SUKABUMIUPDATE.com - Sarkopenia atau sarcopenia adalah kondisi yang terjadi ketika tubuh kehilangan massa, kekuatan, serta fungsi otot. Penurunan massa dan fungsi otot ini terjadi karena adanya bentrok proses katabolisme (penghancuran) dan anabolisme (pembentukan) di dalam sel otot.
Pegawai kantoran atau mereka yang bekerja duduk terlalu lama di depan komputer beresiko mengalami sarkopenia. Meskipun semua orang yang memiliki kebiasaan duduk tanpa aktivitas lain juga dapat mengalami sarkopenia.
Baca Juga: 28 Rekomendasi Nama Anak Bahasa Sunda, Ada Arti Ningrat Siliwangi!
Sarkopenia termasuk salah satu kondisi kesehatan di mana menurunnya kualitas dan kemampuan fungsi otot pada seseorang. Serupa dengan osteoporosis, kondisi ini seringkali terjadi pada mereka yang sudah lanjut usia.
Meski demikian, bukan berarti sarkopenia tidak bisa terjadi pada anak muda. Nyatanya, mengutip Suara.com, anak muda juga tetap berisiko alami sarkopenia lebih awal.
Ketua PP Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI), Dr. dr. Nina Kemala Sari, SpPD-Kger, MPH, mengatakan, generasi mudah juga berisiko alami sarkopenia. Apalagi, saat ini generasi muda banyak yang bekerja di kantoran dan hanya duduk dalam jangka waktu lama.
Baca Juga: 120 Ribu/Kg, Ikan Dewa Langka dan Mahal Ada di Sungai Cibuni Sukabumi
Berdasarkan pernyataan dr. Nina, meski usia menjadi salah satu faktor sarkopenia, jika gaya hidup orang tersebut sejak muda tidak aktif, maka tetap berisiko alami penyakit ini. Oleh sebab itu, aktivitas fisik sangat penting untuk mengimbangi pekerjaan yang hanya berfokus untuk duduk.
“Jadi tadi disebut salah satu faktor risikonya usia, tapi selain usia ada lagi yaitu gaya hidup tidak aktif. Jadi kalau kita kerjanya banyak diam dan duduk itu berisiko. Makannya harus sering banyak jalan, aktif, itu diimbangi,” ucap dr. Nina, dikutip Selasa (5/7/2023).
Demi mencegah sarkopenia, dr. Nina menyarankan agar para pekerja muda untuk tidak duduk selama 8 jam penuh. Selain itu, penting untuk mengontrol makanan yang bergizi dan baik untuk otot.
Jika ada penyakit yang meningkatkan risiko sarkopenia juga diharap untuk tidak diabaikan. Pasalnya, penyakit ini jika dibiarkan malah membuat risiko sarkopenia semakin besar.
“Pastikan dalam 1 hari itu, kamu enggak sampai 8 jam duduknya. Artinya bisa saja lebih muda sarkopenia, ketika risiko lainnya tadi sedentary (kebiasaan diam), makannya atau sumber proteinnya yang kurang berkualitas, dan juga penyakit yang tidak dikontrol,” jelasnya.
Baca Juga: Langka Tapi Ada di Sukabumi, Kenapa Ikan Dewa Mahal?
Hal yang juga ditekankan yaitu, saat ada waktu istirahat, diharapkan untuk bergerak. Pasalnya, justru banyak generasi muda yang malah memilih bermain game, ponsel, atau menonton televisi, padahal itu pun bukan aktivitas fisik.
“Jadi sebetulnya segala macam dipikir aktif aja gitu. Jadi sejak muda bisa terjadi karena faktor risiko lainnya besar. Umur memang masih muda, tapi sedentary-nya ketika ada waktu santai malah liat game, liat TV gitu. jadi harus diimbangi banyak gerak ya,” ujar dr. Nina.
Sementara itu, untuk massa otot sendiri nantinya akan berada pada puncak sekitar usia 20-30 tahun.
Namun, setelah 30 tahun, akan mulai berkurang kemampuannya secara bertahan. Bahkan, pada 40 tahun bisa mencapai 8 persen penurunannya per dekade.
Oleh sebab itu, sebelum memasuki 40 tahun, disarankan mulai melakukan latihan resistensi. Hal ini akan membuat diri terbiasa sejak dini untuk melakukan latihan di usia lanjut.
“Artinya, sebelum 40 sudah mulai latihan resistensi tadi, sedini mungkin kita sudah harus latihan. Supaya saat memasuki usia lanjut sudah terbiasa. Jadi gaya hidup aktif harus sejak dini,” kata dr. Nina.
Sumber: Suara.com