SUKABUMIUPDATE.com - Erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Minggu, 4 Desember 2022 tentu saja adalah bencana untuk warga di Jawa Timur terutama di Kabupaten Lumajang.
Gunung api tersebut telah mengeluarkan awan panas guguran (APG) yang meredam 6 desa dan beberapa wilayah lainya juga terdampak oleh abu vulkanik.
Seperti yang sudah diketahui, abu vulkanik adalah material vulkanik gunung berapi yang terdiri dari pecahan batuan, mineral, serta gelas vulkanik yang terbentuk selama terjadinya erupsi gunung berapi dan memiliki diameter kurang dari 2 mm (0,079 inci).
Baca Juga: Daftar Gunung Api Aktif di Pulau Jawa Selain Semeru, Ada Gunung Gede dan Salak!
Selain itu, abu vulkanik juga dapat digunakan untuk menggambarkan seluruh jenis jatuhan erupsi eksplosif (tephra) termasuk partikel yang berukuran lebih besar dari 2 mm.
Terbentuknya abu vulkanik ini bisa terjadi saat gas yang terlarut dalam magma mengembang kemudian terlepas secara tiba-tiba ke udara.
Akibat besarnya, kekuatan gas itu dapat menghancurkan magma serta mendorongnya ke udara lalu membeku menjadikan fragmen batuan vulkanik dan gelas vulkanik.
Baca Juga: Semeru Erupsi! Mengenal Level Aktivitas Gunung Api: Awas hingga Normal
Abu vulkanik gunung berapi juga dapat dihasilkan dari magma yang bersentuhan secara langsung dengan air selama terjadinya letusan freatomagmatik.
Hal itu kemudian dapat menyebabkan ledakan secara eksplosif berupa uap yang bisa menyebabkan pecahnya magma. Sehingga setelah berada di udara, abu-abu tersebut akan terbawa oleh angin hingga mencapai radius ribuan kilometer.
Akibat guguran awan panas serta material dari erupsi Gunung Semeru, saat ini PVMBG Badan Geologi ESDM telah menaikkan status Gunung Semeru dari siaga menjadi awas.
Kondisi udara di sejumlah wilayah di Kabupaten Lumajang mencapai tingkat polusi tinggi dan tidak sehat untuk kelompok yang sensitif.
Lantas apa saja bahayanya abu vulkanik untuk kesehatan? Berikut penjelasannya seperti melansir dari Suara.com.
1. Menyebabkan Gangguan Pernapasan
Partikel abu dari erupsi gunung yang sangat halus dapat masuk ke dalam paru-paru ketika kita bernapas.
Apabila paparan abu cukup tinggi, maka memungkinkan seseorang yang awalnya sehat mengalami kesulitan bernapas disertai dengan batuk dan iritasi.
Berikut sejumlah penyakit pernapasan akut (jangka pendek) akibat paparan abu vulkanik:
- Iritasi hidung dan pilek
- Iritasi disertai sakit tenggorokan hingga batuk kering
- Untuk penderita penyakit pernapasan, abu vulkanik juga dapat menyebabkan penyakit hingga menimbulkan tanda bronkitis akut selama beberapa hari (seperti: batuk kering, mengi produksi dahak berlebih, dan sesak napas)
- Menyebabkan iritasi saluran pernapasan bagi penderita asma ataupun bronkitis.
- Ketidaknyamanan ketika bernapas
2. Menyebabkan Penyakit Mata
Paparan abu vulkanik juga dapat menyebabkan iritasi mata. Hal ini terjadi lantaran butiran abu yang tajam dapat merusak kornea dan membuat mata menjadi berwarna merah.
Bagi pengguna lensa kontak diharapkan untuk melepas lensa kontaknya saat terjadi hujan vulkanik untuk mencegah terjadinya abrasi kornea. Terdapat sejumlah tanda umum iritasi mata antara lain:
- Merasakan ada partikel yang masuk ke mata (kelilipan)
- Mata sakit, perih, gatal dan kemerahan
- Mata mengeluarkan air dan lengket
- Kornea yang lecet atau tergores
- Pembengkakan kantong mata di sekitar bola mata karena adanya abu, yang menyebabkan mata merah, mata terasa terbakar dan menjadi sangat sensitif terhadap cahaya.
3. Menyebabkan Iritasi Kulit
Selain iritasi mata, bahaya abu vulkanik juga dapat menyebabkan iritasi kulit pada sebagian orang, terutama saat abu vulkanik tersebut bersifat asam. Berikut gejala awal munculnya iritasi kulit antara lain:
- Memerahnya kulit
- Infeksi sekunder akibat dari garukan
Sumber: Suara.com