SUKABUMIUPDATE.com - Para orang tua kerap menggunakan bantal pembentuk kepala bayi yang biasanya terdapat lubang atau lekukan di tengahnya. Hal itu dilakukan agar bayi terhindar dari sindrom kepala datar.
Kemudian muncul sebuah pertanyaan, apakah bantal pembentuk kepala ini aman digunakan?
Melansir dari Tempo.co, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat dalam keterangan resminya pada 11 Maret 2022 lalu mengingatkan kepada para orang tua untuk tidak tidak menggunakan bantal pembentuk kepala untuk bayi.
Dijelaskan bahwa bantal ini sama sekali tidak mengatasi kondisi medis apa pun, termasuk sindrom kepala datar yang banyak orang tua khawatirkan.
Parahnya, menurut seorang dokter anak di Rumah Sakit Anak Orlando Health Arnold Palmer. Rachel Prete menjelaskan bayi yang menggunakan bantal ini berisiko mati lemas.
“FDA memperingatkan orang tua bahwa bantal ini tidak hanya tidak diperlukan untuk mencegah kondisi medis, tetapi juga berpotensi menimbulkan bahaya mati lemas di lingkungan tidur bayi,” ujarnya dikutip dari Very Well Family.
Senada dengan Prete, seorang dokter anak di Rumah Sakit Providence St. Joseph di Orange County, California, Connie Bartlett mengungkapkan bahwa bantal pembentuk kepala bayi dapat menyebabkan lingkungan luar tidur yang tidak aman bagi bayi.
Selain itu, kata dia, tidak hanya bantal bayi pembentuk kepada saja yang menimbulkan masalah, melainkan semua bantal bayi adalah ide yang buruk.
“Bayi memiliki kontrol leher yang buruk dalam 12 minggu pertama kehidupan dan oleh karena itu, tidak dapat melindungi saluran udara (hidung dan mulut),” jelas Bartlett.
Lebih lanjut, Academy of American Pediatrics merekomendasikan tidak boleh ada barang tambahan di ruang tidur bayi. Ini termasuk selimut, boneka, binatang, penutup kasur, mainan apa pun, atau bumper boks bayi. Bayi harus ditidurkan telentang untuk mencegah sindrom kematian mendadak (SIDS) dan mati lemas.
Sebagai informasi selain masalah bantal, beberapa masalah tengkorak atau kepala memang dapat mempengaruhi bayi termasuk sindrom kepala datar (plagiocephaly positional) dan craniosynostosis. Kondisi yang lebih parah, tulang tengkorak bayi menyatu lebih awal dari yang dianggap normal. Jika orang tua mencurigai bayi memiliki masalah yang lebih serius, sebaiknya cari diagnosis dan rencana perawatan dari dokter anak.
Sumber: Tempo.co/Haris Setyawan