SUKABUMIUPDATE.com - Ruam popok pada bayi kerap membuat orang tua khawatir. Terlebih ketika bayi sering buang air kecil dan popok harus berulang kali diganti.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), normalnya jumlah urine pada bayi newborn hingga usia 5 bulan adalah 60-450 ml dengan frekuensi 20 kali dalam sehari.
Jumlah urin ini juga bisa bertambah ketika musim hujan, dikutip via suara.com.
Dokter Spesialis Anak dr. S.T. Andreas Cristan Leyrolf, M.Ked (Ped), Sp.A, mengatakan, frekuensi buang air kecil yang bertambah dapat berpotensi menyebabkan kebocoran pada popok Si Kecil sehingga kulitnya dapat terkontaminasi oleh feses dan urine.
"Perubahan pH kulit akibat kontak langsung dengan feses dan urine inilah yang dapat menyebabkan ruam popok," jelas dia dalam keterangannya.
Berikut tips mencegah ruam popok pada bayi. Yuk, Simak!
1. Tips Mencegah Ruam: Rutin Mengganti Popok Bayi
Pada umumnya, bayi perlu mengganti popok setiap 3-4 jam sekali.
Hal ini untuk menghindari kontak yang terlalu lama dengan urin dan feses yang dapat meningkatkan pH basa pada kulit.
Baca Juga: Kisah Pilu Bayi 20 Bulan Pengidap Jantung Bocor di Bojonggenteng Sukabumi
2. Tips Mencegah Ruam: Gunakan Popok dengan Kualitas Terbaik
Ada beragam pilihan popok di pasaran, namun Moms harus dapat memilih popok berkualitas baik yang memiliki keunggulan:
- Popok dengan daya serap tinggi
Popok dengan daya serap yang tinggi dapat mengurangi kontak langsung antara kulit dengan urine.
Orang tua membutuhkan popok yang mampu mengunci cairan pada popok sehingga tidak menyebabkan osmosis balik yang dapat meningkatkan potensi kebocoran popok Si kecil.
- Popok Anti Gumpal dengan inti struktur SAP
Popok yang anti gumpal sangat baik untuk cegah ruam popok. Karena popok yang mengandung bahan penyerap tradisional seperti pulp dapat menyebabkan gumpalan dan penyerapannya tidak merata.
Selain berpotensi menyebabkan kebocoran popok, kondisi seperti ini akan mengurangi ruang gerak bayi dan kenyamanannya. Dengan inti struktur SAP, popok dapat menyerap lebih banyak cairan dan menguncinya sehingga menekan risiko ruam popok.
- Bahan popok lembut dan tipis
Kulit Si Kecil pada umumnya belum berkembang secara sempurna, sehingga masih sangat sensitif.
Oleh karena itu, perlu memilih popok dengan bahan yang lembut untuk mengurangi gesekan pada kulit atau potensi mengiritasi kulitnya. Pemilihan popok yang tipis juga dapat menambah ruang gerak Si Kecil.
Baca Juga: Apakah Bayi Boleh Minum Obat? IDAI Soal Kandungan ASI, Tepis Kekhawatiran Orang Tua
3. Tips Mencegah Ruam: Bersihkan dengan Air dan Keringkan Kulit Bayi Sebelum Gunakan Popok
Setelah buang air kecil dan buang air besar, sangat penting untuk bersihkan kulit bayi dengan air bersih. Gunakan air hangat agar si kecil lebih nyaman.
Setelah itu pastikan untuk mengeringkan permukaan kulit area ruam popok sebelum mengenakan popok ke si Kecil.
CEO Makuku Jason Lee menyampaikan, Makuku SAP Diapers Comfort memiliki teknologi tinggi dengan daya tampung lebih besar, yaitu 400ml dan anti gumpal. Popok ini menggunakan inti struktur SAP (Super Absorbent Polymer) dimana teknologi ini mampu menyerap lebih banyak cairan dan menguncinya sehingga mengurangi risiko ruam popok.
Inti struktur SAP berbeda dengan bahan penyerap tradisional seperti pulp atau serat kayu untuk membuat kertas.
Jika cairan ditambahkan ke partikel SAP, maka akan berubah menjadi gel dan cairan terkunci dalam gel tersebut serta menjaga permukaan kulit bayi tetap kering.
Baca Juga: EctoLife: Konsep Pabrik Pembuatan Bayi Menggunakan Rahim Buatan, Bisa Terwujud?
Untuk diketahui, total volume air dalam tubuh bayi di tahun pertamanya mencapai 65-80% dari berat badannya.
Cairan tersebut diperlukan untuk berbagai fungsi tubuh dan secara normal cairan tubuh ini akan keluar melalui feses, keringat, pernapasan dan urin dalam jumlah tertentu.
Pada musim hujan, jumlah cairan tubuh akan sedikit lebih banyak, karena umumnya jarang berkeringat akibat udara yang sejuk atau dingin.
Kebiasaan buang air kecil pada musim hujan yang sering terjadi pada bayi disebut sebagai diuresis. Kondisi diuresis terjadi karena ginjal terlalu banyak menyaring cairan dan memproduksi urin.
Sumber : Suara.com