Update (6/4): Gunung Gede Diguncang 6 Kali Gempa Tektonik, Terekam di Skala II MMI

Sukabumiupdate.com
Senin 07 Apr 2025, 13:00 WIB
Potret CCTV Visual Gunung Gede Pada Minggu, 6 April 2025. (Sumber : magma.esdm.go.id)

Potret CCTV Visual Gunung Gede Pada Minggu, 6 April 2025. (Sumber : magma.esdm.go.id)

SUKABUMIUPDATE.com - Gunung Gede, yang terletak di Jawa Barat tepatnya di Kab/Kota Cianjur, Bogor dan Sukabumi, telah diguncang enam kali gempa tektonik.

Hasil pengamatan kegempaan menunjukkan bahwa Gunung Gede mengalami tiga kali gempa tektonik lokal dan tiga kali gempa tektonik jauh pada Minggu, 6 April 2025. Pemantauan dilakukan secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) Gede di Desa Ciloto, Kecamatan Pacet, Cianjur, Jawa Barat.

Aktivitas Gunung Gede ini merupakan bagian dari peningkatan kegempaan yang telah terjadi sejak awal April, meskipun Status Gunung Gede masih berada di Level I (Normal). 

Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung api dengan posisi geografis di Latitude -6.77°LU dan Longitude 106.965°BT ini, terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0-III. Pengamatan visual juga menunjukkan ada asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang tinggi sekitar 100 meter dari puncak.

"Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah ke arah tenggara." tulis keterangan Pengamatan visual Gunung Gede, dikutip dari laman magma.esdm.go.id, Senin, 7 April 2025.

Selain itu, PVMBG turut melaporkan terekam gempa yang terasa di skala II MMI di pos PGA.

"Terekam gempa terasa skala II MMI di pos PGA pukul 13:55:39 WIB" tulis keterangan lainnya.

Baca Juga: Sadbor Sukabumi Mendunia, Joget Viral Dari Cikembar Ini Disorot Media Asing!

Selain itu, Gunung Gede yang memiliki ketinggian 2958 mdpl ini juga menunjukkan aktivitas kegempaan, yakni gempa tektonik sebanyak enam kali.

Minggu, 6 April 2025 (Periode 00:00-24:00 WIB)

  • 3 kali gempa Tektonik Lokal dengan amplitudo 4-6 mm, S-P 2.5-5 detik dan lama gempa 16-25 detik.
  • 3 kali gempa Tektonik Jauh dengan amplitudo 3-49 mm, S-P 13-17 detik dan lama gempa 55-155 detik.

Hingga artikel ini ditayangkan, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) terus melakukan pemantauan melalui Pos Pengamatan Gunung Api untuk memastikan kondisi tetap terkendali.

Pendakian Gunung Gede Ditutup Hingga 7 April 2025

Kemudian melalui unggahan di Instagram/@bbtn_gn_gedepangrango pada Rabu, 2 April 2025, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP) telah menutup sementara pendakian Gunung Gede Pangrango mulai 3 hingga 7 April 2025.

Sebagai bentuk antisipasi, masyarakat, pengunjung dan wisatawan diimbau tidak menuruni, mendekati dan bermalam di Kawah Gunung Gede dalam radius 600m dari kawah Wadon.

Masyarakat diharapkan untuk mengikuti informasi resmi dari Badan Geologi dan tidak terpancing oleh berita yang belum terverifikasi.

Baca Juga: 5 Wisatawan Terseret Ombak di Pantai Karanghawu Sukabumi, 1 Orang Hilang

Skala MMI Gempa

Getaran gempa diukur dalam skala MMI. Mengutip catatan redaksi sukabumiupdate.com sebelumnya, berikut informasi lengkap seputar skala MMI dalam ukuran gempa.

Menurut data BMKG di situs resminya, ukuran gempa mengacu pada skala Mercalli yang merupakan satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Satuan MMI diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli pada tahun 1902.

Skala Mercalli terbagi menjadi 12 pecahan berdasarkan informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa tersebut dan juga dengan melihat serta membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut.

Skala Mercalli yang dimodifikasi pada tahun 1931 oleh ahli seismologi Harry Wood dan Frank Neumann masih sering digunakan, terutama apabila tidak terdapat peralatan seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa bumi di tempat kejadian. Berikut 12 tingkatan Skala MMI yang dikutip dari laman bmkg.go.id :

  • I MMI: Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luarbiasa oleh beberapa orang
  • II MMI: Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
  • III MMI: Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
  • IV MMI: Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.
  • V MMI: Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.
  • VI MMI: Getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak, kerusakan ringan.
  • VII MMI: Tiap-tiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik. Sedangkan pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur, cerobong asap pecah. Terasa oleh orang yang naik kendaraan.
  • VIII MMI: Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Retak-retak pada bangunan degan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh.
  • IX MMI: Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus.
  • X MMI: Bangunan dari kayu yang kuat rusak,rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah terbelah rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam.
  • XI MMI: Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Jembatan rusak, terjadi lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali.
  • XII MMI: Hancur sama sekali, Gelombang tampak pada permukaan tanah. Pemandangan menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke udara.
Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini