SUKABUMIUPDATE.com - Ganja adalah obat psikoaktif dari tanaman ganja yang juga dikenal sebagai mariyuana. Tanaman ini berasal dari Asia Tengah atau Selatan.
Tanaman ganja sebagai obat untuk tujuan rekreasi dan entheogenik serta dalam berbagai pengobatan tradisional selama berabad-abad lalu. Akan tetapi, banyak yang masih menyalahgunakan penggunaan ganja.
Bahkan, ada lebih dari 20 penelitian menunjukan bahwa efek ganja medis yang diklaim mampu mengurangi rasa sakit, tidak lebih hanya sebagai pil plasebo atau hanya punya efek psikologis saja.
Baca Juga: 17 Pengedar Narkotika dan Obat Keras Diringkus Polres Sukabumi
Ganja menjadi salah satu obat yang paling banyak digunakan di dunia dan banyak dilegalkan dengan alasan medis. Sayangnya, efektivitas ganja medis yang digunakan hingga artikel ini ditayangkan masih belum jelas.
Hal ini tertuang dalam studi yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association, sebagaimana dikutip via Suara.com. Hasil penelitian menunjukan efek ganja sebagai penghilang rasa sakit tidak lebih daripada plasebo.
Peneliti membandingkan uji coba terkontrol antara ganja dan pil plasebo. Ini dilakukan dengan cara melihat 20 penelitian yang melibatkan lebih dari 1.500 orang.
Baca Juga: 154 Kasus Kriminal di Sukabumi: Mayoritas Narkotika, Pencurian dan Penganiayaan
Mengutip Live Science, penelitian dilakukan pada orang dengan nyeri neuropatik, kerusakan saraf hingga multiple sclerosis, yang diberikan secara acak ganja dan pil plasebo berbentuk pil, semprotan, minyak dan asap.
Mayoritas peserta penelitian merupakan perempuan yakni 62 persen berusia 33 hingga 62 tahun, dari Brazil, Belgia, Jerman, Prancis, Belanda, Israel, Republik Ceko hingga Spanyol.
Hasilnya ditemukan ganja medis sebagai pereda nyeri tidak bekerja signifikan atau kurang intens sama seperti pil plasebo. Efeknya juga bisa sedang hingga besar bergantung pada masing-masing orang.
Baca Juga: 13 Cara Membentuk Mental yang Kuat, Ciri Seseorang Profesional dalam Hidup
Selain itu, hasil meta analisis 2021 juga menemukan penelitian berkualitas tinggi. Peneliti maupun peserta tidak tahu yang mana yang menerima zat adiktif ganja, tapi malah respon pada plasebo punya kualitas lebih tinggi.
Akibatnya adalah uji coba tersebut gagal memastikan penilaian yang selama ini diklaim berlebihan terkait efektivitas ganja medis.
Sumber: Suara.com