SUKABUMIUPDATE.com - Transplantasi tinja memiliki istilah medis Faecal Microbiota Transplant yang disingkat FMT.
Transplantasi tinja kini masih menjadi hal yang tabu bagi sebagian orang.
Padahal, produk Faecal Microbiota Transplant atau FMT sendiri telah didefinisikan dalam Peraturan Barang Terapeutik tahun 1990 silam.
Disebutkan, Produk FMT mengandung atau berasal dari kotoran manusia (baca: tinja).
Redaksi sukabumiupdate.com telah merangkum dari berbagai sumber untuk mengulas secara singkat mengenai Faecal Microbiota Transplant, Transplantasi Tinja untuk Infeksi Bakteri. Yuk, Simak!
Melansir dari tga.gov.au, FMT adalah metode terapeutik terhadap seseorang.
Baca Juga: Ahli Kembali Lakukan Percobaan Transplantasi Jantung Babi Pada Pasien yang Mati Otak
Produk FMT meliputi tinja manusia baik segar atau beku yang dapat dimasukkan ke usus untuk penggunaan terapeutik dengan berbagai metode. Beberapa diantaranya yaitu enema rektal, sigmoidoskopi, kolonoskopi, dan tabung nasogastrik atau nasoduodenal.
FMT juga termasuk tinja manusia yang telah diproses (misalnya dikemas) untuk memungkinkan konsumsi oral.
Penggunaan produk FMT dalam transplantasi yaitu untuk mengisi kembali lingkungan mikro bakteri di usus penerima dengan mikroorganisme sehat.
Dengan catatan, produk yang berasal dari sumber selain kotoran manusia bukanlah produk FMT.
Saat ini, produk FMT memiliki bukti klinis yang kuat tentang kemanjuran untuk pengobatan infeksi berulang Clostridium difficile (CDI) atau C. diff, infeksi bakteri usus yang serius. Bukti lain turut muncul tentang kemanjuran pengobatan kolitis ulserativa (UC), penyakit radang usus mukosa (IBD) yang kerap kambuh kronis.
Adapun, persyaratan peraturan baru untuk produk transplantasi mikrobiota feses (FMT) dimulai sejak 1 Juli 2021.
Catatannya, produk FMT yang dipasok di Australia harus dimasukkan dalam Daftar Barang Terapeutik Australia dan mematuhi semua standar yang berlaku.
Baca Juga: Suka Minum Susu Mentah? Awas Risiko Infeksi Bakteri
Lebih detil, berdasarkan situs resmi hopkinsmedicine.org, Faecal Microbiota Transplant (FMT) disebut juga Transplantasi tinja, bakterioterapi atau transplantasi mikrobiota usus.
Prosedur FMT untuk mengobati infeksi persisten dengan C. diff bekerja dengan cara mengambil bakteri sehat (mikrobiota) dari kotoran donor yang disaring dengan hati-hati dan memindahkannya ke usus besar penerima.
Sederhananya, transplantasi feses/tinja adalah prosedur pengumpulan kotoran manusia dari donor yang sehat dan memasukkannya ke dalam saluran pencernaan pasien selaku penerima.
Prosedur FMT atau transplantasi tinja dapat dilakukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Transplantasi tinja dipercaya dapat memulihkan bakteri sehat di usus bagian bawah, yang dapat membantu mengendalikan C. diff dan mencegahnya kembali lagi.
Bahkan, pada beberapa kasus pengendalian infeksi C. diff, FMT cenderung lebih efektif daripada antibiotik.
C. diff adalah saluran pencernaan yang sehat dengan ribuan bakteri.
Umumnya, bakteri ini membantu pencernaan dan tidak berbahaya. Namun, jenis pengobatan dengan antibiotik, mungkin diperlukan untuk kondisi tertentu sehingga dapat membunuh banyak bakteri baik di dalam usus besar.
Kondisi tersebut kemudian memungkinkan bakteri jahat, yang disebut Clostridium difficile (C. diff) mengambil alih peranan yang ada.
Baca Juga: Botol Minum Jarang Dicuci? Waspada Jadi Sarang Bakteri Berbahaya
C.diff dapat menyebabkan demam, diare, dan kram. Seseorang bisa terkena C. diff setelah perawatan antibiotik akibat infeksi. Pada orang yang berusia di atas 65 tahun dan pada orang dengan penyakit kronis, infeksi C. diff bisa menjadi parah hingga fatal.
Oleh karena itu, transplantasi feses menjadi alternatif pilihan bagi orang yang memiliki infeksi C. diff di usus besar yang menyebabkan kolitis (peradangan usus besar).
Hingga saat ini, penelitian tentang penggunaan FMT tambahan sedang berlangsung. Sehingga meskipun, ada minat besar dalam aplikasi FMT lainnya untuk kondisi tertentu seperti penyakit radang usus, autisme dan obesitas, namun tidak ada bukti ilmiah bahwa transplantasi feses aman dan efektif untuk mengobati masalah selain infeksi bakteri C. diff.
Untuk diketahui, negara yang sudah melegalkan prosedur Faecal Microbiota Transplant (FMT) adalah Negara Australia.
Sementara di Indonesia, Faecal Microbiota Transplant (FMT) atau transplantasi tinja belum berstatus legal.
Sumber : berbagai sumber.