SUKABUMIUPDATE.com - Masa kanak-kanak merupakan masa yang membahagiakan. Namun, ada sekitar 3 persen hingga 8 persen anak-anak mengalami depresi dan menjadi bagian dari pengalaman pertumbuhan mereka.
Para ahli mengatakan depresi pada masa kanak-kanak bukanlah hal yang baru, yang baru adalah kesadaran bahwa anak-anak yang mengalami depresi memiliki resiko bunuh diri yang signifikan. Bahkan anak-anak yang depresi umumnya juga mengalami bipolar yang ditandai dengan perubahan suasana hati dari "mania" menjadi depresi.
Joan Luby, profesor psikiatri di Washington University di St. Louis School of Medicine, mengatakan bahwa pada anak-anak prasekolah "depresi cukup dapat didefinisikan" dan mengikuti kriteria yang ditemukan dalam DSM-IV, manual psikiatri yang menjelaskan gejala penyakit jiwa. Walaupun, kriteria tersebut harus diterjemahkan sedemikian rupa sehingga dapat diterapkan pada anak-anak.
Baca Juga: Bupati: Situ Habibi Layak Dikembangkan Jadi Obyek Wisata Rekreasi di Sukabumi
Misalnya, kata dia, anak-anak yang masih kecil akan mengetahui bahwa ada sesuatu yang salah namun mungkin tidak dapat mengungkapkan masalahnya. Dalam kasus tersebut, bahwa diagnosis yang valid dapat diperoleh dengan mewawancarai orang tua, mengamati anak, dan menggunakan wawancara boneka. Katanya, anak bisa didorong untuk mengungkapkan perasaannya dengan menggunakan boneka.
Sementara itu, wawancara dan observasi orang tua dapat memberikan informasi mengenai gejala paling spesifik dari depresi anak usia dini. Dan Anhedonia tidak pernah terjadi pada anak-anak yang tidak mengalami depresi. Anhedonia, yaitu ketidakmampuan untuk mengalami kegembiraan atau kesenangan.
Berbeda dengan orang dewasa, meskipun mengalami depresi secara klinis, orang dewasa jarang terlihat bahagia, tapi anak-anak yang depresi sering kali terlihat bahagia.
Psikiater anak, David Fassler mengatakan bahwa anak-anak hadir dalam berbagai cara. Terkadang anak-anak sama seperti orang dewasa yang mengalami depresi. Mereka menarik diri, sedih, menangis, dan sulit tidur. Di lain waktu mereka mudah tersinggung, tidak bisa duduk diam, dan sulit berkonsentrasi. Bahkan terkadang mereka 'terlihat' bahagia.
Baca Juga: Hari Bakti PU ke-78, Pemkab Sukabumi Gelar Mancing Bersama Warga di Situ Habibi
Selain itu, penelitian lain menyetujui dan mencatat bahwa anak-anak pada dasarnya gembira dan sering kali tidak tampak sedih. Selain itu, kesedihan mereka tidak konstan. Kesedihan seringkali terganggu oleh periode suasana hati yang normal, sehingga bisa saja terlewatkan.
Oleh karena itu, dibandingkan mencoba mengukur kesedihan, ia mengukur kurangnya kesenangan dengan mengajak orang tua berinteraksi dalam permainan dan skenario yang "dirancang khusus untuk menimbulkan kegembiraan". Selain itu, penelitian mengatakan bahwa ukuran depresi masa kanak-kanak yang paling dapat diandalkan adalah "laporan orang tua".
Michael Naylor, direktur divisi psikiatri anak dan remaja di Universitas Illinois di Chicago, juga mengatakan bahwa anak-anak yang depresi cenderung tidak kehilangan nafsu makan dan gangguan tidur, lebih cenderung mengalami kesulitan tidur, dibandingkan dengan anak-anak yang mengalami depresi, terbangun di tengah malam.
Sumber : WebMD