Allah SWT
Dalam Al-Quran disebutkan "lā taḥzan innallāha ma'anā". Artinya “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS At Taubah: 40)
Jika kita dalam keadaan depresi, serba khawatir atau takut, maka usahakanlah mensugesti diri bahawasanya Allah beserta kita dan semua yang ada di dunia ini ada dalam pengawasan dan pengaturan Allah SWT. Sehingga jika sudah terjadi merasa ma’iyyah (kebersamaan dengan Allah SWT) penyakit atau musibah apapun akan dihadapi dengan tenang dan kepasrahan kepada Allah, sambil berikhtiar yang optimal, karena kepasrahan dan ikhtiar keduanya diperintah Allah SWT.
5. Bersyukur atas nikmat Allah SWT
Dalam Al-Quran disebutkan : "Wa qālul-ḥamdu lillāhillażī aż-haba 'annal-ḥazan, inna rabbanā lagafụrun syakụr". Artinya : Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." (QS Fațir: 34)
Betapa banyak karunia dan nikmat yang Allah berikan kepada kita selama ini, nikmat udara yang bisa kita peroleh secara gratis, nikmat bisa bernafas dan kenikmatan-kenikmatan lainnya. Jangan sampai musibah yang sedang dihadapi ini menghapuskan kenikmatan yang selama ini Allah berikan. Maka sikap yang selalu bersyukur atas nikmat yang Allah SWT berikan akan menghilangkan kesedihan dan kekhawatiran yang menghantui diri kita.
Baca Juga: Polres Sukabumi Ingatkan Sepeda Listrik Tak Boleh Digunakan di Jalan Raya
6. Memperbanyak doa
Dalam Al-Quran disebutkan : "Am may yujībul-muḍṭarra iżā da'āhu wa yakshifus-sū`a wa yaj'alukum khulafā`al-arḍ, a ilāhum ma'allāh, qalīlam mā tażakkarụn" Artinya “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).” (QS An Naml: 62)
Dalam hadits shahih disebutkan bahwa doa itu senjata bagi orang yang beriman. Rasulullah telah mengajarkan kita berdoa agar dihilangkan rasa khawatir dan kesedihan:
“Allāhumma innī a’ūżubika minal hammi wal hazan. wa a’ūżu bika minal ‘ajzi wal kasali, wa a’ūzu bika minal jubni wal bukhli, wa a’ūźubika min gholabatid daini wa qahrir rijāl.” Artinya “(Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari rasa sedih dan gelisah, aku berlindung pada-Mu dari sifat lemah dan malas, dan aku berlindung pada-Mu dari sikap pengecut dan bakhil, dan aku berlindung pada-Mu dari cengkaman hutang dan penindasan orang)”
Baca Juga: Anggota DPRD Andri Hidayana: 5 Tokoh Masuk Radar PPP Sebagai Calon Bupati Sukabumi
7. Senantiasa istighfar dan beramal saleh
Dalam Al-Quran disebutkan : Wa innī lagaffārul liman tāba wa āmana wa 'amila ṣāliḥan ṡummahtadā. Artinya : “Dan Sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar." (QS Taha: 82)
Di samping itu, berkarya dan beramal saleh itu hendaklah disertai dengan istighfar (permohonan ampunan), karena boleh jadi musibah yang dihadapi ini adalah akibat dari dosa yang kita kerjakan. Di samping itu dengan beristighfar kita akan dapat jaminan dari Rasulullah SAW. Dalam suatu hadīś yang diriwayatkan Ahmad dari Ibnu Abbās
"Barang siapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya, dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." Amiin.
Sumber : berbagai sumber