SUKABUMIUPDATE.com - Eris, Varian baru COVID-19 kembali ramai diperbincangkan masyarakat. Varian COVID Baru 'Eris' ini menyebar cepat di Inggris dan menjadi yang paling umum kedua setelah varian Arcturus XBB.1.16.
Menurut laporan dari kantor berita PTI seperti dilansir dari NDTV, Varian EG.5.1, yang dijuluki Eris, adalah turunan dari Omicron yang menyebar dengan cepat.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) menyebut Varian Eris merupakan satu dari tujuh kasus COVID baru. Saat menyebar di seluruh Inggris Raya, Varian Eris memicu kekhawatiran di kalangan pejabat kesehatan di negara tersebut.
Baca Juga: 10 Cara Memahami Karakter Seseorang, Coba Tanya Pandangan Hidupnya
''EG.5.1 pertama kali dimunculkan sebagai sinyal dalam pemantauan pada 3 Juli 2023 sebagai bagian dari pemindaian cakrawala karena meningkatnya laporan internasional, khususnya di Asia. Itu kemudian dinaikkan dari sinyal 'dalam pemantauan' ke varian V-23JUL-01 pada 31 Juli 2023 karena meningkatnya jumlah genom dalam data Inggris dan pertumbuhan yang berkelanjutan secara internasional." kata UKHSA, dilansir Senin (7/8/2023).
Varian Eris sekarang merupakan satu dari tujuh kasus COVID baru, menurut UKHSA. Bahkan, sesuai laporan terbaru UKHSA pada 3 Agustus lalu, kasus COVID-19 terus meningkat di seluruh negeri.
"5,4% dari 4.396 spesimen pernapasan yang dilaporkan melalui Respiratory DataMart System teridentifikasi sebagai COVID-19. Ini dibandingkan dengan 3,7% dari 4.403 dari laporan sebelumnya," kata agensi tersebut dalam laporannya.
Menurut Independent, lima gejala Eris yang paling umum diantaranya pilek, sakit kepala, kelelahan, bersin dan sakit tenggorokan
Baca Juga: 10 Manfaat Bersyukur yang Jarang Diketahui, Bisa Mengatasi Iri Hati
COVID-19 varian Eris tampaknya menyebar dengan cepat dan bisa menjadi salah satu alasan mengapa ada peningkatan kasus dan rawat inap baru-baru ini.
“Kami terus melihat peningkatan kasus COVID-19 dalam laporan minggu ini. Kami juga melihat peningkatan kecil dalam angka rawat inap di sebagian besar kelompok usia, terutama di kalangan lansia. Tingkat penerimaan keseluruhan masih sangat rendah dan saat ini kami tidak melihat peningkatan serupa dalam penerimaan ICU,” kata Dr Mary Ramsay, Kepala Imunisasi UKHSA.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, meskipun seseorang lebih terlindungi dengan adanya vaksin, negara tetap tidak boleh lengah.
“WHO terus mengimbau orang-orang yang berisiko tinggi untuk memakai masker di tempat ramai, mendapatkan booster jika direkomendasikan, dan memastikan ventilasi yang memadai di dalam ruangan. Dan kami mendesak pemerintah untuk memelihara dan tidak membongkar sistem yang mereka bangun untuk COVID-19,'' jelas Tuan Ghebreyesus seperti dikutip dari Sky News.
Sumber: NDTV