SUKABUMIUPDATE.com - Anak dalam kandungan adalah buah hati yang kehadirannya pasti dinantikan oleh keluarga. Apalagi, ketika jenis kelamin sang anak sesuai dengan apa yang diharapkan orang tua.
Namun kini, isu kualitas udara buruk tak sedikit membuat para orang tua khawatir.
Pasalnya, setiap tahun 2,2 juta orang meninggal karena pengaruh polusi udara. Sementara 29 persen sisanya meninggal dunia karena penyakit jantung, koroner, stroke, juga penyakit paru dan penyakit pernapasan yang lain. Lantas apakah anak dalam kandungan bisa terpapar polusi udara?
Baca Juga: 14 Tips Hidup Bahagia, Coba Jalin Hubungan Sosial yang Sehat!
Menjawab hal itu, Kepala Divisi Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, dr. Darmawan B. Setyanto Sp.A(K), mengatakan anak bisa terpapar polusi udara bahkan sejak dalam kandungan hingga dia lahir.
Ia menjelaskan saat dalam kandungan anak terpapar polusi udara melalui transplasental dari ibu yang terpapar. Sedangkan pada anak yang sudah lahir, polusi udara dapat mempengaruhi sistem organ seperti kulit, udara yang dihirup, dan makanan yang masuk ke saluran cerna.
Pada organ sistem pernapasan, polusi udara bisa menyebabkan iritasi yang kemudian berlanjut menjadi peradangan, mulai dari hidung sebagai pintu gerbang sistem respiratori. Peradangan itu dapat menyebabkan infeksi di daerah faring, laring, dan kemudian sampai ke paru-paru.
Gangguan tersebut bisa terjadi mulai dari dalam kandungan dan berlanjut saat anak lahir dengan gangguan di sistem respiratori sehingga akan menyebabkan anak mengidap asma dan batuk. Selain itu, untuk tumbuh kembang, paparan polusi udara pada anak dapat mengganggu masalah neurologi, gangguan saraf yang menyebabkan gangguan mental dan perkembangan gerak motorik, baik kasar maupun halus.
“Artinya, kalau semakin usia muda pada saat terpajan semakin besar dampak negatif kerusakan yang disebabkan oleh pajanannya,” ucap anggota Ikatan Dokter Indonesia itu, dikutip via Tempo, Sabtu (19/8/2023).
Baca Juga: Ketahui 5 Penyakit Akibat Polusi Udara, Asma Bisa Kambuh!
Anak lebih rentan
Anak-anak lebih rentan terhadap polusi udara dibanding kelompok usia lain karena secara fisiologis bernapas dengan laju napas yang lebih besar. Jika dihitung per kilogram berat badan, udara yang dihirup anak lebih banyak sehingga polutan yang dihirup juga lebih banyak.
Darmawan juga menilai polusi udara turut menyumbang terhadap kondisi stunting sebab dapat mengurangi fungsi paru yang mestinya berkembang lebih baik, dan meningkatkan infeksi respiratori akut.
"Yang paling kita takuti adalah yang terkena di bagian paru, yaitu pneumonia,” tutur Darmawan.
Baca Juga: 8 Alasan Orang Introvert Suka Sendirian, Bisa Lebih Fokus!
Pada kelompok rentan lain seperti ibu hamil, paparan polusi udara dapat menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan rendah, meningkatkan risiko kanker pada anak, dan jangka panjangnya akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes ketika ia dewasa.
Polutan bisa berasal dari berbagai sumber, seperti letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dan yang disebabkan oleh manusia seperti penggunaan kendaraan bermotor, kegiatan pabrik, dan asap rokok.
Maka, untuk mencegah paparan polusi udara pada anak, Darmawan menyarankan untuk tinggal di rumah jika polusi tinggi, lakukan aktivitas dekat rumah agar tidak sering menggunakan transportasi, pakai masker sebagai perlindungan, dan makan makanan sehat.
Di dalam rumah, polusi udara bisa dikurangi dengan menggunakan penjernih udara dan tidak membakar sampah.
Sumber: Tempo.co