SUKABUMIUPDATE.com - Saat ini kasus bullying atau perundungan yang terjadi di kalangan remaja hingga anak-anak di Indonesia sedang marak. Sedangkan, bullying dapat berimbas panjang pada psikis korban.
Seperti yang viral baru-baru ini, seorang anak kelas IV SD yang memutuskan mengakhiri hidupnya diduga mendapat ejekan dari teman-temannya karena tak mempunyai ayah. Kabar itu dibagikan oleh akun Twitter @Askrlfess pada tanggal 1 Maret 2023 kemarin.
Diketahui anak kelas IV SD tersebut berinisial MR (11 tahun) dan tinggal di rumah bersama ibu serta kakaknya. Sementara sang ayah telah meninggal beberapa tahun lalu.
Baca Juga: Bukan Bocimi! Jalan Tol Ini Bisa Dilewati Sepeda Motor, Satu-satunya di Indonesia
Berikut ini dampak yang ditimbulkan dari perilaku bullying, tidak hanya kepada korban bullying, tetapi juga pelaku yang dikutip Stop Bullying via Suara.com.
Dampak-dampak tersebut antara lain:
Korban Bullying
Anak yang menjadi korban bullying biasanya akan mengalami berbagai masalah serius. Permasalahan tersebut meliputi masalah kesehatan fisik, sosial, emosial, akademik, dan mental yang buruk. Dari perlakuan yang diterima dirinya akan membuat dirinya mengalami berbagai hal seperti:
1. Depresi dan kecemasan
Korban bullying biasanya akan memiliki gangguan depresi dan kecemasan. Hal ini karena meningkatnya perasaan sedih dan kesepian pada dirinya. Selain itu, perlakuan bullying yang diterimanya akan mengubah pola tidur, makan, hilangnya minat pada aktivitas yang biasa mereka nikmati. Bahayanya, permasalahan ini akan dialaminya jangka panjang hingga dewasa.
Baca Juga: Hujan Awet di Sukabumi, Peneliti Ungkap Dua Fenomena Langka Ini Penyebabnya
2. Keluhan kesehatan
Sebab adanya perlakuan kasar, atau ucapan yang membuatnya depresi, itu akan membuat dirinya tidak berminat untuk melakukan berbagai hal, seperti makan. Hal itu akan membuatnya mengalami gangguan kesehatan yang cukup parah.
3. Prestasi akademik menurun
Biasanya korban bullying, nilai akademiknya akan menurun. Hal ini karena perlakuan bullying yang diterimanya, membuatnya tidak fokus belajar. Selain itu, jika pelakunya berada di instansi pendidikan yang sama, akan membuatnya sering bolos karena takut bertemu.
Baca Juga: 7 Mitos Bunga Wijaya Kusuma, Datangkan Jodoh Hingga Kesayangan Nyi Roro Kidul
Diketahui, sejumlah kecil anak yang mengalami bullying mungkin membalas melalui tindakan yang sangat kejam. Dalam 12 dari 15 kasus penembakan di sekolah pada 1990-an, para penembak memiliki riwayat diintimidasi.
Seseorang yang terbiasa melakukan tindak bullying terhadap orang lain cenderung akan melakukan hal yang sama hingga dewasa. Lebih parahnya, ia dapat melakukan hal kekerasan yang menjadikannya seorang kriminal. Dampak yang dialaminya jika terus-menerus melakukan hal tersebut di antaranya:
1. Menyalahgunakan alkohol dan narkotika
Biasanya anak yang melakukan bullying kepada orang lain, tidak peduli dengan hal yang baik dan buruk. Oleh karena itu, pelaku bullying sangat berpotensi terjun ke dalam hal buruk seperti menyalahgunakan alkohol dan narkotika.
2. Sering berkelahi
Seseorang yang melakukan bullying biasanya sering berkelahi, walaupun tidak dengan korban bullying. Mereka akan merusak properti yang ada di sekelilingnya. Selain itu ia juga berisiko putus sekolah karena banyaknya aturan yang telah dilanggarnya.
Baca Juga: Laga Persija vs Persib di GBK Harus Ditunda Karena Ada Persiapan Konser Blackpink
3. Melakukan seks di usia dini
Seorang pelaku bullying tidak peduli dengan hal yang baik dan buruk. Oleh karena itu, pelaku juga sangat berpotensi melakukan hubungan seksual sebelum waktunya.
4. Berpotensi menjadi kriminal
Pelaku bullying sangat berpotensi menjadi seorang kriminal. Hal ini karena kebiasaan yang dilakukannya sejak usia muda menjadikan dirinya melakukan hal yang sama saat dewasa. Selain itu, ia juga berpotensi melakukan hal yang lebih buruk sehingga menjadi kriminal.
Baca Juga: 4 Fakta Viralnya Anak SD Putuskan Akhiri Hidup Diduga Diejek Tak Punya Ayah
5. Bersikap kasar terhadap pasangan
Sikap kasar yang biasa dilakukannya kepada seseorang juga dapat membuatnya melakukan hal yang sama terhadap pasangan. Hal ini akan terus dibawanya hingga ia dewasa.
Sumber: Suara.com (Fajar Ramadhan)