SUKABUMIUPDATE.com - Imposter Syndrome atau Sindrom Imposter adalah salah satu gangguan psikologis.
Kabarnya, eks artis film 18+, Mia Khalifa mengalami gangguan psikologis tersebut.
Lantas, Apa itu Imposter Syndrome? Simak penjelasannya berikut ini sebagaimana dikutip via Suara.com!
Baca Juga: Mengenal Sindrom Asperger: Pengidap Disabilitas yang Cerdas, Termasuk Autis?
Seperti diketahui, terlepas dari keingintahuan tentang apa itu Imposter Syndrome, publik tambah heboh lantaran pengakuan tersebut disampaikan oleh mantan artis film dewasa dalam kelas kuliah di Oxford University.
Mia Khalifa dikabarkan hadir sebagai dosen tamu di Oxford University baru-baru ini. Ia bercerita kepada para mahasiswa bahwa Imposter Syndrome itu benar adanya dan bintang film panas ini sendiri menderita gangguan tersebut.
Mia membagikan pengalaman barunya itu di akun Instagram-nya, @miakhalifa, pada 5 Mei 2023 lalu.
"Kemarin berbicara kepada mahasiswa Oxford merupakan salah satu pengalaman hidup, yang mana aku sepenuhnya sadar betapa beruntungnya aku dalam menjalani hidup. Aku terinspirasi oleh hasrat kalian untuk menanamkan perubahan pada dunia," kata perempuan asal Lebanon itu, dikutip Minggu (11/6/2023).
Mengenal Apa itu Imposter Syndrome
Imposter Syndrome adalah fenomena psikologis di mana seseorang merasa tidak layak atau tidak kompeten meskipun memiliki prestasi yang signifikan. Hal ini bisa dirasakan oleh siapa saja, terlepas dari keahlian, pengalaman, atau kesuksesan yang mereka miliki.
Dikutip dari tulisan Clance & Imes (1978), Imposter Syndrome didefinisikan sebagai kecenderungan internal seseorang untuk meremehkan atau meragukan kemampuan dirinya sendiri, bahkan ketika ada bukti sebaliknya.
Baca Juga: Misteri Saranjana: Kota Gaib di Indonesia yang Tidak Tercatat Peta, Dihuni Jin?
Orang yang mengalami imposter syndrome cenderung merasa seperti penipu atau "imposter" dalam lingkungan mereka, berpikir bahwa mereka tidak sebaik atau sekompeten yang orang lain anggap mereka. Hal ini sering kali menyebabkan perasaan cemas, stres, dan ketidakmampuan untuk mengakui dan merayakan pencapaian mereka.
Penyebab Imposter Syndrome
Imposter Syndrome dapat dipicu oleh sejumlah faktor yang meliputi:
Standar yang tidak realistis
Menetapkan standar yang terlalu tinggi untuk diri sendiri, yang sulit untuk dicapai bahkan jika orang tersebut telah mencapai banyak hal.
Perbandingan sosial
Membandingkan diri dengan orang lain yang dianggap lebih sukses atau kompeten, sering kali melupakan prestasi mereka sendiri.
Pengalaman masa kecil
Pengalaman negatif, seperti penghakiman berlebihan, kritik yang tidak konstruktif, atau kurangnya pujian, dapat menyebabkan keraguan diri yang berkelanjutan.
Ketakutan akan kegagalan
Rasa takut akan kegagalan dan ketidaksempurnaan bisa membuat seseorang meragukan diri sendiri bahkan saat mereka mencapai kesuksesan.
Dampak Imposter Syndrome
Imposter Syndrome dapat memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan seseorang, seperti:
- Rasa cemas dan stres yang berlebihan.
- Penurunan kepercayaan diri dan motivasi.
- Menghindari tantangan baru karena takut gagal.
- Perasaan ketidakpuasan dan tidak puas dengan pencapaian.
- Gangguan emosional seperti depresi dan kecemasan.
Strategi Mengatasi Imposter Syndrome
Melansir dari artikel Bravata dkk (2019) di Journal of General Internal Medicine, ada beberapa strategi yang dapat membantu mengatasi imposter syndrome:
Baca Juga: Apakah Sindrom Asperger Disebabkan Oleh Faktor Genetik? Simak Penjelasannya!
Mengakui dan menerima perasaan.
Sadari bahwa banyak orang mengalami keraguan diri dan perasaan tidak layak. Mengakui dan menerima perasaan tersebut adalah langkah pertama untuk mengatasinya.
Menghargai pencapaian.
Catat dan akui setiap pencapaian yang telah Anda capai, baik yang besar maupun yang kecil. Ingatkan diri sendiri bahwa Anda pantas mendapatkan penghargaan.
Berbagi pengalaman
Bicarakan tentang perasaan dan pengalaman Anda dengan orang lain. Seringkali, berbagi cerita dengan orang lain yang mengalami hal serupa dapat memberikan perspektif baru dan dukungan.
Membangun jaringan dukungan
Temukan kelompok atau komunitas yang mendukung dan dapat memberikan dukungan emosional dan inspirasi dalam mengatasi imposter syndrome.
Mengubah pola pikir
Tantang pola pikir negatif dan kritis tentang diri sendiri. Berlatih untuk menggantinya dengan pikiran yang lebih positif dan konstruktif.
Mencari bantuan profesional
Jika imposter syndrome berdampak signifikan pada kesejahteraan mental dan kehidupan sehari-hari Anda, tidak ada salahnya mencari bantuan dari profesional seperti psikolog atau konselor.
Sumber: Suara.com