SUKABUMIUPDATE.com - Gunungkidul, Yogyakarta kini sedang digegerkan dengan penemuan warganya yang meninggal akibat penyakit antraks. Diketahui, kasus antraks ini menyerang puluhan warga setelah sempat menyembelih dan mengonsumsi sapi.
Mengutip akun Instagram @beritadiy, “Sebanyak 85 warga Desa Candirejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta positif terjangkit antraks, Setelah ditelusuri, ternyata warga tersebut telah mengonsumsi sapi mati yang terpapar antraks,” tulis akun tersebut.
Lalu apa itu penyakit antraks? Apakah berbahaya bagi manusia?
Antraks merupakan penyakit bakterial yang bersifat menular akut khususnya pada manusia dan hewan. Bakteri Bacillus anthracis inilah yang menyebabkan penyebaran dan berisiko pada kematian.
Baca Juga: Kenali 5 Manfaat Konsumsi Kopi Hitam Tanpa Gula Untuk Kesehatan
Penyakit ini umumnya mempengaruhi hewan ternak seperti sapi, domba, kambing, dan unggas, tetapi juga dapat menular ke manusia. Antraks dalam bahasa yunani bermakna “batubara”, dan istilah ini digunakan karena kulit yang tepapar akan berubah hitam legam.
Penyakit Antraks ini bersifat zoonosis yang berarti dapat menularkan dari hewan kepada manusia maupun sebaliknya, akan tetapi penyakit ini tidak dapat ditularkan antara sesama manusia.
Berikut ini adalah beberapa informasi mengenai penyakit antraks:
Penularan
Penyakit antraks dapat ditularkan kepada manusia melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, konsumsi daging hewan yang terinfeksi yang tidak dimasak dengan baik, atau paparan dengan spora bakteri antraks di lingkungan yang terkontaminasi.
Baca Juga: Link Nonton Film Sewu Dino Full Movie, Film Horor Tentang Santet yang Mematikan
Gejala
Gejala penyakit antraks pada manusia tergantung pada jenis infeksi. Terdapat tiga jenis utama antraks pada manusia, yaitu antraks kulit (cutaneous), antraks paru (pulmonary), dan antraks usus (gastrointestinal). Antraks kulit adalah bentuk yang paling umum, ditandai dengan munculnya lesi kulit yang terinfeksi yang kemudian berubah menjadi ulkus. Antraks paru dan usus lebih jarang terjadi, tetapi dapat lebih serius dan berpotensi mengancam nyawa.
Diagnosa dan Pengobatan
Diagnosis antraks biasanya dilakukan melalui tes laboratorium pada sampel darah, kulit, atau cairan tubuh lainnya. Pengobatan antraks melibatkan pemberian antibiotik seperti penisilin, sefalosporin, atau tetrasiklin. Dalam beberapa kasus yang parah, perawatan tambahan seperti perawatan intensif, ventilasi mekanis, dan pemberian cairan intravena mungkin diperlukan.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Rujak Enak di Sukabumi, Seger dan Bikin Mata Melek!
Pencegahan
Vaksin antraks tersedia untuk perlindungan terhadap penyakit ini, khususnya untuk mereka yang berisiko tinggi terpapar, seperti pekerja laboratorium, personel militer, atau petugas kesehatan hewan.
Selain itu, tindakan pencegahan termasuk menghindari kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau produk hewani yang mencurigakan, serta memasak daging dengan baik sebelum dikonsumsi.
Penting untuk dicatat bahwa antraks merupakan penyakit yang jarang terjadi pada manusia. Namun, jika Anda memiliki kekhawatiran atau gejala yang mencurigakan setelah terpapar potensial dengan bakteri antraks, disarankan untuk segera berkonsultasi dengan profesional medis untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.