SUKABUMIUPDATE.com - Hampir sepertiga spesies pohon dunia berada dalam risiko kepunahan, sementara ratusan berada di ambang kepunahan, menurut laporan yang diterbitkan oleh Botanic Gardens Conservation International atau BGCI pada, Rabu, 1 September 2021.
Menurut laporan State of the World's Trees, 17.500 spesies pohon atau sekitar 30 persen dari total, berisiko punah. Sementara 440 spesies memiliki kurang dari 50 individu yang tersisa di alam liar. Secara keseluruhan jumlah spesies pohon yang terancam adalah dua kali lipat jumlah gabungan mamalia, burung, amfibi dan reptil yang terancam.
"Laporan ini adalah peringatan bagi semua orang di seluruh dunia bahwa pohon membutuhkan bantuan," kata Sekretaris Jenderal BGCI Paul Smith dikutip dari Reuters melalui Tempo, Kamis, 2 September 2021.
Di antara pohon yang paling berisiko adalah spesies termasuk magnolia dan dipterocarps, yang umumnya ditemukan di hutan hujan Asia Tenggara. Pohon ek, pohon maple dan eboni juga menghadapi ancaman.
Pohon membantu mendukung ekosistem alami dan dianggap penting untuk memerangi pemanasan global dan perubahan iklim. Kepunahan satu spesies pohon dapat menyebabkan hilangnya banyak spesies lainnya. "Setiap spesies pohon penting bagi jutaan spesies lain yang bergantung pada pohon, dan bagi orang-orang di seluruh dunia," ujar Smith.
Laporan itu menyebut ribuan varietas pohon di enam negara teratas dunia untuk keanekaragaman spesies pohon berada dalam risiko kepunahan. Jumlah tunggal terbesar ada di Brasil, di mana 1.788 spesies terancam. Lima negara lainnya adalah Indonesia, Malaysia, Cina, Kolombia, dan Venezuela.
Tiga ancaman teratas yang dihadapi spesies pohon adalah produksi tanaman, penebangan kayu, dan peternakan. Sementara perubahan iklim dan cuaca ekstrem merupakan ancaman yang muncul.
Setidaknya 180 spesies pohon terancam secara langsung oleh naiknya air laut dan cuaca buruk, terutama spesies pulau seperti magnolia di Karibia.
Meskipun negara-negara megadiverse melihat jumlah varietas terbesar yang berisiko punah, spesies pohon pulau lebih berisiko secara proporsional. "Ini sangat memprihatinkan karena banyak pulau memiliki spesies pohon yang tidak dapat ditemukan di tempat lain," ungkap laporan BGCI.
Sumber: Tempo