SUKABUMIUPDATE.com - Permasalahan stunting di Indonesia perlu mendapatkan perhatian penangan bersama seluruh masyarakat di Indonesia, tidak hanya pemerintah saja.
Baru-baru ini dr. Reisa Broto Asmoro mengungkapan jika stunting dapat terjadi sebelum sang ibu mengandung dan statusnya berusia remaja.
Selain itu, dr. Reisa Juga memberikan penegasan bahwa bayi stunting tidak hanya dapat dilihat dari tinggi badan yang lebih pendek saja, tapi juga ada faktor-faktor lain dalam tubuh bayi yang mempengaruhinya.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Sepatu Running Pria, Harga Mulai Rp1 Jutaan Saja
"Dilihat dari organ dalamnya terutama otot, pada anak yang mengalami stunting ini tidak terbentuk dengan baik atau optimal. Sebetulnya stunting ini bisa memperlambat perkembangan otak," dr. Reisa Broto Asmoro dalam siaran bersama Kementerian Kesehatan bertajuk "Cegah Stunting Semua Penting" pada 1 Maret 2023 lalu, seperti melansir dari Suara.com.
Kemudan dr. Reisa mengungkapkan cara untuk mencegah stunting, yaitu dengan melalui gerakan ABCDE oleh calon orangtua maupun sudah menjadi orangtua, diantaranya adalah sebagai berikut:
Baca Juga: Perbedaaan Anak Stunting dan Pendek yang Perlu Orang Tua Tahu
A: aktif minum tablet penambah darah dan vitamin sejak remaja putri pun saat hamil.
B: bumil teratur memeriksa kehamilan minimal enam kali.
C: cukup konsumsi protein hewani.
D: datang ke posyandu setiap bulan guna mengetahui dan memastikan anak tumbuh dengan baik sesuai buku KIA dengan bantuan dan pemantauan tenaga kesehatan ahli.
E: eksklusif ASI minimal enam bulan.
Baca Juga: Sinopsis Film Escape Plan 2: Hades, Tayang Malam Ini di Bioskop Trans TV
Berdasarkan penuturannya, dr. Reisa juga menegaskan bahwa kerjasama semua pihak dalam upaya pencegahan stunting itu sangat penting, bukan hanya dari peran ibu semata.
"Mulai dari pencegahan ABCDE tadi semuanya ada andil dari pasangan, ayahnya atau sang suami. Sehingga dukungan pasangan, dukungan keluarga ini sangat-sangat penting untuk mencegah stunting. Semoga target menurunkan angka stunting ini bisa benar-benar tercapai nantinya dan Indonesia bisa bebas stunting, generasi anak-anak kita kedepannya menjadi tangguh," tambah dr. Reisa.
Stunting selalu diidentikan dengan tubuh kecil atau pendek dibandingkan dengan usianya. Nyatanya, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu yang lama atau paparan infeksi dari kurangnya stimulasi.
Baca Juga: Peneliti Prediksi Gempa M8 Bisa Terjadi di Indonesia Bulan Maret 2023
Keadaan stunting yang patut dikhawatirkan selain keadaan fisik yang berbeda adalah akan adanya keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, bahkan bisa mempengaruhi penyakit-penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes sampai obesitas.
Berdasarkan data tahun 2022 angka stunting di Indonesia mengalami penurunan dari 24,4% menjadi 22,6%. Berangkat dari data tersebut, pemerintah mencanangkan program penurunan angka stunting pada tahun 2024 di angka sebesar 14%.
"Sementara itu data SSGI tahun 2022 menunjukkan kalau stunting ini terjadi sebelum lahir dan meningkat 1,6 kali pada rentang usia 6 sampai 12 bulan sebesar 13,8% kemudian 12 bulan sampai 23 bulan itu sebesar 22,4%," tutupnya. (Shilvia Restu Dwicahyani)
Sumber: Suara.com