SUKABUMIUPDATE.com - Setiap 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia, untuk itu pengetahuan terkait perbedaan AIDS dan HIV pun perlu untuk diketahui.
AIDS dan HIV menjadi penyakit menular yang sangat berbahaya dan diketahui bisa mengancam nyawa. Perbedaan keduanya adalah perlu dipahami masyarakat, karena masih banyak yang mengira penyakit ini serupa.
Dilansir dari Suara.com, memang HIV dan AIDS sering disebut bersamaan, namun gangguan ini sejatinya berbeda. Mengutip laman situs Rumah Sakit Mitra Keluarga, HIV dan AIDS adalah dua gangguan yang berbeda, meskipun sumber penyakitnya berasal dari virus.
Perbedaan AIDS dan HIV yang mendasar dapat dilihat dari definisi akronimnya.
Baca Juga: 112 Kasus Baru HIV/AIDS, 60 Persen Warga Luar yang berobat di Kota Sukabumi
Pengertian HIV dan AIDS
AIDS sendiri merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Sedangkan HIV singkatan Human Immunodeficiency Virus.
HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sementara AIDS adalah kondisi akibat serangan virus HIV.
Virus ini menghancurkan imunitas tubuh manusia, khususnya pada sel darah putih yang disebut sebagai sel CD4. Sehingga penderitanya rentan pada pneumonia, salmonella, kandidiasis, toxoplasma, tuberkulosis (TB) hingga kanker.
Jika sudah akut, HIV menyebabkan AIDS. Istilah lainnya, HIV stadium 3 dengan kondisi dan gejala yang kompleks adalah AIDS.
Baca Juga: 1.968 Kasus HIV di Kota Sukabumi, Tahun 2022 Mayoritas dari Penyimpangan Seks
Tahapan HIV dan AIDS
Menurut mitrakeluarga.com, ada tiga tahap dalam HIV dan AIDS ketika menginfeksi seseorang. Tahapan ini ditandai dengan berbagai gejala, dari yang ringan hingga parah.
1. HIV Akut
Tahap HIV Akut ditandai dengan gejala awal yang umumnya dirasakan oleh penderita HIV dan AIDS:
Sakit kepala, demam, flu, muncul ruam.
Kemudian, virus mulai menghancurkan sel darah putih dan melawan imunitas tubuh. Pada fase ini, tingkat HIV dalam darah juga sangat tinggi dengan risiko penularan yang cukup besar.
Meskipun baru terjangkit di tahap ini, penanganan seperti Antiretroviral (ARV) direkomendasikan agar penyintas dapat mengurangi risiko penularan HIV dan AIDS.
Baca Juga: Belasan Anak di Cianjur Positif HIV/AIDS Tertular dari Orang Tuanya
2. HIV Kronis
Pada tahap ini, penderita tertular HIV dengan perkembang biakkan virus yang rendah, dan tanpa gejala.
Jika tidak ditindak dengan terapi Antiretroviral (ARV), infeksi HIV kronis ini akan terus tumbuh hingga 10 tahun kedepan. ARV dapat mengurangi risiko penularan virus, meskipun melakukan aktivitas seksual kepada orang dengan negatif HIV.
3. AIDS
AIDS adalah fase HIV yang paling parah, dimana kekebalan tubuh tidak bisa melawan infeksi, bakteri, dan kanker. Jika tidak diobati, maka harapan hidup penderita AIDS hanya 3 tahun sejak penderita dinyatakan positif.
Jumlah sel CD4 dalam tubuh penderita AIDS menurun hingga 200 sel/mm3, padahal kondisi normal seharusnya di kisaran 500-1.600 sel/mm3.
Baca Juga: HIV AIDS: Kenali Cara Penularan, Pencegahan dan Pengobatannya
Penularan HIV dan AIDS
Soal penularan, tidak ada dalam perbedaan AIDS dan HIV. Sebab pola penularannya sama-sama terjadi melalui cairan tubuh, seperti darah, air susu ibu (ASI), cairan yang dihasilkan dari organ reproduksi.
Sehingga seks bebas tanpa memakai kondom dan penggunaan jarum suntik berulang dan pergantian menjadi aktifitas rentan terkena AIDS dan HIV.
Bahkan jika kehamilan dan ibu menyusui pun dapat menularkan HIV dan AIDS kepada bayinya.
Maka dari itu menghindari seks bebas, setia pada pasangan, hindari narkoba, dan jangan menggunakan jarum suntik yang tidak steril.
Sumber: Suara.com