SUKABUMIUPDATE.com - Virus Nipah kini sedang ramai diperbincangkan publik usai menyebabkan kematian di wilayah Kerala, India, tepatnya dua kasus kematian dilaporkan pada 30 Agustus 2023.
Akibat Infeksi Virus Nipah di India tersebut, 706 warga termasuk 153 petugas kesehatan India menjalani tes untuk mengetahui kemungkinan penularan Virus Nipah tersebut.
Berkaitan dengan hal itu, Virus Nipah masuk di jajaran trending google pada Senin, 18 September 2023.
Lantas, apa itu Virus Nipah dan apa saja gejala terinfeksi Virus Nipah? Simak penjelasannya berikut ini!
Mengacu informasi dari laman resmi organisasi kesehatan dunia WHO, Virus Nipah merupakan zoonosis (ditularkan dari hewan ke manusia). Virus ini juga bisa ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung antar manusia.
Baca Juga: 19-23 September 2023, Jembatan Cikereteg Sukabumi Bogor Ditutup Total
Orang yang terinfeksi Virus Nipah pada awalnya akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, mialgia (nyeri otot), muntah, dan sakit tenggorokan. Gejala terinfeksi Virus Nipah ini dapat diikuti dengan pusing, mengantuk, kesadaran yang berubah, dan tanda-tanda neurologis yang mengindikasikan ensefalitis akut.
Sejalan dengan informasi yang dilansir dari situs resmi CDC, infeksi Virus Nipah (NiV) dapat menyebabkan penyakit ringan hingga berat, termasuk pembengkakan otak (ensefalitis) dan berpotensi kematian.
Gejala terinfeksi Virus Nipah biasanya muncul dalam 4-14 hari setelah terpapar. Penyakit ini awalnya muncul sebagai demam dan sakit kepala selama 3-14 hari, dan sering kali disertai tanda-tanda penyakit pernapasan, seperti batuk, sakit tenggorokan, dan kesulitan bernapas.
Kemudian fase pembengkakan otak (ensefalitis) mungkin terjadi, dengan gejala yang meliputi kantuk, disorientasi, dan kebingungan mental. Fase ini dapat dengan cepat berkembang menjadi koma dalam waktu 24-48 jam.
Gejala awal seseorang terinfeksi Virus Nipah diantaranya:
- Demam
- Sakit kepala
- Batuk
- Sakit tenggorokan
- Sulit bernafas
- Muntah
Sementara untuk gejala yang parah, seseorang yang terinfeksi Virus Nipah dapat mengalami disorientasi, mengantuk, atau kebingungan, kejang hingga pembengkakan otak (ensefalitis).
Kematian akibat terinfeksi Virus Nipah berada yakni memiliki persentase sebesar 40-75% kasus. Meskipun, angka tersebut bisa bervariasi tergantung pada wabah dan kemampuan lokal untuk surveilans epidemiologi dan manajemen klinisnya.
Sedangkan efek samping jangka panjang pada penyintas infeksi Virus Nipah yaitu kejang terus-menerus hingga mengalami perubahan kepribadian.
Infeksi Virus Nipah yang menimbulkan gejala dan terkadang kematian jauh setelah terpapar (dikenal sebagai infeksi tidak aktif atau laten) juga telah dilaporkan berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terpapar.
Baca Juga: 9 Cara Mendidik Anak Laki-laki Agar Penurut Pada Orang Tua
Sebelumnya diberitakan, meskipun Virus Nipah hanya menyebabkan beberapa wabah di Asia, namun virus tersebut juga menginfeksi berbagai macam hewan dan menyebabkan penyakit parah dan kematian pada manusia. Hal ini tentu menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Virus Nipah sendiri pertama kali dikenali pada tahun 1999 saat terjadi wabah di kalangan peternak babi di Malaysia. Hal ini juga diakui di Bangladesh pada tahun 2001 dan wabah tersebut hampir tahunan terjadi di negara itu. Penyakit ini juga telah diidentifikasi secara berkala di India bagian timur.
Wilayah lain juga mungkin berisiko terinfeksi Virus Nipah, karena bukti virus telah ditemukan di reservoir alami yang diketahui (spesies kelelawar Pteropus) dan beberapa spesies kelelawar lainnya di sejumlah negara, termasuk Kamboja, Ghana, Indonesia, Madagaskar, Filipina, dan Thailand.
Baca Juga: 12 Tips Mendidik Anak Perempuan Agar Memiliki Kepribadian Baik
Selama wabah yang terjadi di Bangladesh dan India, Virus Nipah menyebar langsung dari manusia ke manusia melalui kontak dekat dengan sekresi dan ekskresi orang.
Di Siliguri, India pada tahun 2001, penularan Virus Nipah juga dilaporkan dalam pengaturan layanan kesehatan, di mana 75 persen kasus terjadi di antara staf rumah sakit atau pengunjung. Dari 2001 hingga 2008, sekitar setengah dari kasus yang dilaporkan di Bangladesh disebabkan oleh penularan dari manusia ke manusia melalui pemberian perawatan kepada pasien yang terinfeksi.
Bahkan dalam laporan tahunan WHO pada tahun 2018 dikatakan, ada kebutuhan mendesak untuk penelitian dan pengembangan yang dipercepat untuk Virus Nipah yang notabene menjadi penyakit prioritas ini.
Sumber: WHO | CDC