SUKABUMIUPDATE.com - Profesor Dokter Sulianti Saroso menjadi Google Doodle pada hari ini, Rabu (10/5/2023). Hal itu merupakan salah satu bentuk upaya untuk mengingat sosok dokter mulia yang lahir pada hari ini 106 tahun yang lalu, tepatnya 10 Mei 1917.
Profil Profesor Dokter Sulianti Saroso pernah diceritakan di laman resmi Indonesia.go.id, bertajuk "Sulianti Saroso, Dokter yang tak Pernah Menyuntik Orang". Tulisan dimuat dua tahun lalu, pada hari Kamis, 12 Maret 2020.
Mengenal Dokter Sulianti Saroso, Tidak Pernah Menyuntik Tapi Periset Penyakit Menular
Prof. dr. Sulianti Saroso adalah seorang dokter yang namanya disematkan pada Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI). Rumah Sakit itu dibangun secara representatif di kawasan Sunter, Jakarta Utara.
Catatan sejarah kebijakan bidang kesehatan di Indonesia menyebutkan Profesor Dokter Sulianti Saroso, MPH, PhD, adalah nama penting untuk setidaknya dua hal yakni pencegahan dan pengendalian penyakit menular serta keluarga berencana (KB). Ia merupakan seorang peneliti dan perancang kebijakan kesehatan, dan tidak tertarik menjadi dokter praktek.
"Ibu itu hampir-hampir tak pernah menyuntik orang atau menulis resep" kenang sang putri, Dita Saroso, mantan profesional perbankan yang kini sudah pensiun, dikutip via Indonesia.go.id, Rabu (10/5/2023).
Dokter Sulianti Santoso pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pencegahan, Pemberantasan, dan Pembasmian Penyakit Menular (P4M) pada tahun 1967. Kala itu ia juga merangkap sebagai Direktur Lembaga Riset Kesehatan Nasional (LRKN).
Dalam posisi itu, Profesor Sulianti Saroso memberikan perhatian besar pada Klinik Karantina di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Klinik itu telah dikembangkannya menjadi RS penyakit menular sekaligus untuk keperluan riset penyakit menular.
Tidak cukup dengan observasi di RS karantina di Tanjung Priok, Dokter Sulianti Saroso pun membangun pos-pos kesehatan masyarakat di berbagai lokasi.
Dari observasi lapangan itu lantas lahir rekomendasi-rekomendasi, diantaranya, vaksinasi massal, vaksinasi reguler (untuk anak usia dini), pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, produksi cairan “Oralit” untuk korban dehidrasi akibat diare, ditambah perencanaan dan pengendalian kehamilan.
Menjelang masa pensiun di pertengahan 1970-an, Profesor Sulianti aktif sebagai konsultan untuk lembaga internasional WHO dan Unicef. Posisi itu membuatnya sering melakukan perjalanan keluar negeri.
Pascapensiun, Dokter Sulianti Saroso terus diminta menjadi tim penasihat Menteri Kesehatan. Dalam posisi itu, ia terus mengawal gagasan-gagasannya tentang tata kelola kesehatan masyarakat, KB dan pengendalian penyakit menular.
Salah satu ide yang terus dikawalnya ialah mengembangkan RS Karantina Tanjung Priok menjadi RS Pusat Infeksi dengan teknologi terbaru, piranti mutakhir, serta sumber daya manusia yang mumpuni. Tujuannya, agar RS tersebut bisa menjadi RS rujukan sekaligus lembaga pendidikan serta pelatihan.
Namun demikian, menjelang RSPI itu dibangun, Dokter Sulianti Saroso tutup usia dan wafat di tahun 1991 silam. Sehingga, bukan merupakan hal aneh ketika nama Profesor Sulianti Saroso akhirnya disematkan sebagai nama resmi rumah sakit tersebut saat diresmikan pada 1995.
Sumber: Indonesia.go.id