SUKABUMIUPDATE.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi mencatat 652 warga menderita Tuberkulosis (TBC). Dari data tersebut, satu orang meninggal lantaran memiliki penyakit penyerta. Ini berdasarkan data Januari hingga April 2023, disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Wita Darmawanti.
Wita mengungkapkan diperolehnya data itu menunjukkan deteksi dini TBC di Kota Sukabumi cukup berhasil, meski jumlah kasus masih tinggi. Deteksi dini yang dilakukan Dinkes adalah secara mobile dengan melakukan pelayanan tes terhadap pegawai usia produktif pemerintahan maupun swasta. Petugas rutin melakukan tes TBC di setiap instansi tersebut.
"Jika positif TBC, warga bisa segera melakukan pengobatan selama enam bulan dengan rutin minum obat. Apabila terlewat satu kali saja (minum obat), dapat mengakibatkan resisten obat," kata Wita kepada sukabumiupdate.com pada Selasa (9/5/2023).
Baca Juga: Indonesia Peringkat ke-3 TBC di Dunia, Kasus Mencapai 824 Ribu Orang!
Wita mengatakan saat ini pasien yang mengalami resisten obat sudah bisa berobat di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi alias tidak perlu ke luar kota. Wita memastikan seluruh pengobatan TBC gratis, tanpa dipungut biaya. Sementara di sisi lain, Wita juga mejelaskan beberapa gejala yang dapat dikenali oleh masyarakat apabila terserang TBC.
"Seperti batuk terus-menerus lebih dari dua pekan, bahkan kadang batuk berdarah. Kemudian berkeringat pada malam hari, berat badan menurun drastis, dada terasa nyeri, dan sesak napas. Penyakit ini menular sehingga harus segera ditangani," ujar Wita.
Wita mengimbau masyarakat memerhatikan perilaku hidup bersih dan sehat, etika batuk yang benar, dan memerhatikan kesehatan di rumah serta lingkungan.