SUKABUMIUPDATE.com - Selective mutism adalah gangguan kecemasan saat seseorang tidak dapat berbicara dalam situasi sosial tertentu, seperti dengan teman sekelas di sekolah atau kerabat yang jarang mereka temui, dikutip NHS UK.
Namun, selective mutism ini tidak berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk berbicara. Kondisi selective mutism lebih kepada pengaruh gangguan kecemasan yang membuat seseorang -biasanya anak-anak- sulit berbicara (baca: diam) ketika berada dalam situasi atau bersama orang tertentu.
Selective mutism diartikan kondisi mendadak tidak mampu berbicara dalam situasi tertentu, dikutip dari WebMD via Tempo.co.
Baca Juga: Mengenal Sosok Abu Nawas, Penyair Puisi Cinta hingga Satir
Adapun penyebab mutisme selektif itu, tidak sepenuhnya bisa dijelaskan secara memerinci. Namun, inti kondisinya kuat dipengaruhi riwayat kecemasan dan gangguan psikologis pribadi.
Mengenal Apa Itu Selective Mutism
Mengutip Healthline, selective mutism gangguan kecemasan yang sering dan rentan dialami anak-anak. Biasanya mutisme selektif muncul di antara usia tiga tahun hingga enam tahun.
Saat fase anak-anak masuk sekolah dan untuk pertama kali mulai berinteraksi dengan banyak orang baru. Walaupun kondisi itu digambarkan menggunakan kata selektif, namun sebenarnya tidak memilih momen berbicara.
Kata selektif diartikan sebagai orang yang tetap bisa bicara tapi hanya dalam kondisi dan bersama orang-orang yang sudah terbiasa bersama dia. Kondisi selective mutism saat masih anak-anak sebaiknya dikonsultasikan dengan ahli psikologi, karena bisa berakibat berlanjut sampai dewasa.
Baca Juga: 7 Faktor Resiko Speech Delay pada Anak, Autis hingga Screen Time
Selective mutism bisa ditinjau dari beberapa teori psikologi. Teori perilaku memandang diam selektif sebagai mekanisme pertahanan yang dipelajari, tetapi tidak menyadari sikapnya untuk mengatasi kecemasan.
Sederhananya, respons diam membuat orang tidak bisa berbicara ketika dalam situasi sosial yang asing atau tidak nyaman.
Adapun teori kecemasan sosial memandang diam selektif itu faktor dari luar. Itu respons bentuk ekstrem kecemasan sosial. Biasanya ditandai sering menghindari berbicara di depan umum atau dengan orang yang tidak dikenal.
Baca Juga: Mengenal Sindrom Asperger: Pengidap Disabilitas yang Cerdas, Termasuk Autis?
Menurut teori psikologi perkembangan, anak-anak dengan kesulitan berbicara mungkin dipengaruhi intimidasi atau ejekan dari teman sebayanya, terutama saat masuk sekolah. Pengalaman tersebut dapat menyebabkan rasa malu, bahkan menghindari berbicara di tempat yang dirasa tak aman.
Sementara dalam teori psikodinamika, memandang anak-anak menolak untuk berbicara dengan sengaja sebagai cara untuk menghukum orang tua karena marah. Akan teapi, minat untuk berpedoman terhadap teori psikodinamika kini kian makin menurun digantikan oleh berbagai laporan penelitian terbaru.
Sumber: Tempo.co