SUKABUMIUPDATE.com - Emergency Food Product yang selanjutnya disingkat EFP disebut sebagai pangan darurat. Saat bencana terjadi, pangan darurat biasanya diberikan sebelum pasokan makanan stabil dan dapur umum belum dapat digunakan.
Pasca kejadian gempa merusak dan merenggut korban jiwa di Cianjur, pada Senin 21 November 2022, ribuan jiwa mengungsi. Mereka tentu membutuhkan suplai makanan dari para dermawan, karena sebagian besar rumah hancur begitupun dengan peralatan masak, dan bahan makanan.
Untuk itu memahami pola dan jenis konsumsi pangan darurat bagi korban bencana diupayakan dapat mengatasi masalah kelaparan dan kekurangan gizi. Terhitung 15 hari dari hari pertama mengungsi, dan bisa menjadi panduan bagi dermawan yang ingin membantu para penyintas bencana di Cianjur dan Sukabumi.
Mengutip dari Penelitian Siti Mariam, Universitas Terbuka, Bandung yang berjudul “PENGEMBANGAN PANGAN DARURAT UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN GIZI MASYARAKAT DI DAERAH TERDAMPAK BENCANA”, berikut Empat Jenis Produk Pangan Darurat yang dapat diberikan pada korban bencana:
1. Food Bars
Food bars adalah makanan ringan berbentuk batang dan padat. Food bars merupakan salah satu alternatif bentuk makanan yang dapat dikembangkan dengan kecukupan kalori, protein, lemak, dan nutrisi lain yang dibutuhkan oleh tubuh.
Saat ini food bars komersial di pasaran terbuat dari tepung terigu (gandum) dan tepung kedelai yang merupakan komoditas impor Indonesia. Food bars dapat dikategorikan sebagai EFP (Emergency Food Product) berkaitan kegunaan food bar yang dapat dikonsumsi saat darurat dengan gizi beragam.
Pembuatan food bars sebagai pangan darurat untuk bahan makanan korban bencana alam dapat memperkuat ketahanan pangan nasional. Meskipun berbentuk batang dan biasa dikonsumsi di sela waktu makan, akan tetapi food bars tidak menyebabkan rasa haus dan memiliki kandungan protein tinggi karena dibuat dengan formulasi khusus.
2. Meals Ready to Eat (MRE)
Produk jenis Meals Ready to Eat (MRE) dikenal sebagai salah satu bentuk makanan untuk keperluan militer. Awalnya Meals Ready to Eat (MRE) hanya untuk program luar angkasa dan berkembang menjadi makanan militer, bahkan sekarang digunakan oleh petualang padang gurun dan pangan darurat.
MRE dibuat dengan kombinasi jenis pangan yang dikemas dalam satu wadah ringan, sehingga mudah didistribusikan terutama kondisi tempur. MRE dikemas dalam kemasan khusus yang tertutup rapat dan tidak terekspos udara seperti retort pouch.
Sebagai ransum tempur, MRE perlu dikembangkan guna memberikan dukungan gizi tentara saat melakukan tugas tempur dengan baik; dimana sulitnya kondisi normal logistik pangan di medan tempur. Sehingga selain harus aman dan bergizi, ransum MRE juga harus memenuhi kriteria yang dibutuhkan yaitu kuat, awet, dan bermutu.
3. Camping Pouch Product
Produk Camping Pouch Product dikemas dalam kemasan alumunium foil dan memiliki umur simpan sekitar dua tahun pada suhu ruang. Camping Pouch Product merupakan pangan hasil freeze drying sehingga membutuhkan tambahan air panas atau air dingin untuk dapat dikonsumsi.
Setiap kemasan Camping Pouch Product selalu disemprot dengan nitrogen untuk memperpanjang umur simpan dan mencegah deteriorasi. Persentase makronutrien untuk mencegah deteriorasi didominasi oleh lemak (40-50%).
4. Long Shelf Life Food Supply
Sama seperti Camping Pouch Product, Produk Long Shelf Life Food Supply termasuk hasil freeze drying yang dikemas di dalam double-enameled can.Produk Long Shelf Life Food Supply disemprot dengan nitrogen sehingga memiliki umur simpan yang sangat tinggi sekitar 10-15 tahun atau lebih.
Long Shelf Life Food Supply tersedia dalam bentuk Ready reserves dan Alpine aire.
Perbedaannya terletak pada komposisi penyusun meskipun kedua jenis produk memiliki kandungan energi yang sama per kemasannya.
Seperti namanya “darurat”, pangan darurat adalah produk pangan yang penggunaannya didesain untuk situasi emergency/darurat. Pangan darurat mampu memenuhi kebutuhan gizi harian manusia (2100 kkal) dan dapat dikonsumsi secara langsung oleh para korban bencana.
Adapun, rekomendasi jumlah makronutrien untuk kandungan protein sebesar 10-15%, lemak 35-45%, dan karbohidrat 40-50%.
Karbohidrat merupakan salah satu sumber utama energi pada produk pangan darurat. Sumber utama karbohidrat dalam pangan darurat terdiri dari pati untuk memenuhi kebutuhan spesifik untuk rasa, palatabilitas, stabilitas dan fungsi metabolik.
Energi yang bersumber dari karbohidrat yaitu sebesar 40-50% dari total 700 kkal atau 23-35 gram per 50 gram.
Kandungan berikutnya adalah lemak yang berfungsi memberikan rasa manis, menghasilkan sifat-sifat fisik yang diinginkan pada produk. Lemak juga berperan penting dalam penyerapan natrium untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit tubuh.
Energi lemak, protein, dan karbohidrat diperoleh dari nilai energi masing-masing makronutrien terhadap total energi per bar dikalikan 100 persen.
Sumber : Repository UT
Writer: Nida Salma M
#SHOWRELATEBERITA