SUKABUMIUPDATE.com - Merokok tidak hanya berdampak buruk bagi perokok itu sendiri, melainkan berpengaruh terhadap hampir semua aspek kehidupan. Mulai dari penyakit perokok aktif dan pasif, stunting anak hingga kualitas keturunan.
Kualitas keturunan yang dimaksud adalah perilaku merokok yang dilakukan oleh laki-laki ternyata bisa menurunkan kualitas sperma. Hal ini bahkan disampaikan langsung oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), DR (H.C). dr. Hasto Wardoyo, SpOG (K).
Dalam webinar Leadership and Advocacy ‘Pengembangan Pemikiran Kepemimpinan sebagai Bagian Advokasi Pencegahan Stunting dan Pengendalian Konsumsi Tembakau pada Kamis (29/07/2021) lalu, dr. Hasto mengatakan soal sifat toxic dari Rokok.
"Rokok itu toxic dan bisa mempengaruhi stunting" kata dr. Hasto, dikutip dari bkkbn.go.id, Rabu (21/6/2023).
Baca Juga: Riset Penyebab Stunting: Anak Pendek Cenderung Lahir dari Orang Tua Perokok!
Lebih lanjut, dr. Hasto menyarankan agar laki-laki sebaiknya berhenti merokok jika ingin mengikuti program punya anak.
"Toxic rokok ini mempengaruhi prenatal dan postnatal, laki-laki yang program ingin punya anak berhenti dulu merokok selama 70 hari sebelum konsepsi karena toxic nya bisa menurunkan kualitas sperma" jelas dr. Hasto.
Sebuah penelitian dalam Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing Tahun 2006, menyebutkan, asap rokok dapat mengurangi testis, nekrosis testits, berkurangnya diameter tubulus seminiferous dan vasokontrisi pembuluh darah, serta mempengaruhi pengambilan oksigen selama metabolisme. Tak hanya itu, penelitian lain turut menyebut selain tubulus seminiferous menurun, jumlah spermatozoa yang dihasilkan juga menjadi lebih sedikit dari yang tidak mengalami perlakuan.
Paparan asap rokok, menurut Hasto, akan meningkatkan resiko stunting pada anak berusia 25-59 bulan sebesar 13.49 kali. Serta meningkatkan terjadinya ectopic pregnancy dan sudden infant death syndrome.
Baca Juga: Syahnaz Diduga Selingkuh, Istri Rendy Kjaernett Bongkar Isi Chat Sejak Juli 2022
Pendapat lain datang dari Prof. Dr. dr. Nila Moeloek, SpM (K), ia mengatakan Indonesia adalah negara ketiga tertinggi di dunia dengan jumlah perokok diatas usia 10 tahun setelah China dan India, bahkan pernah ada anak 2 tahun merokok di Indonesia.
Secara data, 23.21% penduduk Indonesia merokok pada Tahun 2020 dan 96 juta orang Indonesia menjadi perokok pasif termasuk ibu hamil dan anak-anak.
“Permasalahan utama kita adalah anak-anak merokok, jangan kita racuni anak-anak kita, ini berkaitan sekali dengan stunting dan Pendidikan. Banyak keluarga tidak peduli makanan bergizi untuk anaknya karena untuk membeli rokok”, kata Nila.
Sumber: BKKBN