SUKABUMIUPDATE.com - Speech delay adalah sebuah kondisi yang dapat dialami bayi dan anak-anak yang menyebabkan mereka mengalami keterlambatan bicara dan berbahasa. Seringkali, meski mengerti ketika seseorang berbicara namun sangat sulit untuk mengucapkan dan mengeluarkan kata kembali.
Kekinian, tersiar kabar bahwa bilingual menjadi salah satu faktor resiko penyebab speech delay.
Bilingual atau mempelajari dua bahasa sebenarnya adalah hal yang umum. Sayangnya, terdapat anggapan bahwa mengajarkan anak sejak dini dengan dua bahasa justru dapat meningkatkan risiko speech delay atau terlambat berbicara.
Dokter spesialis anak, Mesty Ariotedjo melalui unggahan di kanal Instagram pribadinya pada 1 Juli 2023 lalu pun menyanggah mitos tersebut.
"Fakta: anak yang bilingual memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik dan fleksibilitas kognitif," tulisnya dikutip via Yoursay.Id (portal Suara.com), Rabu (5/7/2023).
Mengajarkan dan menerapkan penggunaan dua bahasa, khususnya di Indonesia sendiri sudah lama dilakukan oleh para orangtua. Terutama bahasa utama (Indonesia) dan bahasa ibu (daerah).
Tetapi, seiring perkembangan zaman, orangtua pun kini sudah mulai mengenalkan bahasa asing lainnya sejak dini. Baik itu karena pernikahan beda negara mau pun bahasa asing seperti Inggris yang sudah diakui sebagai bahasa internasional dalam berkomunikasi.
Hal tersebut tentunya demi kebaikan anak di masa depan dalam bersosialisasi. Disampaikan dr. Mesty, speech delay pada anak tidak dipengaruhi oleh penggunaan bahasa.
Sejatinya baik anak bilingual atau pun non bilingual bisa saja mengalami speech delay. Pasalnya, speech delay disebabkan oleh beberapa faktor risiko.
Sebagaimana yang sudah dilansir dari Siloam Hospitals, berikut 7 faktor resiko anak mengalami speech delay:
Faktor Resiko Speech Delay
1. Genetik
Genetik atau riwayat keluarga yang mengalami kendala dalam berbahasa merupakan faktor resiko yang memungkinkan anak lebih besar mengalami speech delay, misalnya disleksia dan gagap.
2. Kondisi Medis Tertentu
Bayi yang mengalami kondisi medis tertentu saat masih di dalam kandungan atau pun baru lahir seperti infeksi TORCH, berat badan lahir rendah, bayi kuning, prematur, mengalami asfiksi atau kurang oksigen saat lahir, dan hipotiroid. Faktor tersebut bisa menjadi penyumbang resiko anak mengalami speech delay di masa perkembangannya.
Selain yang sudah disebutkan, riwayat medis seperti kejang yang lama, trauma kepala sampai peradangan pada otak juga bisa menjadi faktor resiko speech delay anak.
3. Masalah Struktur Mulut dan Gangguan Fungsi Oromotor
Faktor risiko yang bisa menyebabkan anak mengalami speech delay selanjutnya adalah struktur mulut dan fungsi oromotor yang bermasalah.
Misalnya pada struktur mulut seperti kondisi bibir sumbing. Bibir sumbing dapat menyebabkan gangguan pada gerakan lidah dalam memproduksi suara.
Sementara gangguan fungsi oromotor adalah masalah pada area otak dalam koordinasi dan mengontrol gerakan bibir, lidah serta rahang untuk mengeluarkan suara.
Tidak hanya menyebabkan anak speech delay, fungsi oromotor yang terganggu juga bisa berdampak pada cara makan anak.
4. Autisme
Anak yang didiagnosa mengalami autisme sebagian besarnya mengalami gangguan bahasa dan sosial.
Akibatnya, tak sedikit anak autis juga mengalami speech delay. Kendati begitu, speech delay yang pada anak autisme cukup sulit disadari sebab perkembangan lainnya seperti merangkak, duduk dan berdiri berlangsung normal.
5. Kurang Stimulasi
Anak yang menerima terlalu banyak stimulasi dapat membuatnya cepat mengalami tantrum. Sebaliknya, anak yang kurang mendapatkan stimulasi di usia tumbuh kembangnya akan berdampak pada kemampuan bicara.
Maka dari itu, peran orangtua sangat penting dalam tumbuh kembang anak khususnya pada kemampuan berbahasanya. Orangtua diharapkan bisa memberikan pancingan agar anak mau berbicara dan mengajarkan kata-kata sesuai dengan usianya.
6. Masalah Pendengaran
Penting bagi orangtua untuk rutin memeriksakan kondisi anak bahkan sejak dalam kandungan. Hal ini sebagai antisipasi untuk mencegah masalah pendengaran pada anak. Pasalnya, kondisi ini dapat terjadi bawaan lahir atau infeksi tertentu.
Anak yang mengalami masalah pendengaran seperti hanya bisa mendengar pada volume tertentu bisa menjadi faktor risiko ia mengalami speech delay.
7. Screen Time Berlebihan
Anak yang terlalu banyak menghabiskan waktunya untuk screen time atau bermain gadget rupanya bisa menjadi faktor risiko lainnya anak mengalami speech delay.
Berdasarkan sebuah penelitian menyebutkan, anak yang terlalu banyak main gadget terutama saat ia belum bisa berbicara dapat meningkatkan speech delay di kemudian hari. Dibandingkan anak yang tidak bermain gadget.
Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk lebih memperhatikan dan rutin memeriksakan anak ke dokter untuk mengetahui tumbuh kembangnya dengan baik dan sesuai yang diharapkan.
Sumber: Yoursay.Id (Portal Suara.com)