SUKABUMIUPDATE.com - Gangguan Attention Deficit Hyperactivity Disorde (ADHD) dengan Obsessive - Compulsive Disorder (OCD) mempengaruhi gejala otak yang serupa.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan penderitanya membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan sesuatu, atau dapat menyebabkan kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Namun, ada beberapa perbedaan gejala antara keduanya termasuk fakta bahwa ADHD lebih umum terjadi, terutama pada anak-anak.
Baca Juga: 6 Jenis Aktivitas Positif Untuk Anak ADHD, Parents Harus Tahu!
ADHD dan OCD merupakan kondisi yang dapat menyulitkan orang untuk memperhatikan, menghambat kemampuan untuk bekerja, maupun belajar di sekolah.
Pada beberapa kasus, gejala ADHD bisa tumpang tindih dengan gejala OCD. Hal inilah yang perlu diketahui tentang ADHD dan OCD. Apakah kondisi tersebut bisa terjadi secara bersamaan ?
ADHD : Attention Deficit Hyperactivity Disorder merupakan gangguan perkembangan saraf yang diperkirakan mempengaruhi sekitar 11% anak usia sekolah dan sekitar 4% orang dewasa. Gejala ADHD bisa muncul dalam berbagai cara, dan tergantung pada jenis kelamin.
Baca Juga: Makanan Sehat dan Tips Diet Untuk Anak Pengidap ADHD, Yuk Orang Tua Simak
Biasanya gejala ADHD terbagi kedalam 3 kategori yaitu, kurang perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Dan hal ini dapat muncul dengan gejala umum lainnya seperti pelupa dan disorganisasi, sulit fokus dan berkonsentrasi, menghindar dari tugas-tugas yang membosankan, gelisah, hingga sulit bergaul.
OCD : Gangguan Obsesif Kompulsif adalah penyakit kesehatan mental kronis dimana pikiran (obsesi) serta perilaku (kompulsif) mengganggu penderitanya dan hal ini terjadi secara berulang-ulang.
Obsesif bermanifestasi sebagai pemikiran, desakan, atau gambaran mental berulang-ulang yang tidak disengaja, mengganggu dan menimbulkan kecemasan
Baca Juga: 9 Gejala ADHD Pada Anak yang Wajib Dikenali Oleh Orang Tua, Yuk Simak!
Kompulsif adalah perilaku berulang yang dilakukan sebagai respon atau harapan untuk mengendalikan obsesif.
OCD terjadi pada 2,3% orang. Meskipun banyak yang terdiagnosis adalah orang dewasa, namun hal ini juga dapat terjadi pada sebagian anak-anak. Gejala umum yang terjadi adalah antara lain takut terkontaminasi kuman dan bakteri atau merasa jijik.
1. Daerah Otak Yang Terkena Dampak
Orang yang terkena gangguan ADHD dan OCD sama-sama mengalami kelainan pada daerah frontostriatal otak, jalur saraf yang menghubungkan lobus frontal otak dengan ganglia.
Baca Juga: 10 Gejala ADHD pada Anak yang Sangat Mudah Dikenali, Yuk Bunda Perhatikan!
2. Mengganggu Sekolah dan Pekerjaan
Orang dengan ADHD mungkin tidak memiliki kemampuan untuk fokus pada suatu tugas sampai selesai, sementara orang dengan OCD fokusnya terus-menerus terganggu oleh pikiran obsesif dan kompulsif. Maka dari itu, ADHD dengan OCD sama-sama membuat penderitanya sulit untuk menyelesaikan suatu tugas dengan benar.
Karena sulitnya mengatur fokus ataupun perhatian, penderita ADHD dan OCD seringkali kesulitan mencapai potensi mereka di sekolah maupun di tempat kerja. Hal ini bukan dikarenakan kognitifnya, melainkan karena gejala dari keduanya.
3. Hubungan Dengan Orang Lain
ADHD dan OCD keduanya dapat mempersulit hubungan dengan orang lain. Gejala ADHD, termasuk kurangnya kendali impuls dan terus-menerus berbicara, dapat membuat persahabatan menjadi ambyar bagi anak-anak dan orang dewasa.
Baca Juga: 12 Ciri Orang Mengalami Gangguan Kepribadian, Apa Kamu Salah Satunya?
Bagi penderita OCD, waktu yang dihabiskan untuk obsesi dan kompulsi tertentu dapat membuat hubungan menjadi sulit, terutama jika obsesi yang mereka alami bersifat kekerasan atau seksual.
4. Perkembangan Gangguan
Orang dengan gangguan ADHD dan OCD memiliki risiko tinggi terkena gangguan atau kondisi kesehatan lain
- Depresi
- Gangguan tidur
- Gangguan gastrointestinal (GI)
5. Faktor Risiko
ADHD dan OCD memiliki faktor risiko yang sama, yaitu :
- Genetika : ADHD dan OCD cenderung mudah terjadi karena diturunkan dari keluarga atau orang tua.
- Stress : Mengalami stress yang berlebih dapat membuat kondisi ADHD dan OCD semakin parah.
- Trauma : Mengalami trauma, terutama pada masa kanak-kanak dapat berisiko memperburuk keadaan serta gejalanya.
Baca Juga: 11 Ciri Seseorang Memiliki Luka Batin, Apa Kamu Mengalaminya Juga?
Meskipun ADHD dan OCD memiliki beberapa kesamaan gejala, namun kedua hal tersebut tetaplah merupakan kondisi yang berbeda. Salah satu perbedaan antara ADHD dengan OCD adalah toleransi risiko.
Orang dengan ADHD cenderung impulsif serta tidak memikirkan resiko atas perbuatannya, berbeda dengan OCD, mereka cenderung menghindari risiko dan berusaha untuk memegang kendali.
ADHD seringkali dianggap sebagai gangguan eksternalisasi, yang berarti gejalanya mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Dan ketika sudah dewasa, rata-rata penderita ADHD akan mampu mengatasi kondisi tersebut.
Baca Juga: 10 Cara Mengobati Luka Batin Masa Lalu yang Masih Membekas Hingga Dewasa
Sedangkan orang dengan gangguan OCD, mereka harus mengelola kondisi obsesif kompulsif tersebut sepanjang hidupnya.
OCD seringkali dianggap sebagai gangguan internalisasi, yaitu gejalanya dapat menimbulkan stress internal.
Jadi ADHD dan OCD itu sangat berbeda. ADHD disebabkan oleh satu gangguan saraf di otak dan OCD karena gangguan psikologis, yaitu gangguan kecemasan.