SUKABUMIUPDATE.com - Perilaku merokok orang tua ternyata dapat berpengaruh terhadap kondisi anak stunting. Fakta tersebut bukan informasi baru, di tahun 2018 lalu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) pernah menginformasikan hasil penelitian dari Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia.
Dari hasil penelitian tersebut, di Jakarta, konsumsi rokok pada orang tua termasuk salah satu perilaku penyebab anak stunting. Kejadian ini paling banyak ditemui di keluarga miskin.
Perilaku merokok orangtua dapat berpengaruh pada anak stunting melalui dua cara.
Pertama, melalui asap rokok. Orang tua perokok seperti ini memberikan efek langsung pada tumbuh kembang anak. Seperti yang disebutkan oleh Ketua Satuan Tugas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH,
"Asap rokok mengganggu penyerapan gizi pada anak, yang pada akhirnya akan mengganggu tumbuh kembangnya." kata Dr. Bernie, dikutip via p2ptm.kemkes.go.id, Rabu (21/6/2023).
Pengaruh perilaku merokok yang kedua, yaitu dilihat dari sisi biaya belanja rokok. Ini membuat orang tua mengurangi “jatah” biaya belanja makanan bergizi, biaya kesehatan, pendidikan dan lainnya.
Baca Juga: 21 Juni di Sejarah Presiden Indonesia, Tanggal Lahir Jokowi dan Wafatnya Soekarno
Studi yang dilakukan oleh Tim Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) menjadi bukti ada efek konsumsi rokok terhadap kemiskinan dan kejadian stunting di Indonesia. Penelitian itu menggunakan dataset longitudinal (1997 – 2014) dari Indonesian Family Life Survey (IFLS).
Hasilnya membuktikan bahwa perilaku merokok orang tua berdampak pada kondisi stunting anak-anak mereka, ditunjukkan oleh data tinggi dan berat badan. Dalam penelitian ini juga diperlihatkan, konsumsi rokok sekitar 3,6% pada 1997 telah melonjak 5,6% pada 2014, sedangkan konsumsi lainnya menurun secara signifikan selama 1997-2014.
Artinya, peningkatan konsumsi rokok sekitar dua persen digantikan oleh penurunan pengeluaran beras, protein, dan sumber lemak, serta pendidikan. Pengeluaran rumah tangga untuk daging dan ikan juga menurun sekitar 2,3 persen selama 1997 – 2014.
Padahal, seperti yang ditunjukkan dalam banyak penelitian, jenis pengeluaran ini akan sangat mempengaruhi perkembangan masa depan anak-anak dalam hal berat badan, tinggi badan hingga kemampuan kognitif.
Baca Juga: Syahnaz Diduga Selingkuh, Istri Rendy Kjaernett Bongkar Isi Chat Sejak Juli 2022
Lebih lanjut, Survei Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukkan konsumsi rokok pada keluarga miskin masih sangat tinggi di Indonesia. Menurut Kasubdit Kerawanan Sosial BPS, Ahmad Avenzora, statistik barang konsumsi di Indonesia mencatat soal “Belanja makanan bergizi di bawah belanja rokok.”
Hal ini berarti, jika belanja rokok dikurangi bahkan dihilangkan sama sekali, kesempatan keluarga miskin untuk belanja makanan bergizi akan menjadi lebih besar. Alokasi belanja ini menjadi syarat utama pencegahan stunting di tingkat keluarga. Ada benang merah yang saling terkait antara konsumsi rokok, kejadian stunting, dan kemiskinan.
Orang Tua Perokok Cenderung Melahirkan Anak Pendek
Teguh Dartanto, PhD, Kepala Departemen Ilmu Ekonomi FEB UI sekaligus penanggung jawab penelitian tim riset PKJS menjelaskan lebih detail soal Rokok penyebab Stunting ini.
“Kami mengamati berat badan dan tinggi anak-anak (<= 5 tahun) pada 2007 dan kemudian melacak mereka pada 2014 secara berurutan untuk mengamati dampak perilaku merokok orang tua dan konsumsi rokok pada stunting. Secara mengejutkan, ditemukan anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan orang tua perokok kronis serta dengan perokok transien cenderung memiliki pertumbuhan lebih lambat dalam berat dan tinggi dibandingkan mereka yang tinggal di rumah tangga tanpa orang tua perokok.” terangnya.
Baca Juga: Cara Cek Pengumuman Hasil Seleksi PPDB Jawa Barat 2023 jenjang SMA/Sederajat
Penelitian ini, kata Teguh, menegaskan bahwa anak-anak yang tinggal dengan orang tua bukan perokok akan tumbuh 1,5 kg lebih berat dan 0.34 cm lebih tinggi daripada mereka -yang tinggal dengan orang tua perokok kronis. Ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan perokok aktif/kronis cenderung melahirkan anak-anak pendek atau kerdil.
Kemudian, dengan memperhitungkan faktor genetik dan lingkungan anak, penelitian Rokok penyebab Stunting turut mempertegas adanya bukti kuat dan konsisten secara statistik. Yakni, anak yang memiliki orang tua perokok kronis kemungkinan mengalami stunting 5.5% lebih tinggi dibandingkan dengan anak dari orang tua bukan perokok.
Selain itu, kondisi stunting juga akan menyebabkan penurunan kecerdasan/kognitif anak. Temuan menarik lain yaitu soal peningkatan pengeluaran rokok sebesar 1% (butir persen/percentage point), ternyata akan meningkatkan kemungkinan rumah tangga menjadi miskin sebesar 6%.
Fakta Rokok penyebab Stunting yang ditemukan PKJS-UI menjadi salah satu bukti bahwa mengendalikan konsumsi rokok tidak hanya akan mengurangi prevalensi perokok, melainkan membuat masa depan Indonesia lebih baik dengan menekan stunting; menjaga anak-anak lahir dengan kondisi yang baik, fisik dan kognitif.
Sumber: P2PTM Kemenkes RI